Terungkapnya Kasus Pembunuhan Berantai Terbesar di Amerika
https://www.naviri.org/2018/12/terungkapnya-kasus-pembunuhan-berantai.html
Naviri Magazine - Pembunuhan berantai adalah kasus pembunuhan pada banyak orang, yang dilakukan oleh satu orang. Meski terdengar mengerikan, kasus semacam itu benar-benar ada di dunia nyata, dan sudah berulang kali difilmkan. Kadang-kadang, kisah yang terjadi di dunia nyata bahkan lebih dramatis dibandingkan yang terjadi di dunia film.
Baru-baru ini, seorang pembunuh berantai di Amerika mengakui perbuatannya, bahwa dia telah membunuh setidaknya 90 wanita dalam waktu tiga dekade. Pembunuh berantai itu bernama Samuel Little.
Samuel Little adalah warga Amerika Serikat, yang saat ini berusia 78 tahun. Seluruh korban pembunuhan, yang menurut dia dilakukan sepanjang periode 1970 hingga 2005 di sekitar 14 negara bagian, adalah perempuan. Sebagian besar berkulit hitam.
Jika terbukti benar, maka Little akan menjadi pembunuh berantai dengan korban terbanyak dalam sejarah kejahatan di Negeri Paman Sam.
Rekor sebelumnya dipegang Gary Ridgeway, yang dijuluki "Green River Killer". Ia terbukti membunuh 48 orang, serta mengakui dan dicurigai telah mengakhiri hidup lusinan korban lain pada periode 1982-2001.
Little, menurut keterangan Federal Bureau of Investigation (FBI), berasal dari Ohio, negara bagian kawasan barat tengah AS. Ia kabur dari rumahnya pada akhir 1950-an, lalu hidup berpindah-pindah.
Ia sempat menjadi petinju dan kerap berurusan dengan pihak berwajib sejak 1956 karena kasus pencurian, penipuan, obat-obatan terlarang, penghasutan, dan menerobos masuk properti orang. Menurut The New York Times, selama periode 50 tahun, ia setidaknya telah 100 kali ditangkap dan dipenjara total kurang dari 10 tahun.
Korbannya kebanyakan adalah perempuan yang termarginalisasi. Perempuan yang kabur dari rumah, hidup di jalanan, pemabuk, pecandu obat-obatan terlarang, atau pekerja seksual. Orang-orang yang tidak diindahkan.
FBI juga menjelaskan, Little membunuh korban dengan memukulnya hingga pingsan, lalu mencekiknya sampai meregang nyawa. Karena tidak ada tanda-tanda seperti penusukan atau luka tembakan, para korban itu disimpulkan tewas karena overdosis, kecelakaan, atau penyebab alamiah.
Perlu diingat, saat sebagian besar pembunuhan itu dilakukan, antara 1970-an hingga 1980-an, teknologi identifikasi DNA belum jadi alat kepolisian. Oleh karena tak ada bukti, polisi setempat tidak pernah menangkap atau mencurigainya untuk kasus pembunuhan.
Teknologi DNA itu pula yang menjadi awal terungkapnya beragam kasus pembunuhan tersebut.
Pada 2012, Little ditangkap di Kentucky, dan diekstradisi ke California, karena kasus obat-obatan terlarang. DNA-nya lalu diambil, dan ternyata sama dengan DNA yang ditemukan kepolisian Los Angeles pada tiga kasus pembunuhan pada 1985 dan 1987.
Modus pembunuhan ketiga perempuan itu sama. Mereka dipukuli dan kemudian dicekik hingga tewas.
Ia awalnya mengaku tak bersalah, tetapi pada 2014 hakim memutuskan sebaliknya, dan memvonis penjara selama tiga kali hukuman seumur hidup. Hukuman yang membuatnya bakal mendekam di penjara Los Angeles hingga akhir hayat nanti.
Setelah divonis bersalah, data DNA Little lalu dikirim ke ViCap (Violent Criminal Apprehension Program), program FBI yang menganalisis kasus pembunuhan yang belum terpecahkan.
DNA Little ternyata sesuai dengan yang ditemukan pada kasus pembunuhan seorang perempuan di Odessa, Texas, bernama Denise Christie Brothers. Petugas Texas Ranger, bernama James Holland, kemudian menemui Little di penjara Los Angeles County.
Holland rupanya bisa mengambil kepercayaan pesakitan yang sudah duduk di kursi roda itu. Little lalu menyatakan akan bercerita banyak soal pembunuhan yang dilakukannya, asal FBI memindahkannya ke penjara di Texas.
Beragam pengakuan kemudian keluar dari mulutnya. Meski ia kerap lupa waktu dan tanggal kejadian, tetapi menurut FBI, ia masih mengingat detail tempat, mobil yang dikendarainya, dan tindakan yang dilakukannya. Ia bahkan bisa menggambar wajah orang-orang yang dibunuhnya.
Para petugas polisi bagian cold case (kasus yang dibekukan karena tak ada bukti) dari berbagai negara bagian AS pun bergantian mendatanginya untuk meminta keterangan. Mencocokkannya dengan kasus pembunuhan yang belum terpecahkan di daerah mereka.
Hingga saat ini, dari 90 pembunuhan yang diakuinya itu, ada 34 yang tampaknya memang terhubung dengan Little. Sisanya tengah diselidiki secara intensif.
Para polisi yang menginterogasi Little sama-sama menilai bahwa pria tersebut adalah psikopat nan memikat, sehingga bisa membuat korban-korbannya mau mendekat. Mereka juga menyatakan bahwa Little sama sekali tak menyesali perbuatannya.
"(Little) berkata Tuhan membuatnya begini, jadi mengapa ia harus meminta pengampunan? Ia menyatakan Tuhan mengetahui segala perbuatannya," Sersan Crystal LeBlanc dari Kepolisian Opelousas, Lousiana, mengulang jawaban Little saat ditanya apakah ia tak takut dosa dan Tuhan.
LeBlanc menginterogasi Little terkait pembunuhan warga Opelousas, Melissa Thomas, pada Januari 1996. Thomas saat itu berusia 24 tahun.
Pembunuhan puluhan orang yang tak terdeteksi selama puluhan tahun ini, menurut FBI, harus menjadi pengingat kepada semua yurisdiksi tentang pentingnya melaporkan data kejahatan dengan kekerasan.
Baca juga: 10 Kasus Pembunuhan Paling Kejam yang Misterius