Abraham Ortelius, Pencipta Atlas Modern Pertama di Dunia
https://www.naviri.org/2018/12/abraham-ortelius.html
Naviri Magazine - Atlas atau peta dunia mungkin sudah dianggap hal biasa pada saat ini, khususnya lagi karena kita bisa mengaksesnya secara mudah lewat internet. Namun, pernahkah kita membayangkan bagaimana peta dunia bisa dibuat pada masa lalu, jauh sebelum adanya teknologi canggih seperti sekarang?
Sekitar 500 tahun lalu, tepatnya pada 20 Mei 1570, atlas modern pertama dunia, yang dinamai Theatrum Orbis Terrarum, diterbitkan.
Atlas tersebut merupakan hasil karya Abraham Ortelius, ahli pembuat peta asal Belanda, yang mengumpulkan data dan informasinya dari para ilmuwan, ahli geografi, serta ahli peta lain, sebelum akhirnya menjadikannya sebagai suatu atlas lengkap dunia.
Yang menjadikan atlas ini memiliki nilai signifikan, karena menjadi bukti bahwa pemahaman atas Pengapungan Benua atau Continental Drift, yang kemudian menjadi landasan dari teori lempeng tektonik, telah ada jauh sebelum teori tersebut diperkenalkan oleh Alfred Wegener pada 1915 dalam buku berjudul ‘The Origins of Oceans and Continent’.
Dalam buku berjudul Thesaurus Geographicus, Abraham Ortelius menjelaskan bahwa Benua Amerika seperti tersobek dari Eropa dan Afrika oleh gempa bumi serta banjir.
"Sisa-sisa dari perpecahan akan menunjukkan dirinya sendiri, jika seseorang membuat peta dunia dan memperhatikan pantai dari tiga benua tersebut," jelas Ortelius seperti dikutip dari laman US. Geological Survey.
Selain peta dari berbagai daerah di dunia, di dalam atlas tersebut juga ada beberapa gambar monster-monster laut. Hal ini menunjukkan bahwa generasi Ortelius masih banyak mempercayai keberadaan monster-monster mistis itu.
Ortelius berbeda dengan kebanyakan ahli peta pada masanya. Ia merupakan seorang ahli peta yang secara konsisten menuliskan sumber serta nama si pembuat peta asli.
Ia juga dikenal melakukan banyak korespondensi dengan para peneliti serta orang-orang ternama dari seluruh Eropa, suatu praktik yang hingga saat ini membantu para pemikir dunia untuk saling menginspirasi dan berkembang.
Kini kita memang sudah sangat jarang menggunakan atlas atau buku peta seperti para pendahulu. Kehadiran berbagai peta daring telah mempermudah kita untuk menemukan arah ke tempat tujuan.
Namun, tetap saja, jika bukan berkat usaha para ahli seperti Ortelius, mungkin peta-peta daring tersebut tidak akan pernah ada.