Legenda Dewi Ma Zu, Sosok Pelindung Para Pelaut (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2019/01/dewi-ma-zu-part-2.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Legenda Dewi Ma Zu, Sosok Pelindung Para Pelaut - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Kebajikan
Menginjak usia 16 tahun, Mo Niang mengalami peristiwa aneh. Suatu hari ia (seperti juga gadis remaja lainnya) sedang mematut diri dengan baju baru di depan cermin bersama teman remaja sebaya, di sebuah taman di dekat sebuah sumur. Tiba-tiba, dari dalam sumur muncul sosok lelaki tua misterius.
Penampakan itu sangat mengejutkan. Teman-temannya langsung lari ketakutan karena mengira orang tua aneh itu siluman. Namun Mo Niang segera sujud menyembah, karena ia tahu sosok itu adalah jelmaan Dewa. Sang Dewa ternyata membawa sebuah jimat dari kuningan, dan memberikannya pada Lin Mo Niang.
Sejak mendapat jimat, Mo Niang pun memanfaatkannya untuk menolong sesama. Ia membantu menyembuhkan orang sakit, memberi penghiburan pada yang bersedih, menjauhkan malapetaka, dan banyak perbuatan baik lainnya. Kemahirannya dalam pengobatan menyebabkan orang-orang di desa menyebutnya ling nu (gadis mukjizat), long nu (gadis naga), dan shen gu (bibi sakti).
Pernah suatu kali, saat usianya baru 17 tahun, Mo Niang melihat ada kapal yang berlayar di dekat Pulau Mei Zhou yang sedang dipermainkan badai besar. Kapal itu tenggelam dengan cepat. Namun Mo Niang segera melompat ke laut, dan dengan cekatan ia menyelamatkan seluruh pelaut yang terjebak badai tersebut.
Semua awak berhasil diselamatkannya. Dari sini, banyak orang yang mendengar tentang kehebatan dan budi baik Mo Niang. Ia pun semakin terkenal dan dihormati.
Ada versi legenda yang mengatakan, pada usia 23 tahun, Mo Niang berhasil menaklukkan 2 orang sakti yang menguasai pegunungan Tao Hua Shan. Keduanya adalah Chien Li Yen, yang punya penglihatan sangat tajam, dan Hsun Feng Erh yang pendengarannya sangat peka. Setelah dikalahkan, mereka menjadi pengawalnya.
Mimpi buruk
Lin Mo Niang sangat cantik dan baik hati, namun ia tidak pernah menikah. Setidaknya, ia memilih membaktikan dirinya untuk menolong sesama dan berbuat kebaikan sesuai ajaran kebajikan.
Menginjak usia 28 tahun, di musim panas (sekitar tahun 987 M), sebuah "tragedi" terjadi. Saat itu, Lin Mo Niang sedang menenun pakaian. Namun karena lelah, ia pun tertidur pulas.
Sementara itu, ayah dan saudaranya sedang berlayar pulang ke Mei Zhou dari perjalanan jauh. Kapal yang mereka tumpangi diserang badai, dan akhirnya tenggelam.
Bersamaan dengan itu, Mo Niang bermimpi, ia merasa rohnya melayang-layang di atas permukaan laut. Ia terkejut saat menyaksikan kapal sang ayah tenggelam. Ayah dan saudaranya pun terseret masuk ke dalam amukan badai.
Mo Niang segera berenang dan menyelam ke laut untuk menolong mereka. Ia menggigit baju sang ayah, sementara dengan tangan yang lain menarik abangnya. Bersusah payah, ia mencoba menyelamatkan kedua orang yang dikasihinya itu.
Namun saat penyelamatan masih berlangsung, tiba-tiba ibunya memanggil. Ia pun terkejut dan berteriak kaget, sehingga gigitannya terlepas, sementara tangannya tetap menarik tubuh abangnya. Tetapi, saat terbangun, Lin Mo Niang mendapati dirinya masih di ruang tenun. Ia pun menceritakan mimpinya pada sang ibu. Wang Shi, ibunya, berkata bahwa itu hanya mimpi.
Tetapi tak lama kemudian, sebuah kabar buruk datang. Seorang pelaut memberitahu bahwa kapal yang ditumpangi Lin dan putranya tenggelam. Jasad Lin tidak ditemukan, tetapi Hong, abangnya, berhasil diselamatkan.
Mendengar kabar itu, betapa pilu hati Mo Niang. Dalam keadaan sedih, ia pun segera berlayar ke laut. Selama tiga hari tiga malam ia berusaha menemukan jasad ayahnya. Pencariannya tak sia-sia. Ia pun kemudian ke Pantai Mei Zhou bersama jasad sang ayah.
Menjadi Dewi
Sejak kematian sang ayah, Mo Niang setiap hari bersedih dan selalu menangis. Hingga pada tanggal 8 bulan 9 tahun Imlek (987 M), ia pun mengakhiri kepiluannya. Saat itu, ia berkata pada seluruh keluarga dan ibunya, bahwa ia akan menyendiri dan menjauhi keramaian duniawi. Ia akan pergi dalam perjalanan yang sangat jauh.
Keesokan harinya, tanggal 9 bulan 9 Imlek (987 M), Lin Mo Niang melakukan persiapan. Ia sembahyang dengan sangat khusyuk sambil merapal kitab-kitab suci. Suasana sangat hening dan memilukan. Seluruh keluarga pun kini yakin bahwa Mo Niang memang bertekad akan pergi jauh.
Ibunya meminta Mo Niang untuk tidak pergi seorang diri, dan menawarkan seorang pendamping dalam perjalanannya. Namun Mo Niang menolaknya dengan halus, dan menyakinkan seluruh keluarga bahwa kini sudah tiba waktunya untuk pergi seorang diri.
Baca lanjutannya: Legenda Dewi Ma Zu, Sosok Pelindung Para Pelaut (Bagian 3)