Pria Disarankan Punya Anak Sebelum Usia 35, Ini Alasannya
https://www.naviri.org/2018/11/pria-disarankan-punya-anak-sebelum-usia-35.html
Naviri Magazine - Mayoritas pria dan wanita ingin menikah, dan mayoritas dari mereka juga ingin punya anak dari pernikahan yang dilakukan. Terkait hal itu, perlu ada perencanaan yang matang kapan akan punya anak—tidak lama setelah menikah, atau beberapa tahun setelah menikah. Jika si pria maupun si wanita sudah berusia matang (lebih dari 30 tahun), akan lebih baik jika segera punya anak.
Dalam hal ini, pria disarankan untuk punya anak sebelum menginjak usia 35 tahun, untuk menghindari risiko kesehatan bayi. Kesimpulan ini mengemuka lewat sebuah studi baru. Studi ini mengamati 40 juta bayi.
Dari pengamatan itu, peneliti menemukan risiko komplikasi kelahiran mulai meningkat seiring bertambahnya usia ayah.
Selama ini, perempuan yang kerap jadi sorotan. Semakin tua usia ibu, semakin tinggi pula risiko kesehatan anak-anak mereka kelak. Namun, studi baru yang dipublikasikan di British Medical Journal ini menunjukkan hal lain. Laki-laki juga punya jam biologis.
"Kita cenderung melihat faktor-faktor maternal dalam mengevaluasi risiko kelahiran yang terkait. Tapi studi ini menunjukkan memiliki bayi yang sehat adalah kerja tim, dan usia ayah juga berkontribusi pada kesehatan bayi," jelas periset Dr. Michael Eisenberg dari Stanford University School of Medicine.
Begitu usia ayah menginjak 35 tahun, terjadi sedikit peningkatan risiko kelainan kelahiran. Namun, risiko ini ikut meningkat secara signifikan, begitu seorang laki-laki memasuki usia 40-an dan 50-an.
Pasalnya, semakin bertambahnya usia seorang laki-laki, ia mengakumulasikan dua mutasi baru pada DNA spermanya.
Jika dibandingkan dengan ayah yang berusia antara 25 hingga 34 tahun, bayi yang lahir dari ayah usia 35 hingga 44 punya kemungkinan lima persen lebih besar untuk lahir prematur, atau lahir dengan berat badan kurang.
Sementara untuk laki-laki berusia 45 tahun ke atas, bayi mereka punya kecenderungan 14 persen lebih besar untuk masuk fasilitas intensive care, lahir prematur, atau berat badan kurang. Juga 18 persen lebih tinggi kemungkinannya mengalami kejang.
Jika usia ayah 50 tahun atau lebih, kemungkinan bayi mereka membutuhkan ventilasi saat lahir meningkat 10 persen. Kemungkinan bayi membutuhkan perawatan intensif pun melonjak 28 persen.
"Yang mengejutkan adalah, tampaknya ada asosiasi antara usia paternal lebih tua dan kemungkinan ibu akan mengalami diabetes selama kehamilan," tambah Prof. Eisenberg.
Bagi laki-laki yang berusia 45 tahun atau lebih, pasangan mereka punya kecenderungan 28 persen lebih besar untuk mengembangkan kondisi diabetes gestasional, jika dibandingkan dengan para ayah yang berusia antara 25 hingga 34 tahun.
Dr. Eisenberg mengatakan, mekanisme biologis di balik fenomena ini masih belum jelas. Pun demikian ia curiga, plasenta ibu punya peran dalam hal ini.
Menurut data Office of National Statistics, sebanyak 18 persen bayi yang lahir di Inggris dan Wales memiliki ayah usia 40 tahun ke atas. Rata-rata usia ayah pada 2016 adalah 33,3 tahun. Hampir empat tahun lebih tua dibandingkan tahun 1974, yakni 29,4 tahun.
Sementara usia ibu juga bertambah tua pada tingkat yang hampir serupa. Pada 2016, rata-rata usia ibu 30,4 tahun, sementara pada 1974 usia rata-rata ibu 26,4 tahun.
Kendati demikian, menurut Dr. Eisenberg, risiko absolutnya masih relatif rendah. Ia membandingkan naiknya risiko ibarat beli tiket lotere.
"Jika Anda beli dua tiket lotere alih-alih satu, maka kemungkinan menang jadi dua kali lipat. Karenanya, naik 100 persen," tukas Dr. Eisenberg.
Lanjutnya, "Namun ini peningkatan yang relatif. Karena kemungkinan Anda menang lotere awalnya sangat kecil, maka sangat kecil kemungkinannya Anda akan menang. Ini contoh yang sangat ekstrem, namun konsep sama bisa diaplikasikan pada cara berpikir Anda soal risiko kelahiran," tulis peneliti.
Jumlah signifikan keluaran kelahiran negatif ini diperkirakan bisa dicegah jika para ayah yang berusia lebih tua memiliki anak sebelum usia mereka menginjak 45 tahun.
"Risiko yang berhubungan dengan usia paternal yang bertambah tua harus dimasukkan dalam topik-topik pembahasan mengenai perencanaan keluarga dan konseling reproduksi," tulis peneliti.
Dalam editorial BMJ untuk studi ini, Dr. Hilary K Brown, asisten profesor Interdisciplinary Centre for Health and Society di University of Toronto, menyoroti rata-rata usia laki-laki dan perempuan di negara maju saat memiliki anak pertama telah melonjak dalam 40 tahun terakhir. Tepatnya 35 tahun untuk perempuan, dan 40 tahun untuk laki-laki.
Penelitian ini muncul setelah sebuah penelitian pada bulan April menyarankan makan makanan cepat saji dapat menyebabkan masalah kesuburan pada perempuan.
Karenanya, menurut Dr. Brown, penelitian baru ini memiliki manfaat tersendiri. "Mengingat banyak pasangan mungkin tidak menyadari dampak potensial dari usia ayah pada kesehatan perinatal, temuan saat ini menggarisbawahi pentingnya memasukkan topik usia paternal dalam rencana hidup reproduksi," pungkas Dr. Brown.