Misteri Penemuan Krim Wajah Berusia 2000 Tahun
https://www.naviri.org/2018/11/krim-wajah-berusia-dua-ribu-tahun.html
Naviri Magazine - Kita tentu akrab dengan krim wajah, khususnya para wanita yang biasa menggunakan kosmetik untuk mempercantik diri. Kita pun mungkin mengira bahwa krim wajah adalah temuan baru atau sesuatu yang baru ada di zaman modern.
Ternyata perkiraan itu keliru. Krim wajah ternyata sudah ada sejak zaman Romawi kuno, atau sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Para ekspeditor dari perusahaan Pre-Construct Archaelogy (PCA) menemukan sebuah wadah berdiameter 6 centimeter yang berisi krim wajah milik seorang wanita dari zaman Romawi kuno.
Wadah itu ditemukan di situs kuil Romawi, yang dulu dibangun sebagai persembahan untuk dewa Mars Camulus. Krim tersebut berasal dari sekitar tahun 150 M. Krim ini sekarang dipajang di Museum of London.
Meskipun telah berusia ribuan tahun, krim wajah itu terawetkan dengan baik, sehingga sidik jari pemakainya masih bisa terlihat, bahkan hanya dengan mata telanjang sekalipun.
Tim PCA pun dapat meniru isi produk krim itu dari bahan-bahan yang baru. Bahan-bahan utama krim wajah itu adalah lemak hewani yang dicampur pati dan mineral timah oksida.
Penemuan unik ini lalu dianalisis secara kimia oleh Richard Evershed dari University of Bristol, yang sering melakukan percobaan-percobaan unik, seperti mencari tahu komposisi obat, makanan, dan kosmetik kuno.
Percobaan-percobaan itu biasanya ia lakukan dengan cara meneliti sisa-sisa yang terdapat di alat makan, pot, atau tembikar yang berasal dari zaman tersebut.
Jadi, apa saja sebenarnya isi krim wajah tersebut? Dari penelitian yang dilakukan pada 2004, tim ilmuwan Richard Evershed mengumumkan bahwa krim wajah yang mereka namakan "krim Londinium" tersebut sebagian besar terdiri dari lemak hewani, kemungkinan besar sapi atau domba.
Mereka juga menemukan pati, yang kemungkinan didapat dengan cara merebus akar dan biji-bijian dalam air. Sebagai tambahan, krim itu juga mengandung mineral timah dioksida bernama cassiterite, yang rumus kimianya adalah SnO2.
Tekstur krim itu lembut dan nyaman ketika dioles di kulit. Meskipun awalnya akan terasa berminyak, karena lemak hewani yang digunakan, tekstur berminyak itu terkalahkan oleh tekstur yang lembut dan terasa seperti bedak karena pati yang terkandung di dalamnya.
Dalam pembuatan kosmetik modern pun, pati masih sering digunakan untuk memberikan tekstur lembut. Penambahan SnO2 adalah untuk memberi warna putih ke dalam krim tersebut. Wanita-wanita zaman Romawi kuno senang memiliki kulit wajah yang terang, sehingga krim itu dulu juga mungkin digunakan sebagai alas bedak.
Baca juga: Misteri Batu-batu Aneh Buatan Iblis di Australia