Tanah Makam Kian Langka, Orang Jakarta Terpaksa Booking Kuburan
https://www.naviri.org/2018/11/tanah-makam-kian-langka.html
Naviri Magazine - Hidup di zaman sekarang, rupanya bukan hanya repot selagi masih hidup tapi juga repot setelah mati. Ketika masih hidup, kita tentu harus berusaha dan bekerja keras untuk bisa memiliki rumah atau tempat tinggal. Setelah mati, kita juga harus berjuang dan berusaha untuk bisa mendapat tanah pemakaman.
Kian hari, tanah kosong makin menyempit karena terus digunakan. Hal serupa juga terjadi pada lahan pemakaman. Akibatnya, sebagian orang sampai harus “booking” terlebih dulu, agar saat mati nanti bisa dikubur dengan tenang, dan tidak kehabisan lahan pemakaman.
Tanah yang sudah di-booking itu biasanya akan dibuat seolah kuburan asli, dengan gundukan tanah, plus batu nisan. Tapi isinya kosong, tak ada mayat atau jenazah di dalamnya, karena tujuannya memang untuk tempat persiapan bagi orang yang sudah mem-booking.
Sebelumnya, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Pemprov DKI Jakarta telah membongkar makam-makam yang diduga pesanan dan tak berjasad di berbagai TPU di Jakarta.
Dari lima wilayah penertiban, Dinas Pertamanan dan Pemakaman sudah membongkar setidaknya 376 makam yang diduga fiktif. Jumlah ini terus berlanjut karena masih akan dilakukan penertiban ke total 67 TPU di Jakarta. Menurut Djafar Muchlisin, Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Pemprov DKI Jakarta, praktik dari jual beli makam palsu ini kebanyakan didalangi oleh calo yang merupakan PNS pengawas pemakaman.
Rencananya, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Pemprov DKI Jakarta akan melakukan penertiban hingga tiga bulan ke depan. Setelahnya baru akan melakukan pembaharuan data pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Pemesanan lahan banyak dilakukan untuk mengantisipasi semakin sempitnya lahan pemakaman. Data tahun 2014 menyebutkan rata-rata kematian di Jakarta sebanyak dua orang per hari. Ini artinya, ada 60 orang meninggal setiap bulannya. Kekurangan lahannya diperkirakan mencapai 19-20 hektare.
Jumlah tersebut terus meningkat, bahkan menurut Kepala Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Selatan, Muhammad Iqbal, pada tahun 2016 rata-rata orang meninggal per bulan mencapai 250 orang. Sedangkan sisa lahan pemakaman di tiap-tiap TPU rata-rata hanya berkisar kurang dari 10 persen, itu pun makam kadaluarsa, bukan lahan kosong.
Kurangnya lahan pemakaman membuat sejumlah orang khawatir tak mendapat tempat peristirahatan terakhir, dan karena itulah mereka sampai mem-booking pemakaman, meski entah matinya kapan.