Panduan Menciptakan Produk agar Mudah Diterima Pasar
https://www.naviri.org/2018/12/panduan-menciptakan-produk-agar-mudah-diterima-pasar.html
Naviri Magazine - Menciptakan suatu produk adalah satu hal, dan memasarkannya adalah hal lain. Di pasaran, akan terlihat apakah produk yang kita buat memang dibutuhkan konsumen atau tidak. Dalam hal itulah, kita perlu melakukan riset, agar produk yang kita ciptakan tidak berakhir sia-sia karena tidak laku.
Sebuah produk bisa berupa barang maupun jasa. Namun, sekali lagi, berbisnis bukan hanya soal membuat barang dan meluncurkannya. Tapi juga memastikan produk itu laku, dan mudah diterima pasar.
CEO & Co-Founder UX Indonesia, Dr. Eunice Sari, mengungkap rahasia membuat produk yang bisa membuat seseorang merasa lengkap, adalah dengan menggunakan empati.
“Pastikan merancang produk yang mampu membuat seseorang merasa accomplished setelah menggunakan produk itu,” katanya di Indonesia Knowledge Forum VII 2018.
Hal ini pula yang membuat Eunice berpendapat bahwa ketika kamu mengembangkan sebuah produk, kamu wajib memikirkan pengalaman apa yang bisa diperoleh konsumen. “Ini adalah hal yang penting. Produk harus bisa menjawab permasalahan penggunanya,” kata dia.
Eunice punya contoh menarik dari IKEA. Sebelum masuk atau membuka gerai baru, ritel furnitur itu bisa menghabiskan 3 tahun hanya untuk cek kebiasaan orang di lokasi tersebut. Kebiasaan ini mulai dari cara menata baju di lemari, pilihan lemari, dan lain sebagainya.
“Mereka bisa menghabiskan jutaan dolar untuk riset seperti itu. (Alasannya) semua itu untuk membangun pengalaman konsumen yang sesuai dengan konsumen di lokasi tersebut. Jangan sampai bikin 1.000 produk, namun semuanya masuk ke tempat sampah. Inilah pentingnya pengalaman konsumen,” ujar Eunice.
Lalu bagaimana cara membuat produk yang pasti digunakan konsumen?
Jawabannya sederhana. “Lakukan riset sebelum membuat produk. Riset adalah langkah strategis dalam mengembangkan produk. Ini adalah hal pertama,” ungkapnya. Dalam melakukan riset, kamu bisa memulainya dengan mencari tahu soal pengguna potensial.
Kemudian, lihat apakah produk tersebut bisa diterima mereka. “Jadi, membuat produk bukan hanya soal memenuhi Key Performance Index (KPI) perusahaan. Karena percuma membuat produk yang sesuai KPI namun di pasar tidak digunakan. Jangan sampai membuat seribu produk namun seribunya berakhir di tempat sampah,” kata Eunice.
Usai melakukan riset dan menemukan apa yang dibutuhkan pengguna, lanjutkan dengan membuat prototipe. Bawa prototipe produk ini langsung untuk test market. Bila ternyata gagal karena tidak bisa menjawab masalah konsumen, biarkan konsumen menceritakan sendiri mengapa produk itu kurang memuaskan.
“Setelah mereka mencoba prototipenya, mereka akan menceritakan mengapa produk tersebut tidak bisa menjawab masalah mereka. Dari pengalaman konsumen itu, kita bisa improve produk yang sudah ada atau memperbaikinya. Pengalaman konsumen ini bisa jadi insight. Kemudian uji dan kembangkan,” paparnya.
Namun, Eunice mengatakan bahwa proses masih belum selesai di situ. Kamu tetap harus punya kerendahan hati supaya tetap mau belajar dari konsumen. “Kita tidak selalu tahu semuanya. Setelah launching pun kita tetap harus memantau (produk itu),” pungkasnya.
Baca juga: Cara Menghasilkan Banyak Uang dengan Saham Dividen