Bumi Terus Menerus Mendapat Sinyal Misterius dari Galaksi Lain
https://www.naviri.org/2018/12/bumi-mendapat-sinyal-misterius.html
Naviri Magazine - Para astronom dan para ilmuwan terus memikirkan, apakah ada makhluk hidup lain di alam semesta sana, sebagaimana yang ada manusia di Bumi? Pemikiran itu terbelah menjadi dua. Ada yang meyakini bahwa di luar sana ada planet lain yang juga dihuni oleh makhluk hidup entah apa, sementara sebagian lain meyakini tidak ada makhluk hidup lain di alam semesta selain manusia.
Yang meyakini bahwa ada makhluk hidup lain di alam semesta kerap menyebut makhluk itu sebagai alien. Terlepas apakah alien benar ada atau tidak, yang jelas Bumi yang kita tinggali ternyata terus menerus mendapat sinyal radio misterius (fast radio burst/FRB) dari galaksi lain.
Sinyal itu tak terlihat oleh mata telanjang, dan kemunculan FRB ini sangat sebentar, mereka menghilang dalam hitungan milisekon setelah mencapai jarak tangkapan teleskop di Bumi.
FRB adalah semacam kilatan energi yang telah melakukan perjalanan miliaran tahun cahaya, dan memiliki intensitas layaknya 100 Matahari.
Asal usulnya masih diperdebatkan. Ada dugaan yang mengatakan FRB berasal dari sebuah supernova super besar, atau hasil putaran bintang neutron tercepat di alam semesta, hingga anggapan bahwa FRB adalah sinyal dari pesawat alien.
Sejauh ini ada sekitar 30 FRB yang pernah dideteksi, sejak pertama kali kehadirannya diketahui astronom pada 2007, yang kala itu menduga bahwa teknologi belum bisa menangkap jelas FRB.
Namun, dilaporkan oleh Live Science, dalam sebuah riset terbaru yang telah dipublikasikan di jurnal Nature, ditemukan adanya "serbuan" FRB ke Bumi. "Serbuan" FRB ini bisa dideteksi berkat teleskop-teleskop canggih di Australia.
"Kami menemukan 20 FRB dalam satu tahun. Jumlah ini nyaris dua kali lipat dari jumlah FRB yang dideteksi di seluruh dunia sejak pertama kali ditemukan pada 2007," kata Ryan Shannon, pemimpin riset yang juga merupakan astronom di International Centre for Radio Astronomy Research (ICRAR), dikutip dari Live Science.
"Selain itu, kami juga membuktikan bahwa FRB berasal dari ujung lain alam semesta, yakni bukan dari galaksi yang sama dengan kita," tambah dia.
Dalam riset ini, Shannon dan timnya menggunakan Australian Square Kilometre Array Pathfinder (ASKAP), sebuah rangkaian alat berupa jajaran 36 antena identik yang terhubung pada satu teleskop radio. Mereka berfungsi memonitor langit untuk menangkap FRB yang belum pernah ditangkap sebelumnya.
Setiap antena ASKAP memonitor langit dari sudut yang berbeda. Menurut astronom, ASKAP merupakan penangkap transmisi radio dari luar angkasa terhebat yang ada di Bumi. Tujuan utama dari instrumen tersebut adalah untuk menangkap asal muasal FRB yang masih merupakan misteri.
Selain berhasil menangkap 20 FRB baru pada tahun lalu, peneliti ASKAP juga berhasil mengestimasi seberapa jauh masing-masing sinyal melakukan perjalanan melintasi alam semesta.
Hal ini dilakukan dengan mempelajari bentuk gelombang sinyal yang sampai ke Bumi. Jadi ketika sinyal FRB melintas alam semesta, mereka akan melewati debu-debu dan juga gas yang bisa membuat gelombang sinyal itu melambat atau meregang.
"Gelombang kemudian mencapai Bumi dengan panjang gelombang yang berbeda, yang kemudian ditangkap teleskop pada waktu yang agak sedikit berbeda," kata Jean-Pierre Macquart, ahli senior ICRAR.
"Waktu kedatangan dari tiap gelombang yang berbeda memberi tahu kita seberapa banyak material yang gelombang lewati dalam perjalanannya," tambahnya.
Semakin lebar penyebaran gelombang dalam sinyal, semakin besar kemungkinan gelombang tersebut telah melewati jarak yang sangat jauh, bahkan diduga bisa mencapai beberapa miliar tahun cahaya sebelum sampai ke Bumi.
Macquart menjelaskan, mempelajari FRB bisa membantu para astronom memahami material apa saja yang ada di galaksi berbeda.
"FRB bisa dijadikan semacam mercusuar kosmik," ujar Macquart. "Mereka bisa menemukan suatu zat, di mana zat itu berada di alam semesta, dan menemukan seberapa banyak zat itu menghilang," katanya.
Namun demikian, masih diperlukan riset lebih lanjut atas FRB, sebelum kita bisa memanfaatkannya.