Ini yang Terjadi pada Otak Kita Saat Asyik Bergosip
https://www.naviri.org/2018/12/yang-terjadi-pada-otak-saat-bergosip.html
Naviri Magazine - Kalau dua orang bertemu dan bercakap-cakap, selalu ada kemungkinan mereka akan membicarakan orang ketiga yang tidak bersama mereka. Itu sesuatu yang hampir bisa dipastikan, karena nyatanya banyak orang suka bergosip, baik laki-laki maupun perempuan. Padahal, gosip bisa menjadi masalah, khususnya jika orang yang digosipkan sampai mendengar dan tidak terima.
Begitu reputasi seseorang rusak karena gosip, akan sangat sulit untuk memperbaikinya. Seperti ditulis NPR, otak manusia cenderung menelan informasi negatif lebih banyak daripada informasi positif, dan bertahan lebih lama.
Sebuah percobaan menunjukkan otak lebih merespons informasi negatif, ketimbang informasi netral maupun positif. Responden diminta melihat beberapa wajah yang dipersepsikan dengan gosip negatif, netral, dan positif. Hasilnya, wajah yang dipersepsikan gosip negatif lebih lama mendominasi dalam kesadaran visual otak manusia.
Itulah mengapa terkadang kita dapat mendeteksi wajah-wajah para penjahat, pencuri, maupun pembohong. Dengan menatap wajah mereka, otak akan dominan memprioritaskan kesadaran lebih lama, dan membuat kita mengumpulkan informasi lebih banyak tentang perilaku orang itu.
Penelitian Peng X, dkk, yang diterbitkan dalam jurnal Social Neuroscience, mengamati keadaan emosional seseorang ketika mendengar gosip positif dan negatif tentang pesohor, diri sendiri, dan sahabat mereka.
Hasilnya, responden lebih senang mendengar gosip positif dan lebih jengkel mendengar gosip negatif tentang diri mereka sendiri, daripada tentang pesohor atau sahabat mereka.
Sel saraf kita lebih mudah memproses gosip positif tentang diri sendiri dan gosip negatif tentang pesohor. Aktivitas syaraf di korteks prafrontal orbital meningkat secara linear karena rasa gembira terhadap gosip positif diri sendiri. Sel saraf kita juga sangat gembira mendengar gosip negatif tentang pesohor.
Baca juga: Mengenal Gelatophobia, Orang yang Takut Ditertawakan