Memahami dan Mewaspadai Blind Spot Saat Berkendara di Jalan
https://www.naviri.org/2018/12/memahami-dan-mewaspadai-blind-spot-saat-berkendara.html
Naviri Magazine - Ketika berkendara di jalan raya, kita perlu selalu waspada dan hati-hati, agar tidak sampai mengalami kecelakaan. Kecelakaan bisa terjadi karena berbagai hal, bisa karena kita yang memang salah, atau bisa pula karena pengendara lain yang lengah.
Di samping itu, pengguna jalan juga harus memahami istilah penting dalam berkendara, yakni titik buta atau blind spot.
Menurut Head of Road Safety & Motorsport Committee, Widjang Djendrawan, blind spot adalah area pandang yang tidak dapat dilihat oleh mata pengemudi. Blind spot perlu diminalisir, untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Ada tiga jenis blind spot, yang umumnya ditemui pengendara. Apa saja? Simak ulasannya berikut ini.
Blind spot pengguna
Titik buta pertama berasal dari si pengguna kendaraan. Untuk pengendara sepeda motor, helm yang terlalu kecil atau kaca helm full face yang terlalu sempit, dapat meningkatkan area blind spot. Beda dengan helm open face, visibilitas masih dapat terjaga dengan meilirikkan mata, sementara full face harus menoleh.
"Menoleh itu sudah termasuk gangguan berkendara, dan menjadi sumber kecelakaan," ujar Widjang.
Untuk itu, Widjang menyarankan pengendara menggunakan helm yang memiliki visibilitas baik. Menurutnya, helm full face atau open face memiliki kesamaan fungsi, yaitu melindungi kepala, jadi bijaklah memilih helm sesuai kegunaannya.
Blind spot kendaraan
Kedua adalah titik buta yang berasal dari kendaraan yang sedang dikendarai. Seperti pada mobil, visibilitas secara diagonal akan terhalang pilar A, atau penglihatan ke depan juga terhalang kap mesin.
"Kalau motor hampir tidak ada blind spot-nya, seperti mobil kan ada pilar A. Kecuali bawa anak kecil di depan (duduk di jok depan motor), itu blind spot yang sangat parah menurut saya," imbuhnya.
Widjang menambahkan, untuk titik buta ini, dibutuhkan adaptasi yang lebih pada kendaraan, untuk mengetahui titik atau area mana saja yang menjadi wilayah yang tidak dapat dilihat saat mengemudi, sehingga pengemudi dapat mengukur blind spot dan meminimalisir senggolan dengan pengendara lain.
Blind spot lingkungan
Terakhir adalah titik buta yang disebabkan faktor lingkungan, seperti jalanan yang menikung, menanjak, wilayah padat bangunan, wilayah perumahan, serta kendaraan lain yang terparkir di pinggir jalan atau yang tengah melintas.
"Kita lupa kalau jalan raya itu fasilitas umum, jadi terkadang tanpa perhitungan yang pasti dan belum memberi isyarat main belok atau main salip aja, kan," tuturnya.
Menurut Widjang, untuk mengatasi blind spot lingkungan, selalu taati batas maksimum di jalan tersebut. Terlebih saat hendak menyalip truk besar atau bus yang memiliki blind spot terbanyak, ada baiknya selalu berada di belakang sambil memberikan isyarat.
Namun, apabila memungkinkan untuk menyalip, pastikan keadaan sekitar aman untuk menyalip, lihat spion tengah dan samping, setelahnya berikan isyarat dengan dim, klakson, atau lampu sein, bahwa kita ingin menyalip.
Baca juga: Panduan Aman dan Nyaman Saat Berkendara Jarak Jauh