Biografi Florence Nightingale, Perawat Pertama di Dunia
https://www.naviri.org/2018/11/florence-nightingale.html
Naviri Magazine - Dilahirkan di Florence, Italia, 12 Mei 1820, Florence Nightingale adalah pelopor perawat modern, penulis, dan ahli statistik. Dunia mengenangnya sebagai “The Lady With The Lamp” (Wanita Berlampu) karena jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada masa Perang Krimea, di Semenanjung Krimea, Rusia.
Sejak memutuskan untuk mengabdi kepada Tuhan dengan menjadi perawat yang menolong sesama, Florence mendapatkan banyak penentangan—khususnya dari keluarganya—karena pada masa itu profesi perawat bukanlah profesi terhormat atau layak dilakukan oleh wanita.
Namun Florence bertekad memenuhi panggilan hidupnya. Ia belajar ilmu keperawatan di Jerman, kemudian di Prancis. Setelah pengetahuannya memadai, ia kembali ke London dan menjadi guru di sebuah rumah sakit besar. Di rumah sakit itulah rasa cintanya terhadap manusia yang menderita semakin besar.
Pengabdian Florence yang kemudian menorehkan sejarah adalah ketika ia hadir untuk merawat para tentara dalam Perang Krimea. Pada waktu itu, Prancis, Inggris, Kerajaan Sardinia, dan Kekaisaran Ottoman, berperang melawan Kekaisaran Rusia.
Pada bulan November 1854, Florence bersama 38 rekan-rekannya tiba di di Barak Selimiye, dan menyaksikan para prajurit yang terluka tidak dirawat dengan baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya tingkat kebersihan sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia.
Karena kondisi tersebut, dari 4.077 tentara yang meninggal, sebagian besar meninggal karena penyakit tifus, tifoid (typhoid), kolera, dan disentri. Kenyataan itu membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh para prajurit bukanlah luka-luka perangnya semata, melainkan kondisi tempat perawatan yang sangat buruk.
Selama merawat para tentara itu, Florence sering berkeliling mengunjungi dan menghibur para pasien yang dirawatnya dengan membawa lampu gas sebagai alat penerangan.
Bagi para pasiennya waktu itu, Florence bagaikan bidadari yang mendatangi mereka yang sedang terluka dan sekarat, hingga ia kemudian dijuluki “The Lady With The Lamp”. Kesan itu bahkan terus terbawa di dalam benak para pasiennya ketika Perang Krimea akhirnya berakhir.
Ketika kembali ke Inggris, Florence mengumpulkan lebih banyak bukti yang kemudian ia tuliskan secara khusus kepada Komisi Kesehatan Angkatan Darat, serta melaporkan betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat buruknya kondisi di barak-barak. Laporan berupa kertas kerja itu kelak mengubah sistem perawatan rumah sakit, hingga kemudian seperti kita kenal sekarang.
Pada tahun 1860, ia mendirikan Nightingale Training School bagi para perawat di Rumah Sakit St. Thomas. Pada tahun itu pula ia mempublikasikan karyanya, “Notes on Nursing”, yang merupakan karya penting yang memuat prinsip-prinsip keperawatan yang meliputi pengawasan yang teliti dan sensitif bagi para pasien.
Ketika meninggal dunia pada 13 Agustus 1910, Florence Nightingale mewariskan hal penting kepada dunia, yakni sistem kesehatan publik, serta mengangkat martabat para perawat ke tempat yang terhormat. Ia meninggal dalam usia 90 tahun, dan dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.
Baca juga: Biografi Robert Koch, Dokter dan Ahli Bakteri Peraih Nobel