Misteri dan Rahasia Ilmu Perbintangan Tibet-Mongolia
https://www.naviri.org/2018/12/ilmu-perbintangan-tibet.html
Naviri Magazine - Kajian ilmu perbintangan Tibet-Mongolia bersinggungan dengan banyak pokok. Kebanyakan orang berpikir tentang ilmu perbintangan dalam kerangka penghitungan dan penafsiran nujum; dan ketika Anda berlatih ilmu perbintangan Tibet-Mongolia, Anda sudah pasti akan belajar mengerjakan kedua hal tersebut.
Akan tetapi, nujum Tibet dan Mongolia tidak hanya menyediakan gambaran-gambaran kepribadian bawaan lahir seseorang – bagan kelahiran. Nujum tersebut juga menguraikan bagaimana kehidupan orang tersebut akan terbabar dalam tahun demi tahun kehidupannya (bagan maju); dan rincian ini diperoleh dengan cara yang sangat berbeda dari nujum Barat.
Anda tidak dapat menggambarkan sebuah nujum, jika Anda tidak memiliki tanggal lahir dan kemajuan rentang hidup seseorang dalam lingkup kalender. Oleh karena itu, satu bagian utama dari kajian ini melibatkan matematika dan penghitungan-penghitungan untuk membuat kalender Tibet dan Mongolia, yang juga agak berbeda dibanding kalender Barat.
Lebih lanjut, Anda tidak dapat membuat nujum jika Anda tidak mengetahui letak persis planet-planet pada waktu kelahiran, dan nantinya dalam kehidupan orang tersebut. Maka, satu lagi bagian besar dari pelatihan yang dijalani adalah matematika untuk menghitung efemeris Tibet-Mongolia. Dengan kata lain, letak planet-planet tiap harinya.
Beberapa tabel untuk letak-letak ini tersedia dan siap dijadikan acuan, seperti di Barat; namun para pakar ilmu perbintangan Tibet dan Mongol rata-rata menghitung semuanya dengan tangan.
Sehubungan dengan kalender, pakar ilmu perbintangan juga membuat rejang. Sebuah rejang menunjukkan hari dan jam yang dianggap paling baik untuk memulai kegiatan menanam di sawah-ladang, untuk memanen hasil tanaman, dan hal-hal serupa yang bernilai penting bagi masyarakat.
Sebagaimana halnya ilmu pengobatan Tibet-Mongolia, ilmu perbintangan Tibet-Mongolia secara khas mencampur-baur segi-segi yang berasal dari India, Yunani Kuno, Cina, Asia Tengah, dan Bon. Bahan ini terbagi ke dalam dua segi utama: “penghitungan putih” dan “penghitungan hitam”.
Tata-nama ini tidak ada kaitannya dengan baik atau buruk, seperti yang kita pahami untuk istilah ilmu “putih” atau “hitam”. Putih dan hitam hanyalah penyingkatan dari istilah dalam bahasa Tibet untuk menyebut India dan Cina. India dalam bahasa Tibet dikenal sebagai “tanah luas tempat orang berpakaian putih”, dan Cina sebagai “tanah luas tempat orang berpakaian hitam”.
Penghitungan Putih dan Kalacakra
Banyak tata ilmu perbintangan yang mirip berkembang di India, beberapa bercorak Hindu dan satu Buddha. Penghitungan putih utamanya berasal dari tata Buddha India, yang ditemukan dalam bahan-bahan tantra Kalacakra. Kalacakra berarti “kitaran waktu”, dengan tiga tingkatan: kitaran luar, dalam, dan antara. Kitaran luar mengacu pada kitaran yang dilewati oleh semesta.
Karena kitaran ini, Anda dapat mengukur waktu secara luaran dengan melihat jalan lintasan matahari, bulan, dan planet di angkasa. Dan memang, agama Buddha mengartikan waktu sebagai sebuah pengukuran perubahan.
Lebih lagi, dari kitaran pola-pola yang dibuat oleh benda-benda langit dari gerakan mereka dalam hubungannya satu dengan yang lain, kita memperoleh nujum. Seluruh kajian tentang ilmu angkasa dan ilmu perbintangan ditautkan dengan kitaran-kitaran luar ini.
