Inilah Pekerjaan Menantang dan Paling Berbahaya di Dunia
https://www.naviri.org/2018/12/pekerjaan-paling-berbahaya.html
Naviri Magazine - Apa pekerjaan yang paling menantang dan berbahaya di dunia? Jawabannya adalah sherpa, yaitu para pemandu pendakian gunung Everest di Tibet. Mereka bertugas memandu para pendaki gunung yang ingin menaklukkan puncak Everest.
Karena mereka telah biasa hidup di tempat dingin di sekitar Everest, mereka pun lebih tahu cara menemukan medan yang aman, sekaligus lebih mampu beradaptasi dengan cuaca dingin di Everest.
Ribuan tahun hidup di dataran tinggi Himalaya, membuat Suku Sherpa menjadi manusia super yang bisa dengan mudah mengatasi segala kesulitan bertahan hidup di wilayah dengan kadar oksigen rendah.
Denny Levett, salah satu pendiri Xtreme Everest, organisasi kesehatan yang berhubungan dengan pendakian, mengatakan bahwa ia ingat betapa perkasanya kaum sherpa.
"Dari puncak lalu turun ke ketinggian 2.000 meter, mereka melakukannya hanya dalam waktu dua jam, padahal tim kami paling banter bisa melakukannya dalam setengah hari lebih," kata Levett. "Bahkan si sherpa itu sempat ngaso untuk minum teh."
Levett dan timnya pula yang membuat penelitian bertajuk Xtreme Everest 2, sebuah penelitian ilmiah yang mencari tahu tentang ketahanan manusia di ketinggian. Penelitian yang dilakukan pada 2013 ini dilakukan pada 180 relawan, 116 dari daerah rendah, dan 64 lainnya adalah kaum Sherpa.
Hasilnya, ternyata mitokondria—sel mahluk hidup yang tempat berfungsinya fungsi pernapasan dan sekaligus menghasilkan energi—kaum sherpa ternyata lebih efisien dalam menggunakan oksigen. Bagi orang normal di ketinggian, darah mengalir lebih pelan. Pada kaum Sherpa, aliran darah mereka tetap lancar.
"Mitokondria sherpa seperti mobil yang super efisien dalam bahan bakar. Jadi mereka bisa dapat energi lebih banyak dengan oksigen yang lebih sedikit," ujar Levett.
Namun, bahkan dengan keunggulan itu, tidak semua orang Sherpa bisa mencapai puncak Everest. Semakin tinggi titik pendakiannya, semakin berat pekerjaan yang harus dilakukan, dan semakin besar risiko kematiannya.
Risiko kematian Sherpa yang bekerja di atas Base Camp Everest jauh lebih tinggi ketimbang nelayan dan tentara AS dalam empat tahun pertama Perang Irak—menjadikan sherpa pekerjaan nonmiliter paling berbahaya di dunia. Hingga 2014 saja, 174 orang Sherpa meninggal dalam pendakian.
“Sebagai statistik keamanan kerja, 1,2 persen kematian itu parah sekali,” tulis Grayson Schaffer, editor majalah Outside. “Tidak ada industri jasa lain di dunia yang lebih sering membunuh dan mencederai pekerjanya demi klien.”
Sementara itu, Jon Krakauer, penulis buku Into Thin Air, menulis di New Yorker: “Sherpa melakukan semua pekerjaan berat di Everest—secara harfiah dan sebagai kiasan—dan karenanya meringankan risiko para pemandu dan anggota regu Barat, yang ranselnya jarang sekali berisi lebih dari botol minum, sebuah kamera, jaket tambahan, dan makan siang.”
Baca juga: Sherpa, Pekerjaan Sulit yang Menantang Maut dan Bahaya