Kisah Anak Miliuner Menghabiskan Rp5,4 Miliar Dalam Semalam
https://www.naviri.org/2018/11/kisah-anak-miliuner.html
Naviri Magazine - Wang Jianlin adalah salah satu miliuner terkenal di China. Dia memiliki seorang anak laki-laki, bernama Wang Sicong. Berbeda dengan ayahnya yang senang bekerja keras, Wang Sicong justru senang berfoya-foya dengan duit orang tuanya. Kalau ayahnya senang bekerja, Wang Sicong justru senang berpesta.
Karena hal itu pula, Wang Jianlin merasa ragu mewariskan perusahaannya kepada si anak, karena khawatir perusahaan yang dirintisnya akan hancur jika ada di tangan si anak.
Akhirnya, Wang Jianlin, pendiri dan bos besar konglomerasi Grup Wanda, terpaksa mengambil keputusan pahit. Salah satu orang paling tajir di China daratan ini terpaksa mewariskan pengelolaan perusahaannya kepada tim profesional, bukan kepada putra satu-satunya, Wang Sicong.
“Seperti sudah diketahui banyak orang, aku sudah bertanya kepadanya, dan dia bilang tak ingin mengikuti jalan hidupku,” Wang Jianlin menuturkan kepada wartawan seperti dikutip The Straits Times. “Anak muda punya pilihannya sendiri. Dan mungkin memang bakal lebih baik jika perusahaan dikelola oleh para profesional.”
Lain bapak, lain pula anak. Tak seperti rata-rata orang tua mereka yang sempat “mencicipi” Revolusi Kebudayaan dan biasa hidup prihatin – Wang Jianlin pernah menjadi prajurit di Tentara Pembebasan Rakyat – anak-anak muda seperti Sicong tak pernah merasakan hidup susah. Sejak lahir, mereka sudah biasa “mandi” dengan uang.
Setengah abad silam, Pemimpin Besar Tiongkok, Mao Zedong, menggelar Revolusi Kebudayaan untuk menyapu bersih cara berpikir, adat istiadat, dan segala kebiasaan, yang dianggap berbau borjuis. Tapi generasi baru Tiongkok, anak-anak muda yang lahir dari keluarga-keluarga super tajir Cina, bukanlah anak-anak Revolusi Kebudayaan.
Tak usah buang-buang waktu bicara soal cita-cita Revolusi Kebudayaan China dengan mereka. Anak-anak muda ini lebih tertarik bicara soal Ferrari, Lamborghini, Maserati, Gucci, Hermes, atau Grands Échezeaux, ketimbang berdiskusi soal ajaran Mao dan cita-cita negara komunis. Mereka inilah para fuerdai, generasi kedua orang-orang kaya di China.
Wang Sicong, 30 tahun, memang sudah kondang dengan segala polahnya. Beberapa waktu lalu, Shanghaiist menulis bagaimana Sicong menghabiskan 2,5 juta Yuan atau Rp 5,4 miliar dalam semalam di klub karaoke Beijing, KTV. Sicong, yang mengklaim sebagai gaofushuai, “tinggi, kaya, dan ganteng”, ini memang enteng saja merogoh kantong dan menghamburkan uang bapaknya.
Tiga tahun lalu, dia menggelar pesta ulang tahun ke-27 besar-besaran di satu hotel bintang lima di Sanya, dan mendatangkan grup K-pop, T-ara. Pantai di sekeliling hotel itu ditutup untuk umum demi pesta Sicong. Kepada para tamunya, Sicong dengan royal membagi-bagikan tablet iPad terbaru, bak tengah menebar kupon makan.
Tapi rupanya penampilan T-ara di pesta pribadi Sicong itu membuat penggemar berat grup vokal dari Korea Selatan kurang senang. Salah seorang penggemar T-ara menulis di laman Weibo, bahwa tak semestinya T-ara manggung hanya untuk memuaskan orang berduit seperti Sicong.
Komentar penggemar T-ara membuat Sicong sewot berat. “Kelompok lain juga naik panggung bagi mereka yang mampu membayar... Kamu tak mampu membayar T-ara, tapi aku bisa. Bukankah caraku ini bisa menjadi ajang promosi mereka? Dasar kamu idiot,” Sicong membalas komentar di Weibo.
Baca juga: Orang-orang Super Kaya yang Menjalani Hidup Sangat Sederhana