Tik Tok Menjadi Aplikasi yang Paling Banyak Diinstal di Dunia
https://www.naviri.org/2018/11/tik-tok-menjadi-aplikasi-yang-paling-populer.html
Naviri Magazine - Sempat menjadi kontroversi di Indonesia, Tik Tok kini menjadi aplikasi yang paling banyak diinstal di dunia, khususnya per Noveber 2018. Laju Tik Tok sebagai aplikasi tampaknya memang sulit dibendung. Kurang dari dua tahun, aplikasi Tik Tok merajai pangsa aplikasi mobile. Jumlah unduhan Tiktok dari App Store terus meningkat signifikan.
Bahkan jumlah unduhan Tik Tok melampaui aplikasi mobile lain seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan Snapchat. Jumlah unduhan Tik Tok hingga September 2018 untuk pertama kalinya mencapai total 29,7 persen.
Ini prestasi kilat bagi Tik Tok. Maklum, aplikasi buatan ByteDance asal Tiongkok ini baru dikeluarkan pada akhir 2016. Di Tiongkok, aplikasi ini dikenal dengan Douyin.
Ia dengan cepat populer di kalangan remaja di Asia. Bahkan, tulis Tech Crunch, penetrasi ke pasar Amerika Serikat (AS) juga melesat setelah ByteDance menggabungkan Tik Tok dengan Musical.ly yang diakuisisi pada 2017.
Sejak itu, pangsa pasar aplikasi Tik Tok pun meningkat. Pada 30 Oktober, dilansir Digital Journal, unduhan aplikasi Tik Tok pun kembali melewati unduhan Facebook dan tiga aplikasi populer lainnya dengan total 42,4 persen.
Pada September, jumlah unduhan Tik Tok meningkat 31 persen dari Agustus. Total, jumlah install Tik Tok pada iOS dan Android mencapai 3,81 juta kali.
Sementara, Facebook berada di urutan kedua dengan 3,53 juta unduhan dan install. Dari Oktober 2017 hingga Oktober 2018, jumlah install meningkat 237 persen dari 1,13 juta yang dipasang pada Oktober lalu.
Banyaknya pengguna baru yang bergabung dengan Tik Tok membuat aplikasi ini berada di tangga keempat aplikasi paling banyak diunduh di App Store.
Facebook harus puas di urutan ketujuh dan Messenger di urutan kelima. Sementara, YouTube di urutan pertama, Instagram di urutan kedua, dan Snapchat di posisi ketiga.
Namun menurut data dari perusahaan analisis, App Anie, Tik Tok berada di urutan ketiga dari segi aplikasi gratis paling banyak diunduh.
App Anie juga menunjukkan bahwa sebagian besar keuntungan aplikasi antara lain berasal dari peningkatan belanja iklan di Facebook dan platform iklan mobile Google AdMob. Sementara keuntungan lainnya dihasilkan berkat penggabungan (merger).
Sementara itu, peneliti aplikasi Apptopia juga melaporkan hal yang sama—lonjakan unduhan Tik Tok. Ia mencatat bahwa rasio keterlibatan atau engagement aplikasi (porsi pengguna bulanan yang membuka aplikasi setiap hari) masih berada di belakang aplikasi populer lainnya.
Rasio keterlibatan Tik Tok masih rendah, sekitar 29 persen. Bandingkan dengan Facebook 96 persen, Instagram 95 persen, Snapchat 95 persen, Youtube 95 persen.
Di sisi lain, Facebook langsung bereaksi terhadap laporan terbaru ini. Facebook dilaporkan bakal membuat Lasso, aplikasi ala Tik Tok buatan mereka.
Ini bukan aksi pertama Facebook ketika performanya kalah oleh para pesaing. Facebook meluncurkan Instagram Stories ketika Snapchat mengeluarkan fitur Stories. Instagram Stories kemudian lebih populer dibanding Snapchat Stories.
Hingga Juni 2018, menurut South China Morning Post, Tik Tok memiliki 500 juta pengguna aktif bulanan (Monthly Active User/MAU) di 150 negara. Tiga ratus juta orang di antaranya berada di Tiongkok.
Bahkan Oktober lalu, ByteDance didaulat menjadi perusahaan rintisan (startup) paling mahal sedunia. Nilai pasarnya mencapai 75 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.127 triliun.
Ini artinya, valuasi ByteDance sudah melewati valuasi Uber yang terakhir berada pada angka 72 miliar dolar AS (Rp1.078 triliun). Valuasi ByteDance melonjak drastis setelah mendapat pendanaan sebesar 3 miliar dolar AS (Rp44,9 triliun) dari SoftBank.
Sementara itu, ByteDance dikabarkan akan melakukan penerbitan saham perdana untuk publik (IPO) pada 2019. ByteDance menargetkan cara ini bisa meningkatkan valuasinya hingga dua kali lipat.
Baca juga: Zhank Yiming, Jadi Miliuner Berkat Aplikasi Tik Tok