Waspada, Sekarang Penyakit Jantung Juga Menyerang Anak Muda
https://www.naviri.org/2018/11/penyakit-jantung-juga-menyerang-anak-muda.html
Naviri Magazine - Di masa lalu, penyakit jantung mungkin memang identik dengan orang berusia tua. Meski di masa lalu mungkin ada pula orang berusia muda yang terkena masalah jantung, namun penderita penyakit jantung berusia tua jauh lebih banyak. Karenanya, penyakit itu pun diidentikkan dengan mereka yang sudah berusia tua.
Namun, kini, orang-orang muda atau masih dalam usia produktif juga rentan mengalami masalah jantung. Pola hidup yang tidak sehat, yang dijalani kalangan generasi muda, adalah salah satu pemicunya.
Prevalensi penyakit kardiovaskular cenderung meningkat dari tahun ke tahun. WHO (World Health Organization) memprediksi, penyakit kardiovaskular akan menyebabkan kematian lebih dari 23 juta jiwa per tahun pada 2030.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2013, penyakit jantung koroner sudah mencapai 12,1 persen dari populasi. Yang lebih mengejutkan, riset itu menyatakan 39 persen di antaranya merupakan kelompok berusia kurang dari 44 tahun, sedangkan 22 persen berasal dari kelompok usia 15 hingga 35 tahun.
Modernisasi yang terjadi secara perlahan namun pasti berdampak pada pergeseran kelompok usia penderita penyakit jantung dari usia senja ke usia produktif. Berbagai kemudahan dan kenyamanan yang kita dapatkan dari teknologi yang kian maju justru membuat pola hidup menjadi tidak sehat.
Pekerja usia produktif cenderung memiliki waktu kerja yang panjang, bekerja di belakang meja (sedikit bergerak), tidak mengonsumsi makanan yang sehat, dan tidak berolahraga. Pola hidup yang tidak sehat dan stres memiliki peran cukup besar menyebabkan penyakit jantung pada usia muda.
Berdasarkan Interheart studi, terdapat 9 faktor risiko yang dapat meningkatkan penyakit jantung koroner (PJK), yaitu kolesterol tinggi, merokok, stres, diabetes, tekanan darah tinggi, abdominal obesitas (perut lebih besar daripada bokong), tidak mengonsumsi alkohol sama sekali, tidak berolahraga, serta kurang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Sejak Perang Dunia II, kita mengalami perubahan diet yang drastis untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan. Bahan pangan yang semula merupakan hasil pertanian sekarang bergeser menjadi hasil olahan industri seperti tepung terigu dan gula. Porsi makanan olahan di dalam kehidupan kita juga semakin meningkat. Perubahan pola inilah yang makin menyebabkan penyakit jantung bergeser ke usia yang lebih muda.
PJK bisa dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor risiko tersebut. Namun, terdapat beberapa faktor risiko yang tidak dapat kita ubah seperti faktor keturunan, usia, dan jenis kelamin. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat PJK atau mati mendadak sebelum usia 55 tahun, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung.
Di samping itu, semakin bertambahnya usia, risiko untuk terjadinya semua bentuk penyakit kardiovaskular akan meningkat pula. Dan hanya pada pria, risiko terkena PJK meningkat menjadi dua kali lipat. Orang-orang dengan faktor risiko seperti di atas sebaiknya melakukan skrining jantung lebih awal.
Skrining jantung awal yang bisa dilakukan adalah dengan ECG stress test. Ini merupakan prosedur sederhana di mana pasien diminta melakukan treadmill sambil irama jantungnya direkam dengan ECG.
ECG stress test memiliki akurasi 60-70 persen untuk mengetahui adanya penyempitan pada pembuluh darah jantung. Jika didapatkan kelainan pada ECG stress test, pasien akan diminta untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti stress echo, CT scan jantung, tes nuklir, atau kateterisasi.
Perkembangan teknologi kesehatan dapat menurunkan angka mortalitas pasien yang masuk dengan serangan jantung. Namun, pencegahan atau diagnosa dini penyakit jantung merupakan lini pertama yang harus diperkuat.
Baca juga: Mengenali Ciri Khas Nyeri Dada Akibat Masalah Jantung