Perselisihan Sigmund Freud dan Carl Jung yang Mengubah Teori Psikologi
https://www.naviri.org/2018/12/sigmund-freud-dan-carl-jung.html
Naviri Magazine - Sigmund Freud dan Carl Jung adalah dua nama besar dalam bidang ilmu psikologi, dan keduanya memiliki pengaruh yang sama besar, meski saling bertolak belakang. Perbedaan keduanya dalam bidang psikologi, ternyata dipengaruhi oleh perselisihan mereka di masa lalu.
Sekitar awal abad ke-20, dunia sempat dihebohkan dengan perselisihan yang terjadi antara dua tokoh psikologi, yaitu Sigmund Freud dan Carl Jung. Kedua pemikir yang sama-sama berwatak kuat itu sempat saling mengagumi satu sama lain, namun akhirnya perbedaan pendapat membawa mereka pada perselisihan.
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran, Sigmund Freud mengambil spesialisasi di bidang ilmu saraf. Ia berkeyakinan bahwa masalah-masalah gangguan sistem saraf lebih banyak disebabkan kondisi kejiwaan daripada jasmani. Lalu Freud membuat teori dan konsep baru untuk perawatan penyakit mental, yang membawanya pada ketenaran sepanjang masa.
Sama seperti Freud, Carl Jung juga mengambil spesialisasi di bidang kesehatan mental. Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran pada 1902, ia banyak terlibat menangani pasien dengan masalah mental di Zurich.
Carl Jung mulai mengenal tulisan-tulisan Freud sekitar tahun 1900, dan mulai mengirim banyak artikel berisi kekaguman Jung terhadap teori-teori Freud. Selama bertahun-tahun mereka saling berkirim surat untuk membicarakan banyak hal, mulai dari permasalahan-permasalahan di masyarakat hingga kehidupan pribadi.
Kedua pria itu pun akhirnya bertemu untuk pertama kalinya pada Maret 1907, setelah cukup lama hanya berkirim surat. Ketika Jung mengunjungi kediaman Freud di Wina, mereka bercengkerama selama lebih dari 13 jam pada hari pertama pertemuan itu.
Kesempatan itu membuat hubungan Freud dan Jung semakin dekat. Bahkan, menurut sebagian orang, Freud, yang lebih tua 20 tahun dari Jung, berencana menjadikan Carl Jung sebagai penggantinya untuk memimpin gerakan psikoanalisis.
Tahun 1909, Freud dan Jung pergi ke Amerika Serikat. Selama di perjalanan, yang memakan waktu hampir tiga bulan, keduanya semakin akrab. Dalam satu kesempatan, Freud dan Jung saling menafsirkan impian masing-masing, sesuai dengan berbagai teori yang telah mereka buat.
Ketika Jung melakukan konfirmasi untuk salah satu penafsiran impian Freud, pria itu menjawab, “Aku tidak dapat mempertaruhkan otoritasku”, dan Freud segera mengganti topik pembicaraan. Jawaban Freud itu, bagi Jung, adalah penghinaan bagi teori yang sudah ia buat.
Beberapa tahun kemudian, Carl Jung membuat sebuah tulisan untuk penghinaan yang telah dilakukan oleh Freud tersebut. Jung menulis, “Kalimat pria itu berkecamuk dalam ingatan saya, dan di dalamnya terdapat akhir dari persahabatan kami. Freud sedang menempatkan otoritas pribadi di atas kebenaran.”
Tahun 1912, setelah Jung mempublikasikan tulisan itu, hubungan keduanya renggang dan semakin terlihat adanya perpecahan. Dalam sebuah surat, Jung menyebut Freud telah salah menggunakan teknik mengajar bagi murid-muridnya.
Hal itu membuat Freud semakin marah kepada Jung, dan ia mengatakan hubungan keduanya harus diakhiri.
Tidak ada yang melontarkan kata maaf untuk menyelesaikan permasalahan itu, hingga akhir hidup keduanya. Sejak itu, psikologi abad ke-20 menerima dampak yang cukup besar dari perpecahan Freud dan Jung. Keduanya cukup banyak membuat teori yang saling bertolak belakang.
Baca juga: Daftar Lengkap Buku-buku Karya Christopher Hitchens