Pelajaran dari Steve Jobs: Tentang Uang, Hidup, dan Pekerjaan
https://www.naviri.org/2018/12/pelajaran-dari-steve-jobs.html
Naviri Magazine - Steve Jobs adalah salah satu tokoh penting di dunia teknologi. Meski telah meninggal dunia, namanya tetap abadi karena ia telah membawa dunia pada peradaban baru yang sebelumnya tidak ada.
Sebagai pendiri Apple, Steve Jobs juga telah menghasilkan kekayaan sepanjang hidupnya. Perusahaannya kini bahkan menjadi perusahaan dengan nilai paling mahal di dunia. Tetapi, bagi Jobs, dirinya tidak pernah bekerja untuk menjadi kaya.
"Aku dapat menghasilkan lebih dari 1 juta dollar AS di usiaku yang ke-23, kemudian lebih dari 10 juta dollar AS aku hasilkan di usiaku yang ke-24. Dan aku dapat menhasilkan lebih dari 100 juta dollar AS saat aku berusia 25 tahun, dan itu tidak begitu penting." ujarnya dalam sebuah dokumenter di tahun 1996.
Steve Jobs mendirikan Apple pada tahun 1976 saat usianya 21 tahun, dan dirinya tidak pernah melakukan itu untuk uang. Bahkan seiring dengan perjalanan karirnya, ketika Jobs berada dalam kondisi kesulitan uang, dirinya tetap teguh pada pendiriannya.
Sebagai contoh, ketika terjadi volatilitas terhadap harga saham Apple di tahun 1980-an, Jobs menghabiskan 250 juta dollar AS, dan dia mengatakan kepada majalah Playboy bahwa dirinya tidak peduli.
"Aku tidak akan membuat hal ini menghancurkan hidupku," ujarnya dalam wawancara kepada Playboy pada tahun 1985, dikutip melalui CNBC. "Bukankah ini lucu? Aku menganggap uang sebagai hal yang lucu, semua perhatian ditujukan kepada uang, karena itu bukan hal yang paling berarti yang pernah terjadi di hidupku dalam kurun waktu 10 tahun belakangan."
Faktanya, Jobs selalu menghindar untuk memprioritaskan kekayaan, menurut Walter Isaacson yang telah melakukan lebih dari 40 wawancara dengan Jobs untuk bukunya yang berjudul "Steve Jobs".
Bahkan, selepas Jobs menjadi miliarder, menikah, dan memiliki anak, Steve Jobs memiliki kecenderungan untuk menghindari gaya hidup mewah.
"Rumahnya di Palo Alto adalah sebuah rumah yang berada pada sisi jalan yang normal, tidak ada jalan masuk yang berliku atau pagar keamanan besar," ujar Isaacson.
"Anda bisa berjalan ke taman di gerbang belakang, dan membuka pintu belakang ke dapur yang tidak dikunci. Rumahnya adalah rumah keluarga pada umumnya," lanjut Isaacson.
Ketika New York Times mengunjungi rumah Jobs pada tahun 1997, situasinya juga seperti perumahan pada umumnya.
"Anak Jobs memanjat pohon di halaman belakang, diawasi oleh baby sitter-nya, beberapa anak kecil lain yang berasal dari lingkungan sekitar menghampiri, didampingi baby sitter masing-masing. Sementara di dapur, Jobs duduk di kursi goyang favoritnya, dengan anak perempuannya duduk di atas pangkuannya. Istrinya, Laurenne, baru saja selesai melakukan tugasnya dan jogging," sebut New York Times.
Dalam sebuah wawancara dengan Isaacson, Jobs menjelaskan, meskipun kaya, dia tidak ingin membawa kehidupannya disetir oleh keserakahan dan materalisme.
"Aku melihat banyak orang yang bekerja di Apple, terutama setelah kami go public, banyak yang berubah," ujar Jobs dalam wawancara.
"Banyak orang berpikir mereka akan kaya. Beberapa orang membeli Rolls Royces, membeli rumah, dan istrinya melakukan operasi plastik. Aku melihat orang-orang yang dulunya baik, dan sederhana, kini menjadi orang-orang aneh. Aku pun berjanji pada diri sendiri, bahwa aku tidak akan menjadikan uang menghancurkan hidupku," ujar Jobs.
Sepanjang perjalanan karirnya, Jobs memilih untuk mengejar minatnya, dibanding mengejar gaji yang tinggi. Dan pekerjaan itu terkait dengan personal komputer.
"Manusia adalah pencipta alat," ujar Jobs. "Aku percaya dengan setiap tulang di dalam tubuhku, dengan berbagai penemuan yang dilakukan oleh manusia, komputer dapat berada di atas peradaban, seiring dengan tersibaknya sejarah."
Untuk anak muda yang sedang memulai jenjang karirnya, Jobs berujar, "Kau harus mencari apa yang kau sukai," ujarnya dalam sebuah pidato pada tahun 2005. "Pekerjaanmu akan menjadi bagian penting dalam hidupmu, dan satu-satunya cara untuk benar-benar puas dengan apa yang kau lakukan adalah dengan percaya bahwa pekerjaanmu merupakan hal yang baik."
"Jika kau belum juga menemukan (pekerjaan itu), maka teruslah mencari. Jangan menetap. Karena perkara ini merupakan perkara hati, kau akan mengetahuinya ketika menemukan (pekerjaan itu)."
Baca juga: Mark Zuckerberg, Miliuner Termuda Sepanjang Sejarah