Singapura Kehabisan Lahan Pemakaman, Warga Mulai Bingung
https://www.naviri.org/2018/11/singapura-kehabisan-lahan-pemakaman.html
Naviri Magazine - Tanah atau lahan kosong tidak hanya dibutuhkan untuk orang-orang yang masih hidup, tapi juga untuk orang-orang yang sudah mati. Sebagian orang mati memang ada yang dikremasi, namun banyak pula yang dikubur atau dimakamkan. Karena itu mereka membutuhkan lahan pemakaman untuk keperluan tersebut.
Sayangnya, tidak semua pihak memikirkan hal itu, termasuk pemerintah. Ada banyak lahan kosong yang diubah menjadi pemukiman. Bahkan ada kompleks pemakaman yang digusur menjadi apartemen atau kompleks mal dan semacamnya. Akibatnya, lahan untuk pemakaman makin menyempit dan berkurang.
Jika hal itu terus dilakukan, kita nanti akan menghadapi masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh warga Singapura saat ini.
Singapura saat ini sedang mengalami masalah serius. Bagaimana tidak, negara kecil padat penduduk ini memang terkenal sebagai negara maju yang super lengkap, dengan bangunan-bangunan plus fasilitas super mewah.
Akan tetapi, Singapura membangun fasilitas-fasilitas tersebut di atas tanah kuburan. Artinya, ratusan hingga ribuan jasad yang tersisa mesti dipindahkan terlebih dulu. Seperti yang baru saja terjadi, sekitar 100 ribu kuburan di Singapura dibongkar untuk dibangun sebuah gedung pencakar langit terbaru, yang dilengkapi mal, apartemen, dan pusat bisnis.
Cukup menyedihkan ketika nantinya angka kematian semakin meningkat, sedangkan lahan untuk kuburan hampir tidak ada. Sebab, satu per satu tanah kuburan di sana sudah berubah fungsi dari tahun ke tahun. Contohnya, Pemakaman Bidadari yang dulunya dipakai 126 ribu jasad. Namun, pada tahun 2001 hingga 2006, makam tersebut dibersihkan dan menjelma jadi kota kecil dengan fasilitas super mewah.
Dan kini kasus seperti itu masih berlanjut, karena sekarang sedang proses juga pembersihan Pemakaman Bukit Brown yang bakal menjelma lagi menjadi pemukiman mewah pada tahun 2030 nanti.
Sekarang, Singapura hanya memiliki satu tempat pemakaman. Untuk setiap jengkal makam, orang harus membeli dengan biaya 315 hingga 940 dolar Singapura (Rp3 hingga Rp9,2 jutaan) per makam. Wajar saja kalau dengan kenyataan ini warga Singapura jadi kebingungan. Hidup susah, mati pun susah.
Baca juga: Di Belanda, Banyak Penjara Tutup Karena Kekurangan Narapidana