Memahami dan Mewaspadai Pelecehan Seksual Online
https://www.naviri.org/2018/11/pelecehan-seksual-online.html
Naviri Magazine - Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, termasuk di dunia maya, karena nyatanya orang bisa melecehkan atau dilecehkan secara online. Karena kita saat ini telah begitu terhubung dengan internet dan media sosial, ada baiknya untuk memahami fenomena tersebut, dan mewaspadai agar jangan sampai melakukan atau menjadi korban.
Karena praktik pelecehan seksual tetap kejahatan, tak peduli dilakukan di dunia nyata atau di dunia maya. Dalam apa pun bentuknya, orang tidak suka dilecehkan. Yang kadang menjadi masalah, beberapa orang kadang tidak memahami di mana batas perilaku bisa disebut pelecehan atau bukan.
Pada 2017 lalu, lembaga survei Pew Research Center melakukan penelitian terhadap 4.248 penduduk Amerika Serikat. Hasilnya, 41 persen responden diketahui pernah mengalami pelecehan online, dan 66 persen dari mereka pernah melihat aktivitas pelecehan secara online.
Umumnya, pelecehan tersebut dialami oleh mereka yang berada dalam usia dewasa muda, yakni 18 hingga 29 tahun (67 persen penduduk dewasa muda). Meski begitu, rupanya kasus ini juga dapat dialami oleh kelompok usia 30 hingga 49 tahun (49 persen populasi usia), serta kelompok usia 50 tahun ke atas (22 persen populasi usia).
Di akhir 2017, UK Safer Internet Centre pernah melakukan penelitian terhadap 3.257 remaja di Denmark, Hungaria, dan Inggris, untuk mengetahui pengalaman mereka terhadap pelecehan seksual online.
Dalam penelitian itu, mereka membagi pelecehan seksual dalam 4 jenis. Pertama, perilaku pelecehan menggunakan konten digital (gambar, video, posting, pesan, halaman) di berbagai platform, baik pribadi maupun publik.
Kedua, pelecehan hingga membuat seseorang merasa terancam, dieksploitasi, dan dipaksa. Ketiga, kekerasan seksual yang membuat korban dikucilkan dari kelompok atau komunitas tertentu, akibat konten seksual. Terakhir, permintaan seks dari seseorang, baik melalui komentar maupun konten.
Pada kasus seksualisasi yang tak diinginkan, 24 persen responden menyampaikan bahwa mereka pernah menerima komentar bernada seksual pada foto mereka. Yang patut dicermati, meski umumnya hal tersebut terjadi pada perempuan, laki-laki pun mengalaminya. Umumnya, responden menyampaikan bahwa foto mereka kerap dijadikan objek seksual.
Baca juga: Di Zaman Mesir Kuno, Kehidupan Wanita Sudah Sangat Maju