Saran Agar Tetap Cerdas Sampai Tua dan Terhindar dari Pikun
https://www.naviri.org/2019/01/cerdas-sampai-tua.html
Naviri Magazine - Demensia atau pikun adalah masalah berat yang sayangnya dialami banyak orang. Ketika seseorang mengalami demensia atau kepikunan, semua kecerdasan yang ia miliki seperti lenyap begitu saja. Kenyataan ini bisa terjadi karena faktor usia yang semakin menua. Kenyataannya memang mereka yang menderita pikun sudah berusia tua. Namun, tentu saja, tidak semua orang tua pasti mengalami pikun.
Dalam catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antara 2015-2050, proporsi orang dewasa di dunia akan meningkat hampir dua kali lipat (12 menjadi 22 persen). Ini artinya, ada peningkatan orang usia di atas 60 tahun, dari angka 900 juta menjadi hampir 2 miliar orang.
Orang-orang tua ini menghadapi tantangan kesehatan fisik dan mental seperti alzheimer dan demensia. Dua penyakit ini benang merahnya sama: menurunnya kemampuan kognisi secara drastis.
WHO memperkirakan, ada 47,5 juta orang di dunia yang mengidap demensia, dan rata-rata sudah berusia lanjut. Pada 2030, jumlahya diprediksi mencapai angka 75,6 juta, dan pada 2050 mencapai 135 juta. Lebih merepotkan lagi, sebab sebagian besar dari mereka tinggal di negara atau kawasan dengan pendapatan menengah atau ke bawah. Kondisi ekonomi dan sosial sangat erat kaitannya dengan tingkat penderita demensia.
Perkara puncak kecerdasan memang relatif. Yang pasti kondisi kognitif seseorang jauh berbeda saat usia jelang 20 tahun dengan usia di atas 60-70 tahun. Tak ada yang bisa dilakukan manusia atas kondisi penuaan dan efek biologis yang mengikuti, akan tetapi untuk perkara ketajaman kognisi setidaknya bisa dipertahankan melalui berbagai praktik sederhana dari gaya hidup yang sehat.
Olahraga, misalnya. Merujuk catatan Christpher Bergland untuk Psychology Today, dalam sebuah riset yang dilakukan oleh peneliti Boston University School of Medicine dan dipublikasikan pada 2013 lalu, ditemukan fakta bahwa olahraga rutin membantu produksi hormon yang bisa meningkatkan daya ingat. Yang perlu diingat adalah pelaksanaan olahraga ini mesti rutin, bukan setengah-setengah.
Dalam kompilasi riset yang dikumpulkan Bergland, gaya hidup lainnya antara lain mau terbuka dengan pengalaman baru, yang menurut peneliti di Universitas Texas lebih penting untuk ketajaman kognisi dibanding mendengar musik klasik atau main teka-teki kata.
Jika ingin dimulai dari kecil, jaga selalu kreativitas anak dalam kegiatan seni dan kerajinan, sebab menurut riset kebiasaan ini akan membuat mereka tetap inovatif hingga usia senja.
Lakukan juga meditasi yang bagus untuk relaksasi pikiran. Dalam sebuah riset oleh para peneliti dari Universitas Harvard pada 2013 lalu, disimpulkan bahwa meditasi berperan penting dalam mencegah penyakit alzheimer dan gejala demensia. Tak lupa juga tidur yang cukup dan berkualitas, sebab tidur yang tak berkualitas menurunkan volume lobus depan atau bagian otak yang bertanggung jawab atas memori dan tindakan.
Selain menjaga diri sendiri, ketajaman kognisi juga bisa dijaga dengan menjaga hubungan yang baik dengan teman, keluarga, pasangan, atau bahkan dengan orang asing.
Bergland mengutip hasil riset psikolog Universitas Chicago, John Cacioppo, yang mengungkapkan bahwa rasa kesepian yang ekstrem dan laten dapat menurunkan daya kognisi seseorang. Intinya, sesekali menikmati sepi boleh, tetapi jangan sampai melupakan hakikat sebagai makhluk sosial juga.
Baca juga: Kisah Penemuan Vitamin yang Kini Sangat Bermanfaat Bagi Dunia