4 Macam Kebohongan, dari yang Biasa Sampai yang Berbahaya
https://www.naviri.org/2018/11/4-macam-kebohongan.html
Naviri Magazine - Sepertinya setiap kita pernah berbohong sesekali, dari kebohongan kecil sampai kebohongan yang besar. Dalam keseharian, banyak perempuan yang memuji perempuan lain, “Kamu cantik banget,” yang belum tentu memang pujian jujur. Bisa jadi kalimat itu dilontarkan untuk menyenangkan hati lawan bicara saja.
Atau, kita sedang merasa tidak nyaman, lalu ada teman yang bertanya, “Kamu baik-baik saja?” Kita menjawab “baik-baik saja”, padahal kita tahu itu bohong. Tapi kita melakukannya, demi tidak membuat teman kita khawatir atau berpikir macam-macam.
“Kebohongan adalah karakteristik utama kehidupan,” kata Paul Ekman, seorang psikolog ekspresi wajah, menganalogikan aktivitas berbohong. Berdasar kelihaian dalam melakukan kebohongan, Telegraph mengelompokkan manusia menjadi empat golongan.
Pertama adalah golongan pembohong kecil-kecilan (little white liars), golongan pembohong yang paling umum. Mereka adalah kelompok yang berbohong untuk membuat hidup terasa lebih mudah. Lazimnya, pembohong jenis ini beraksi dalam aktivitas dan interaksi sosial sehari-hari.
Contoh kebohongannya adalah saat mengucap terima kasih dan memuji hadiah yang diterima, meski tidak menyukai hadiah tersebut. Kebohongan pada kelompok ini secara umum tidak berbahaya.
Kelompok kedua adalah pembohong hipokrit (dissembler). Mereka adalah tipe pembohong yang menghindari situasi tidak nyaman, dan berusaha tampil lebih menyenangkan.
Ketiga, pembohong kompulsif, yang menempatkan kebohongan sebagai sebuah kebiasaan. Seringnya, pembohong kompulsif berbohong supaya terlihat lebih keren dari orang lain, karena merasa tidak aman akan posisinya. Namun, kebohongan mereka lazimnya tidak merugikan siapa pun.
Terakhir, tipe pembohong patologis, yang karakteristiknya lebih dingin dan penuh perhitungan. Kehohongannya bertujuan untuk memperoleh keuntungan diri yang spesifik.
“Mereka bisa tampak menawan, kredibel, namun menyebabkan kerugian besar bagi korbannya. Kelompok ini merupakan tipe pembohong paling berbahaya,” tulis Telegraph.
Laman Health Guidance memberi penjelasan lebih lanjut perbedaan pada dua kelompok terakhir. Pembohong kompulsif tak memiliki kendali atas kebohongannya, dan tak memiliki tujuan akhir.
Di sisi lain, pembohong patologis sedari awal memiliki niat berbohong untuk pencapaian tertentu. Contohnya adalah mengaku lajang untuk berkencan dengan orang lain, atau berbohong tentang pencapaian saat melakukan wawancara kerja.
Jelas, contoh terakhir menimbulkan kerugian pada teman kencan, pasangan, atau perusahaan sebagai korban. Kelompok patologis juga sering dikaitkan sebagai gejala gangguan mental, dan membawa sifat psikopat karena kurang bisa merasakan empati.
Baca juga: Paradoks Hidung Pinokio yang Misterius