Perbedaan Pria dan Wanita Saat Mengalami Patah Hati
https://www.naviri.org/2018/11/perbedaan-pria-dan-wanita-saat-patah-hati.html
Naviri Magazine - Seorang pria dan wanita menjalin hubungan romantis, dan mereka tentu berharap bisa melangsungkan hubungan itu hingga pernikahan. Namun, di tengah jalan, bisa muncul sesuatu yang menjadikan mereka harus berpisah.
Penyebabnya bisa macam-macam, baik dari hubungan mereka sendiri, atau dari faktor luar semisal ketidaksetujuan orang tua. Yang jelas, apa pun penyebabnya, mereka berdua akan patah hati.
Patah hati menimbulkan berbagai macam reaksi, salah satunya adalah rasa kehilangan. Craig Eric Morris, dkk dalam laporan penelitiannya yang bertajuk “Quantitative Sex Differences in Response to the Dissolution of a Romantic Relationship”, mengatakan bahwa kehilangan adalah hasil dari tarik-ulur antara manfaat (advantage) dan 'ongkos' yang mesti dikeluarkan (cost).
Dalam hal ini, hubungan romantis memiliki berbagai macam kegunaan bagi seseorang, serta 'ongkos' dalam bentuk perilaku dan emosi yang mesti diungkapkan jika mereka berpisah.
Eric Morris menjelaskan bahwa reaksi emosional terhadap perpisahan seringkali dipengaruhi oleh kondisi seseorang. Kondisi mental dan fisik yang terwujud dalam bentuk kekhawatiran, adiksi, dan depresi bisa berdampak pada perilaku dan situasi emosional seseorang. Tak heran jika kehilangan kerap berujung pada depresi, kesedihan, atau perasaan bersalah.
Rasa kehilangan dan kesedihan dirasakan baik laki-laki dan perempuan saat putus cinta. Tapi, ada perbedaan cara antara laki-laki dan perempuan dalam mengolah dan menghadapi pengalaman perpisahan. Seperti yang dilaporkan Huffington Post, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh peranan sosial dalam hubungan, persepsi tentang harga diri, dan cara mengatasi emosi.
Kepada Huffington Post, psikolog Melanie Schilling menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memperoleh harga diri dari sebuah hubungan yang sedang dijalani. Gara-gara hal tersebut, keduanya didera rasa kehilangan dan mengalami konflik identitas ketika harus berpisah dengan pasangan.
Ia mengatakan, secara umum laki-laki mendapatkan harga diri dari status sosial berpasangan. Sementara itu, perempuan memperoleh koneksi dari hubungan dengan pasangan. “Perbedaan ini berpengaruh pada perilaku laki-laki dan perempuan setelah mereka berpisah,” kata Schilling.
Seperti yang dilaporkan Huffington Post, Schilling menjelaskan bahwa perempuan cenderung curhat sembari mencari dukungan dari keluarga dan teman. Di sisi lain, laki-laki biasanya mengelola patah hati dengan cara menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas.
“Penelitian menunjukkan bahwa perempuan memerlukan koneksi perasaan, sedangkan laki-laki butuh kegiatan yang bisa dilakukan. Tak heran jika seorang wanita terlihat berkumpul dengan teman-teman sesama perempuan sambil bercerita tentang patah hatinya. Di sisi lain, laki-laki biasanya mencoba aktivitas baru, pergi berlibur, atau menjalin hubungan baru setelah berpisah,” kata Schilling.
Ketidakmampuan pria untuk mencurahkan isi hati layaknya perempuan juga berpengaruh pada perasaan yang dialami saat patah hati. Apalagi, menangis dan mengakui suasana hati yang rapuh masih menjadi hal yang tabu bagi kebanyakan laki-laki, mengingat mereka dibesarkan dalam kultur yang menganggap tangisan sebagai tanda kelemahan.
Baca juga: 5 Alasan Kamu dan Mantan Sulit untuk Menjalin Pertemanan Lagi