Dark Humor, Upaya Menertawakan Kenyataan yang Kejam
https://www.naviri.org/2018/11/dark-humor.html
Naviri Magazine - Humor atau komedi umumnya dibuat dan disuguhkan dengan harapan bisa memancing tawa. Dalam hal itu, ada berbagai genre yang membedakan satu humor dengan humor yang lain.
Kita mengenal, misalnya, humor slapstik, yaitu humor yang memancing tawa dengan cara bertingkah konyol seperti terjatuh, dan semacamnya. Ada pula humor yang mengangkat hal-hal keseharian yang dikemas dengan lucu, sehingga juga menimbulkan tawa.
Di antara jenis-jenis humor, yang paling kelam mungkin dark humor. Sebagaimana namanya, dark humor adalah humor yang dibuat dengan cara mengemas realitas-realitas pahit atau kenyataan yang kejam.
Laman Universitas Berkeley, California, menyebutkan bahwa dark comedy awalnya muncul pada 1940. Penulis Perancis, André Breton, menciptakan istilah black humor untuk menggambarkan teks yang berada di tengah-tengah tawa dan air mata, mengambil ketidakbahagiaan dan mengubahnya menjadi lelucon.
Bagi Breton, black humor yang juga disebut dark humor atau dark comedy, menertawakan penderitaan dan masalah keseharian lewat medium sastra, seni, dan film. Secara bersamaan, genre ini menawarkan rasa lega, tapi juga memprovokasi ketidaknyamanan.
Kamus Cambridge menyebut black comedy sebagai film atau permainan yang dapat melihat sisi komedis dari hal-hal yang biasanya dianggap sangat serius, seperti kematian atau penyakit. Sementara itu, Patrick O'Neil dalam jurnal Canadian Review of Comparative Literature, merujuk black humor sebagai celetukan yang muncul dalam percakapan santai nan kritis.
Genre ini berusaha untuk merepresentasikan hal-hal yang paling mengerikan dan serius, membaca humor sebagai reaksi terhadap keputusasaan atau kecemasan. Singkatnya, para penikmat dark comedy memilih untuk tertawa daripada menangis.
Soal Three Billboards, The Guardian menyebut film ini sukses menggelitik nalar penonton lewat lelucon tentang warna kulit.
“Kita diajak tertawa karena hanya dalam momen [komedi kelam] kita mempertanyakan mengapa kami tertawa, dan melalui introspeksi itulah kita mulai memeriksa prasangka-prasangka kita sendiri dan menghadapi persoalan yang mungkin kita hindari."
Baca juga: 100 Film Black Comedy Terbaik Sepanjang Masa