Semula, Venom Direncanakan Sebagai Film Brutal untuk Dewasa
https://www.naviri.org/2018/11/venom-film-brutal.html
Naviri Magazine - Kesuksesan film Deadpool, yang menyuguhkan adegan-adegan brutal untuk penonton dewasa, memantik munculnya film serupa. Seperti yang kita lihat, film Logan kemudian dirilis dan menampilkan adegan-adegan brutal sebagaimana yang ada dalam Deadpool. Dan sebagaimana Deadpool, film Logan juga laris.
Belakangan, ketika Venom akan dibuat film, sempat ada rencana untuk membuatnya sebagai film semacam Deadpool atau Logan.
Memasuki akhir tahun 2018, warga dunia masih disuapi film-film superhero, dan belum akan berakhir hingga beberapa tahun ke depan. Marvel Cinematic Universe (MCU) dan DC Extended Universe masih punya banyak stok untuk sekuel, prekuel, spin-off, cross-over, remake, atau reboot.
Sony Pictures rupanya tak mau ketinggalan. Mereka telah melakukan pembelian hak cipta atas karakter Marvel sejak beberapa tahun terakhir. Jumlah totalnya, mengutip Variety, ditaksir sudah mencapai 90-an. Salah satunya adalah Venom, alien parasit yang 30 tahun silam muncul pertama kali sebagai tokoh utama di sebuah komik Marvel.
Venom akan menjadi film pertama dalam semesta baru yang diciptakan Sony: Sony's Universe of Marvel Characters (SUMC). Produksinya mengalami tarik-ulur selama satu dekade belakangan. Setelah berhasil mendapatkan hak atas film Venom, Sony memulai proses pra-produksi pada Maret 2017.
Setelah gagal dimasukkan ke MCU, Venom diputuskan sebagai film yang punya semestanya sendiri. Cita-cita Sony untuk menyandingkan Venom dengan Spiderman untuk sementara belum bisa terwujud. Kabar baiknya, sebagai film stand-alone, Venom punya segudang modal untuk jadi film alternatif.
Di tengah gelontoran pahlawan konvensional beserta gengnya, Venom masuk jajaran anti-hero. Sony sempat menggadang-gadang Venom akan mengikuti resep Deadpool (2016 dan 2018) dan Logan (2017): dibikin berdarah-darah, brutal, dan mengandung banyak elemen vulgar.
Sayangnya, rencana ini juga gagal di tengah jalan. Film dengan rating R (yang menghendaki anak di bawah usia 17 tahun ditemani orang tua atau orang dewasa ketika menonton) terlalu terbatas segmen penontonnya. Rating ini tidak memungkinkan Venom untuk menjadi gerbang pembuka menuju SUMC. Sony juga tetap ingin membuka peluang kerja sama dengan Marvel.
Melalui pertimbangan-pertimbangan tersebut, keputusan final Sony mengecewakan sebagian fans: rating Venom diturunkan ke PF-13. Walhasil, ia tidak akan sebrutal Logan apalagi Deadpool.
Keputusan ini menyia-nyiakan banyak hal. Sosok Venom, misalnya, sudah ganas dari tampilan luarnya. Ia adalah alien pemakan manusia, terutama di bagian kepala. Rating PG-13 menghilangkan adegan yang seharusnya berdarah-darah dan sadis—spesialisasi sutradara Ruben Fleischer yang dulu sukses mengemas seni darah, keringat, dan nanah di Zombieland (2009).
Fleischer sebenarnya memasukkan elemen humor ke dalam film keempatnya tersebut, tapi sayangnya tidak berfungsi dengan baik. Hal ini berbeda dengan Zombieland yang sejak awal didesain sebagai film bergenre komedi-horor. Venom tidak demikian, sebab sejak awal diproyeksikan sebagai film dengan bungkus yang serius.
Baca juga: Tanpa Stan Lee, Tidak Akan Ada Spider-Man, Iron Man, dan Avangers