Misteri dan Teka-Teki Kematian Adolf Hitler di Indonesia
https://www.naviri.org/2018/12/teka-teki-kematian-adolf-hitler.html
Naviri Magazine - Ketika Jerman diserang oleh pasukan sekutu dalam perang Dunia II, pasukan Jerman mengalami kekalahan. Akibat kekalahan itu, banyak petinggi Nazi yang kemudian kabur ke luar negeri.
Kebanyakan bekas tentara Nazi pindah dan kabur ke negara-negara di daerah Amerika Selatan, seperti Brasil dan Argentina. Hitler sudah tahu hal itu, oleh karenanya ia tak mau ke Amerika Selatan karena pasti ditemukan oleh tentara dan intelijen AS serta intelijen negara-negara musuhnya.
Karenanya, Hitler bukannya kabur ke negara Amerika Selatan, melainkan ke Indonesia lewat Italia. Ia memilih Indonesia karena sejak dulu Indonesia tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel.
Selain itu, pada masa lalu di zaman kepemimpinan Soekarno, Indonesia tidak menyukai imperialisme yang dipelopori Inggris dan Amerika. Karenanya, belakangan muncul spekulasi bahwa Hitler mati di Indonesia.
Selama ini, kematian Hitler memang sangat misterius, karena tidak ada saksi yang dapat menunjukkan dimana mayat Hitler ataupun mayat Eva Braun, istrinya, pada saat di Eropa.
Di Konferensi Postdam tahun 1945, Stalin menyatakan bahwa mayat Hitler dan Eva Braun tidak ditemukan. Stalin menduga, tokoh Nazi itu lolos dan melarikan diri ke Spanyol atau Amerika Latin.
Dan tak berapa lama, ada kabar yang mengatakan Hitler kabur menggunakan kapal selam ke sebuah pulau. Tapi tidak ada yang tahu pulau apa dan di mana.
Dunia internasional sama sekali tidak menyadari bahwa seorang pemimpin Nazi yang sangat kejam itu bersembunyi dengan aman di Sumbawa Besar, sampai meninggal di Surabaya, dan dimakamkan di pemakaman umum di Ngagel.
Memeluk agama Islam
Sebelum menikah, Sulaesih suka berkunjung ke rumah “dr Poch”, ia sering melihat seorang wanita yang sudah berumur. Menurut dr. Poch, dia adalah istrinya, orang Jerman juga, bernama Helena. Tapi Sulaesih tak percaya karena Helena terlihat jauh lebih tua dari dr. Poch.
Ketika Helena ingin kembali ke Jerman karena tidak cocok dengan iklim di Sumbawa Besar, ia menitipkan amanat kepada Sulaesih.
Dia menitipkan Gi (sebutan dr. Poch, kependekan dari Georg Anto/GA), agar diuruskan segala keperluannya. “Mungkin artinya saya harus menikah dengan dr. Poch,” jelas Sulaesih.
Tak lama setelah dr. Poch melamar Sulaesih, ia memeluk agama Islam pada tahun 1964, yang disaksikan oleh Ketua Kantor Agama di Sumbawa, dan mengganti namanya menjadi Abdul Kohar.
Pada tahun 1965, Hitler menikah dengan Sulaesih, wanita sunda asal Bandung yang mengembara ke pulau Sumbawa, dan mereka berdua menikah secara Islam.
Merika menikah saat Sulaesih berusia 34 tahun, sedangkan dr. Poch berusia 64 tahun. Walaupun terpaut 30 tahun, tidak menghalangi mereka untuk menikah. Sulaesih akhirnya tidak lagi bekerja di Pemerintah Daerah, tapi bersama dr. Poch mengurusi pasien dan mengurus rumah tangga.
Baca juga: Presiden-Presiden Amerika Serikat yang Paling Panjang Umur