Aktivis Perempuan Buka Suara Soal Kasus Pembunuhan Brigadir J
https://www.naviri.org/2018/11/yang-ada-di-pikiran-pria-tentang-organ-intim-wanita.html
Keterlibatan tiga Kapolda dalam kasus yang menjerat Ferdy Sambo menuai sorotan tajam dari aktivis perempuan, Irma Hutabarat. Sekedar informasi, terdapat tiga Kapolda yang disebut terlibat dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Dugaan keterlibatan tiga kapolda itu sudah sampai ke telinga tim khusus yang menanganai kasus tewasnya Brigadir J.
"Saya ingin mengingatkan, Kepolisian Republik Indonesia itu bukan hanya milik Polisi saja, tapi milik seluruh rakyat Indonesia," ujar Irma Hutabarat dilansir dari tayangan YouTube tvOneNews pada Rabu (7/9/2022).
Dalam kesempatan itu, Irma Hutabarat juga menyinggung narasi pelecehan seksual yang dibangun lagi. Ia menduga sejak awal memang sudah ada rancangan Ferdy Sambo CS dengan tujuan jahat.
"Pada waktu awal-awal itulah yang melibatkan, bukan hanya anak buahnya Sambo, tetapi rekannya dari ketiga Kapolda itu," ucap Irma Hutabarat.
Irma Hutabarat juga membocorkan dugaan pertemuan geng Sambo pada tanggal 29 Juli 2022 di Polda Metro Jaya untuk memanggil LSM.
Pertemuan tersebut diduga untuk keadilan gender, agar memberikan assessment kepada Putri Candrawathi seolah-olah istri Ferdy Sambo itu depresi dan PTSD (post-traumatic stress disorder).
"Nah itu yang masih dibawa sampai sekarang, pada waktu itu, waktu diundang di sana itu kan bisa diteliti bisa ditelusuri, apa yang dilakukan oleh tiga Kapolda tersebut," terangnya.
"Lalu, mengapa meminta yang mengundang lembaga-lembaga itu termasuk salah satunya itu adalah Sukma yang psikolognya Sri Nurherwati itu yang memberikan assessment yang kemarin dibantah Reza Indragiri (pakar psikologi forensik dan Pemerhati Kepolisian)," sambungnya.
Dia juga menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan skenario dan rekayasa yang masih dimainkan oleh Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.
"Buktinya Putri tidak ditahan lalu skenarionya sama, rekayasa yang dari awal itu masih tetap dijalankan," jelasnya.
Aktivis perempuan itu juga mengungkapkan bahwa tak ada yang bisa menegasikan bagaimana besarnya peran dari para geng Ferdy Sambo.
Bukan hanya secara struktur yang berada di bawah Ferdy Sambo, namun juga dirinya menyebutkan bahwa yang satu level bahkan di atasnya pun ikut terlibat dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J itu.
"Jadi yang selama ini luput kita ini mencintai Kepolisian, maka kita wajib untuk membantu dan mengetahui tidak ada cara lain kecuali transparansi dan gak bisa sebagai retorika saja Putri," tandasnya.
Datangi Kamaruddin Simanjuntak
Sementara itu, pengacara keluarga Brigadir J, Martin Simanjuntak mengungkap ada seorang Kapolda yang menemui Kamaruddin Simanjuntak pada 18 Juli 2022.
Martin Simanjuntak mengatakan, Kapolda tersebut datang menemui Kamaruddin Simanjuntak usai keluarga dan kuasa hukum membuat laporan pembunuhan berencana Brigadir J.
Hal tersebut dibeberkan langsung oleh pengacara keluarga Brigadir J, Martin Simanjuntak, menurutnya ada pesan yang dibawa Kapolda tersebut untuk Kamaruddin Simanjuntak.
"Ketemu di Jakarta, (Kapolda) datang dari daerah," kata Martin Lukas pada program Apa Kabar Indonesia Malam, tayang di TV One, Selasa (6/9/2022) malam.
Siapa Kapolda yang menemui Kamaruddin Simanjuntak? Martin enggan untuk membeberkan identitasnya. Dia tidak tahu siapa yang perintahkan Kapolda datang menemui koordinator kuasa hukum keluarga Brigadir Yosua.
"Saat itu diminta cooling down (mendinginkan suasana)," ucap Martin Lukas.
Saat ini ada tiga Kapolda yang jadi sorotan karena diduga terlibat menyokong skenario Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Soal tiga Kapolda yang jadi sorotan ini, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyebut Timsus dan Itsus sudah mendengarnya. Dia menyebut Itsus (Inspektorat khusus) akan dalami informasi itu, tapi dia belum mengungkap kapan dilaksanakan.
Pada kasus pembunuhan Brigadir Yosua, awalnya diungkap sebagai tembak menembak, yang diawali terjadinya pelcehan. Belakangan terungkap bahwa skenario tembak menembak itu tidak ada, yang terjadi justru penembakan searah kepada Brigadir Yosua, hingga akhirnya tewas.
Soal pelcehan yang awalnya disebut terjadi di Duren Tiga, belakangan pun terungkap hal itu tidak terjadi.
Kini setelah laporan dugaan pelcehan di Duren Tiga dihentikan, muncul lagi klaim bahwa pelcehan terjadi di Magelang, Jawa Tengah. Hal ini mencuat ketika Komnas HAM mengeluarkan rekomendasinya.