Kabur dari Utang, Pria Ini Tinggal di Tengah Hutan Sendirian
https://www.naviri.org/2018/11/kabur-dari-utang-pria-ini-tinggal-di-hutan.html
Naviri Magazine - Di beberapa negara, ada sistem yang memungkinkan orang bisa berutang untuk membiayai pendidikannya. Dengan sistem tersebut, orang-orang yang tidak bisa membayar kuliah bisa berutang, sampai kuliahnya lulus. Nanti, setelah lulus kuliah dan mulai kerja, dia bisa mengangsur utang pendidikannya sampai lunas.
Sekilas, sistem itu baik, karena memungkinkan siapa pun untuk mendapat pendidikan di perguruan tinggi. Namun, masalah mulai muncul ketika lulus kuliah namun tidak juga mendapat kerja, atau bisa mendapat kerja namun hasilnya tidak cukup untuk mengangsur utang. Apa yang terjadi? Utang pun kian menumpuk, karena ditambah bunga.
Gara-gara hal itu pula, seorang pria asal Amerika Serikat rela meninggalkan kenyamanan hidup di negaranya, demi tinggal di dalam hutan India. Hal ini nekat dilakukannya demi bisa kabur dari kejaran utang, yang angsurannya mencekik tiap bulan.
Chad Haag, 29 tahun, meninggalkan kota Denver untuk tinggal di desa Ukhakkada, Kerala, India. Dia kini tinggal di rumah batu bata yang dikelilingi pepohonan kelapa. Masih banyak hewan liar yang melintas.
"Saya melihat empat gajah kemarin," kata Haag saat diwawancara CNBC pekan lalu.
Haag punya utang pinjaman dana pendidikan atau student loan untuk biaya kuliah. Utangnya itu mencapai USD 20 ribu atau sekitar Rp 300 juta yang harus dicicil USD 300 (Rp 4,5 juta) per bulan.
"Jika kau tidak punya gaji cukup, utang USD 20 ribu adalah bencana," kata Haag.
Lulusan fakultas filsafat University of Northern Colorado pada 2011 ini mengaku sulit membayar utang karena tidak dapat pekerjaan bergaji besar. Walau berijazah, Haag hanya mendapat kerja di pabrik, merakit roket mainan atau buruh kasar.
Pendidikannya kurang tinggi, Haag berpikir begitu. Akhirnya dia kuliah lagi, ambil gelar master untuk perbandingan sastra di University of Colorado Boulder. Tapi setelah lulus, kariernya tidak juga membaik.
Pekerjaan terakhir yang dijalaninya adalah kurir sampel darah dan urin untuk rumah sakit. Gajinya USD 1.700 tidak cukup untuk membayar utang, untuk biaya hidup, dan menyewa apartemen. Di usianya yang hampir kepala tiga, dia masih tinggal di rumah ibunya, sebuah aib bagi pemuda di Barat.
Akhirnya, dia memilih kabur ke India. Di kampung ini, dia bertemu kekasih hatinya, seorang wanita India, yang akhirnya dia nikahi. Namun di India, Haag harus menurunkan standar kehidupannya.
"Toiletnya hanya lubang di tanah dan kita harus jongkok," kata Haag.
Satu kali, dia pernah makan daging kambing yang ternyata busuk di restoran setempat, dan langsung dilarikan ke IGD. Tidak peduli, Haag mengatakan hidupnya sekarang masih lebih baik karena tak perlu memikirkan utang.
"Jika pohon tumbang di hutan dan tidak ada yang mendengarnya, apakah itu benar-benar ada? Sekarang utang tidak lagi membebani saya seperti di masa lalu," kata dia.
Tapi itu tidak benar. Utang adalah utang, dan harus dibayar. Jika Haag pulang ke negaranya, tulis CNBC, utang itu akan terus bertambah berkali-kali lipat karena bunga, denda keterlambatan bayar, dan ongkos penagihan.
Haag bukan satu-satunya warga AS yang tidak membayar pinjaman pendidikan. Menurut data pemerintah AS, pinjaman pendidikan yang tidak dibayar dalam sepuluh tahun terakhir meningkat tiga kali lipat. Diperkirakan pada 2022, utang itu akan membengkak hingga USD 2 triliun.
Baca juga: Sendirian, Wanita Ini Hidup 1 Tahun di Hutan untuk Uji Nyali