Kisah Kematian Malcolm X, Pejuang Kulit Hitam Amerika
https://www.naviri.org/2018/12/kisah-kematian-malcolm-x.html
Naviri Magazine - Malcolm X adalah tokoh pejuang untuk warga kulit hitam di Amerika Serikat. Sayangnya, perjuangannya harus terhenti saat ia tewas ditembak.
Pada sore hari, 21 Februari 1965, Malcolm X sedang mempersiapkan pidatonya di Audubon Ballroom di Manhattan, sebelum satu orang di antara 400 hadirin tiba-tiba berteriak. "Hei, Negro menyingkirlah dari kehidupanku!". X dan pengawalnya mencoba mengusir pria tersebut, namun seorang pria lain menghambur ke depan dan menembak tepat di dada sang martir.
Sejurus kemudian, dua orang lainnya yang membawa senapan mesin otomatis turut memberondong X yang sudah tersungkur. Di napasnya yang sekarat, X masih sanggup berkata kepada mereka, “Coba tenang dulu, Saudaraku…” sebelum akhirnya wafat, tak lama setelah tiba di RS Columbia Presbyterian, pukul 15.30.
Para martir macam Malcolm X memang telah diberkahi dengan nyali besar, kendati pun ketika mereka tengah berhadap-hadapan dengan maut. Che Guevara, misalnya, ketika hendak menjalani eksekusi mati pada 9 Oktober 1967, dengan lantang berseru kepada Mario Teran yang menjadi eksekutor: “Aku tahu kau datang untuk membunuhku. Tembaklah, kau hanya membunuh seorang laki-laki.”
Berselang sedetik kemudian, sejumlah timah panas dari senjata Karabin M1 buatan Amerika Serikat bersarang di kedua lengan, kaki, dan dada yang mengoyak paru-paru sang komandante.
Ratusan tahun sebelumnya, George Engel, aktivis serikat buruh sekaligus pendiri Partai Buruh Sosialis Amerika Utara, dihukum gantung pada 11 November 1887 bersama empat orang lainnya, yang didakwa sebagai biang kerok kerusuhan Haymarket.
Persis di tiang gantungan, ketika tali sudah mengikat lehernya, Engel berteriak sekencang mungkin: “Ini adalah momen paling membahagiakan dalam hidupku! Hore untuk anarki!”
Baca juga: Kisah Kematian George Washington, Bapak Pendiri Amerika