6 Penemuan Besar Dalam Sejarah yang Ternyata Kebohongan
https://www.naviri.org/2018/11/penemuan-besar-dalam-sejarah.html
Naviri Magazine - Sepanjang sejarah, ada berbagai penemuan dan penciptaan yang mengagumkan, bahkan sebagian menggemparkan dunia. Penemuan-penemuan itu meliputi fosil di bidang arkeologi, robot di bidang teknologi, listrik di bidang fisika, dan lain-lain. Sebagian penemuan itu memang kemudian bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya, namun sebagian lain ternyata kebohongan semata.
Berikut ini adalah enam penemuan besar dalam sejarah yang pernah menggemparkan dunia pada masanya, namun belakangan terungkap kalau sebenarnya cuma rekayasa atau kebohongan.
Layangan listrik Benjamin Franklin
Pada 19 Oktober 1752, Pennsylvania Gazette mempublikasikan gambaran singkat dari eksperimen yang baru saja dilakukan Benjamin Franklin. Menurut berita tersebut, Franklin telah menerbangkan sebuah layang-layang dalam badai petir, sehingga menyebabkan listrik merambat melalui benang, dan masuk ke sebuah kunci yang terikat di bawahnya.
Namun, beberapa ahli sejarah berpendapat, kemungkinan eksperimen tersebut tidak pernah terjadi. Pasalnya, mereka kekurangan informasi yang rinci mengenai eksperimen tersebut. Tidak diketahui secara pasti kapan eksperimen itu dilakukan.
Turk, mesin catur
Turk mekanis atau robot pecatur adalah mesin permainan catur yang dirancang dan ditemukan pada 1770 oleh Wolfgang von Kempelen, seorang insinyur Hongaria. Mesin ini sepertinya mampu bermain catur melawan manusia.
Selama beberapa tahun, Turk mengelilingi Eropa dan Amerika Serikat untuk menunjukkan kemampuannya mengalahkan lawan-lawannya. Tak kurang dari negarawan sekelas Napoleon Bonaparte dan Benjamin Frankin bertekuk lutut mengakui kehebatan pecatur robot ini.
Kebohongan mulai terungkap pada 1820-an, ketika Edgar Allan Poe berhasil membuktikan bahwa seorang master catur bertubuh kecil telah disembunyikan sebagai operator di dalam mesin catur tersebut
Raksasa dari Cardiff
Pada Oktober 1869, mayat membatu setinggi 10 kaki digali dari sebuah lahan pertanian di Cardiff, New York. Belakangan, mayat besar itu disebut Raksasa Cardiff.
Raksasa Cardiff itu kemudian jadi berita besar, dikatakan sebagai penemuan geologis terbesar saat itu, dan banyak dikunjungi warga Amerika Serikat. Mereka rela membayar 25 sen untuk menyaksikan manusia raksasa tersebut.
Namun, pada awal 1870, terungkap bahwa penemuan itu hanyalah tipuan. Raksasa Cardiff adalah patung hasil kreasi George Hull, terbuat dari bongkahan gipsum yang dibentuk menyerupai manusia setinggi 10 kaki, dan dikubur di sebuah ladang di Cardiff, kemudian direkayasa agar ”ditemukan” oleh pekerja.
Manusia Piltdown
Charles Dawson, seorang arkeolog amatir asal Inggris, dengan yakin mengatakan bahwa ia telah menemukan tulang kepala, gigi, dan rahang, di sebuah lubang penggalian di Piltdown, Sussex, Inggris. Belakangan, penemuan itu populer disebut Manusia Piltdown.
Selang 40 tahun kemudian, para ilmuwan melakukan pengujian modern yang dapat dipertanggung jawabkan, dan mereka dapat membuktikan bahwa tengkorak temuan Dawson umurnya hanya beberapa ratus tahun, sementara tulang rahangnya berasal dari tulang rahang orangutan, begitu juga dengan giginya ternyata dari gigi gajah dan kuda nil. Sehingga klaim penemuan Manusia Piltdown oleh Charles Dawson terpatahkan.
Putri Duyung dari Fiji
Juli 1842, seorang berkebangsaan Inggris, Dr. J. Griffin, anggota British Lyceum of Natural History, tiba di Kota New York dan membawa seekor ikan duyung yang diduga terdampar di Kepulauan Fiji, Pasifik Selatan.
Dalam sebuah pertunjukan di American Museum, ikan duyung Fiji pun dipertontonkan, sosoknya jauh dari gambaran seorang wanita cantik, melainkan menyerupai bangkai kering seekor kera berbadan ikan.
Dari penelitian museum tersebut, ternyata ikan duyung Fiji adalah tipuan belaka, yang sesungguhnya adalah bangkai kera yang dimumi melalui teknik Taksidermi (ilmu mengeringkan bangkai binatang).
Archaeoraptor
Archaeoraptor liaoningensis pertama kali dipublikasikan dalam majalah National Geographic 1999. Melalui sebuah artikel yang ditulis Christopher Sloan, fosil ini dinyatakan sebagai mata rantai yang hilang antara burung dan dinosaurus theropod, dan benar-benar bisa terbang.
Sebelum National Geographic mempublikasikan, telah banyak yang meragukan keotentikan fosil ini. Hingga kemudian, tak pelak menjadi skandal ketika sebuah studi sains membuktikan fosil dari Cina ini adalah palsu, karena dibentuk dari bagian-bagian fosil dengan spesies yang berbeda-beda.
Zonghe Zhou, seorang paleontolog Cina, menemukan kepala dan badan bagian atas milik spesimen fosil burung primitif Yanornis, bagian ekor milik Microraptor, sedangkan tungkai dan telapak kaki milik hewan yang belum diketahui.
Baca juga: Misteri Orang-orang Aneh yang Hidup di Dasar Laut