Di tinjau dari sudut pandang dalam, Anda juga dapat mengukur lintasan waktu dengan kitaran-kitaran dalam tubuh. Misalnya, Anda dapat mengukur waktu dengan menghitung jumlah tarikan napas yang dilakukan seseorang.
Anda bisa juga mengukur waktu dengan kitaran hidup masa kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, atau kitaran haid seorang wanita. Oleh karena itu, ada kitaran waktu dalam dan luar; dan, menurut ajaran-ajaran Kalacakra, keduanya saling sejajar.
Ketika kita melihat dari sudut pandang Buddha, kita akan bilang bahwa makhluk hidup biasa tidak memiliki kendali atas kitaran-kitaran ini. Kitaran-kitaran tersebut terjadi oleh daya karma, atau denyut tenaga. Kitaran luar, yang menjelaskan bagan-bagan perpindahan letak harian dari benda-benda langit, “matang” atau merupakan hasil dari karma umum yang ditanggung bersama.
Kitaran dalam, yang menjelaskan bagan-bagan kelahiran dan maju, matang sebagai hasil dari karma pribadi tiap orang. Kita menanggung derita beragam macam masalah karena tidak memegang kendali atas kematangan, dan dampak dari karma-karma ini terhadap diri kita.
Beberapa orang, misalnya, kental sekali dipengaruhi oleh tatarajah nujum kelahiran mereka. Mereka kesulitan menghadapi bukan hanya kehidupan pribadi mereka, tapi juga kitaran-kitaran luar seperti musim dingin panjang atau bulan purnama. Ada orang yang agak lepas kendali di kala purnama, seperti siluman serigala!
Ada juga yang kesulitan menghadapi kitaran dalam: kitaran perkembangan hormon saat melewati masa pubertas, kitaran haid, proses penuaan, dan seterusnya.
Dalam ajaran Buddha, kita berupaya memperoleh pembebasan dari kitaran-kitaran yang berulang secara tak terkendali ini, yang kita sebut samsara, dan meneruskan diri menjadi yang tercerahkan, agar kita bisa memberi pertolongan terbaik bagi semua orang.
Kitaran-kitaran waktu antara mensyaratkan beragam latihan meditasi Kalacakra untuk memperoleh pembebasan dan pencerahan. Pokok penting ini menyingkap arah dasar ajaran Buddha terhadap ilmu perbintangan. Kita ingin memperoleh pembebasan dari pengaruh unsur-unsur perbintangan seperti nujum.
Menurut ajaran Buddha, arus kesadaran atau aliran-cita dari tiap insan telah mengalami permasalahan-permasalahan tanpa permulaan dan, apabila kita tidak berbuat apa-apa untuk mengubah keadaannya, hal itu akan terus terjadi selamanya, dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya.
Ini berarti bahwa kita perlu membebaskan diri kita tidak hanya dari nujum pribadi di kehidupan kita yang sekarang; kita perlu membebaskan diri kita dari semua nujum kelahiran kembali yang terjadi tanpa terkendali di masa depan. Dengan kata lain, kita bertujuan untuk membebaskan diri kita dari zodiak itu sendiri.
Dari pendekatan ini, kita dapat lihat bahwa sebuah nujum bukanlah sesuatu yang padu dan baku, bukanlah sesuatu yang harus seperti apa kita pastinya, dan bahwa kita hanya bisa pasrah saja.
Kita ingin membebaskan diri kita dari segala kepicikan semacam itu dan, agar demikian, perlu kita ketahui beberapa rincian nujum kita sendiri dan semua nujum secara umum. Maka hal inilah yang menjadi lingkup dari perlunya kita mempelajari ilmu perbintangan – entah ilmu perbintangan Tibet-Mongolia, Hindu India, Cina, Arab, Maya, atau Barat.
Kita bukan saja ingin mengatasi masalah diri kita yang berada di bawah kendali nujum pribadi kita di kehidupan sekarang, namun juga kita yang berada di bawah kendali semua kitaran waktu seperti yang terukur dari gerakan benda-benda langit. Memahami pokok ini amat penting.
Jika tidak, kita mudah saja jatuh ke dalam jebakan takhyul ilmu perbintangan, khususnya ilmu perbintangan Tibet-Mongolia, sebab “hari mujur” dan “hari naas” banyak dibicarakan di situ.
Baca juga: Menguak Kebenaran di Balik Misteri Permainan Kartu Illuminati