Asal Usul Semua Peperangan dan Pembantaian Keji di Dunia
https://www.naviri.org/2019/01/asal-usul-semua-peperangan.html
Naviri Magazine - Dunia terdiri dari berbagai suku dan bangsa. Ada dua hal yang mungkin muncul karenanya. Pertama adalah saling membunuh, karena berpikir budaya mereka sendiri adalah yang terbaik. Kedua adalah saling merayakannya sebagai suatu rahmat dari realitas hidup yang multikultural (beragam suku dan budaya).
Semua masyarakat yang multikultural dihadapkan pada pilihan itu. Saling bermusuhan karena perbedaannya, atau justru saling belajar satu sama lain.
Sejarah menunjukkan banyak perang dan genosida terjadi, salah satunya, karena sebagian orang berpikir bahwa budaya dan suku bangsa mereka sendiri adalah superior (terhebat).
Tahun 1940-an, Hitler di Jerman adalah salah satunya. Hitler percaya ras dan budaya Jerman adalah yang terhebat di dunia. Karena kepercayaan ini, ia meyakini semua ras dan budaya lain harus dimusnahkan. Hitler kemudian membentuk kamar-kamar gas untuk menghabisi semua kelompok minoritas di Jerman. Hasilnya, lebih dari 2 juta manusia dibunuh secara massal dengan gas beracun, dan Perang Dunia II meledak.
Tahun 1994, hal yang sama juga berlangsung di Rwanda, Afrika. Suku Hutu membunuhi suku Tutsi, karena meyakini suku mereka yang terbaik. Lebih dari 800 ribu orang dibunuh, puluhan ribu perempuan diperkosa, ratusan ribu dipotongi tubuhnya agar menjadi cacat seumur hidup. Genosida di Rwanda menjadi salah satu sejarah tergelap bagi Afrika dan dunia.
Tapi sebaliknya, sejarah juga pernah memberi gambaran lain dimana hidup yang toleran dan saling menghargai antar sesama menjadi sumber kemajuan. Di Spanyol, sebelum tragedi naiknya Ratu Isabella tahun 1480, Andalusia adalah simbol kerukunan hidup antara Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Saat itu, semua orang berbeda suku dan agama bisa hidup bebas di sana. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan menjadi maju, karena semua saling belajar dari budaya yang lain.
Berbagai penemuan baru didapatkan dari kerja bersama ahli fisika Islam, ahli matematika Yahudi, dan ahli filsafat Kristen. Banyak pula hasil seni hebat diproduksi dari perpaduan kebudayaan ketiga agama.
Hal yang sama juga pernah berlangsung di India, di zaman Moghul Empire. Akibat kerukunan hidup, hasilnya adalah produksi seni dan budaya, serta Taj Mahal yang menjadi salah satu istana terindah di dunia. India pada saat itu juga menjadi pusat perkembangan kebudayaan yang sangat dinamis.
Pelajarannya adalah, ketika semua merayakan perbedaan dari suku, bahasa dan agama sebagai sesuatu yang baik bagi kehidupan, hal itu akan menjadi sumber kemajuan. Tapi sebaliknya, ketika permusuhan yang dikembangkan, hasilnya adalah kematian dan peperangan.
Kemajemukan adalah salah satu alasan dari sejarah kemajuan beberapa negara besar sekarang, termasuk Amerika dan Eropa. Amerika adalah contoh paling menarik di sini.
Pada awal kelahirannya, Amerika dibangun dengan keringat para pendatang dan para imigran, yang terusir dari berbagai belahan dunia. Berbagai jenis pendatang berlomba-lomba menunjukkan yang terbaik di negeri barunya. Persaingan sehat para pedatang ini menjadikan mereka adikuasa secara ekonomi, sebelum akhirnya menjadi adikuasa secara politik.
Baca juga: Holocaust, Kisah Pembantaian Terbesar Sepanjang Sejarah