Kisah Kegemparan Dunia Saat Pertama Kali Mengenal AIDS
https://www.naviri.org/2018/12/kisah-aids.html
Naviri Magazine - Di antara banyak penyakit, AIDS tergolong penyakit baru, karena baru dikenali pada abad ke-20. HIV/AIDS saat ini sudah dikenal luas sebagai penyakit berbahaya, meski dapat diatasi dengan obat. Namun, dulu, saat pertama kali dikenali, AIDS sempat membuat dunia gempar.
Pada 3 Juli 1981, The New York Times membuat kehebohan publik kala menaikkan berita berjudul “Rare Cancer Seen in 41 Homosexuals.” Secara garis besar, berita tersebut mengabarkan bahwa para dokter di New York dan California telah mendiagnosis 41 orang homoseksual menderita “penyakit kanker langka dan berbahaya.” Bahkan, “delapan pasien meninggal dalam waktu kurang dari 24 bulan setelah diagnosis dilakukan.” Penyakit aneh macam ini tak pernah ada dalam sejarah.
Tidak ada orang yang paham apa penyakit itu. Dokter juga belum paham apa penyebabnya. Tak tahu pula apakah ia menular atau tidak. Gejalanya pun berbeda dengan kanker. Penyakit baru tersebut membuat penderitanya mengalami bintik ungu di kulit, dan limpa mereka membengkak.
Kelak, wabah misterius itu punya nama AIDS—sebuah penyakit mematikan yang membikin nyawa vokalis Queen, Freddie Mercury, dan lebih dari 35 juta orang lainnya hilang. Singkat kata, AIDS, yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV), merupakan salah satu pandemi paling merusak yang pernah ada dalam sejarah.
Informasi yang benar adalah kunci
Usai diidentifikasi secara resmi pada 1984, AIDS bikin masyarakat dunia dilanda ketakutan massal. Di AS, misalnya, sekitar 1.000 demonstran mendatangi Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA), menuntut pemerintah segera mempercepat proses persetujuan obat untuk AIDS.
Di tengah kepanikan itu, Jim Bunn, pegawai WHO di unit informasi publik, datang dengan ide membikin satu hari khusus untuk AIDS.
Suatu hari, sebagaimana diwartakan Time, Bunn sedang duduk bersama rekan kerjanya, Tom Netter, di kantor. Mereka membaca kutipan pidato Direktur Jenderal WHO waktu itu, Dr. Mahler. Intisari pidato Mahler menyatakan perlunya mobilisasi secara global, dengan langkah paling efektif dan hemat biaya, guna merespons pandemi AIDS.
Tiba-tiba, Bunn berhenti membaca dan berkata, “Oh, kita perlu satu hari seperti Hari Thanksgiving!”
Tak lama kemudian, keduanya saling tatap dan langsung beranjak dari kursi. Mereka lalu melakukan brainstorming di papan tulis, mencatat apa saja yang bisa dilakukan: jenis kegiatan, strategi, dan waktu pelaksanaan.
Bunn, yang punya latarbelakang jurnalis, percaya bahwa pengetahuan akan HIV dan AIDS dapat membantu orang-orang melindungi diri mereka sendiri. Tapi, Bunn juga sadar, informasi bisa jadi bumerang ketika disampaikan dengan gegabah. Maka, guna memutus sengkarut itu, publik perlu memperoleh hari khusus—semacam “perayaan”—untuk AIDS.
Maka, pada 1 Desember 1988, Hari AIDS Sedunia dilangsungkan untuk pertama kalinya. Didukung UNAIDS, kampanye tersebut mengambil tema “Join the Worldwide Effort.”
Tujuan diselenggarakannya Hari AIDS Sedunia adalah untuk meminta perhatian dan memberi informasi kepada masyarakat global, mengenai pentingnya upaya pencegahan penyebaran HIV, hingga meningkatkan kesadaran mereka akan bahaya virus ini.
Baca juga: Data dan Fakta penting Terkait HIV-AIDS di Indonesia