Stres Dapat Meningkatkan Risiko Terkena Penyakit Jantung
https://www.naviri.org/2018/10/stres-meningkatkan-risiko-terkena-penyakit-jantung.html
Naviri Magazine - Stres mungkin istilah yang terdengar ringan dan biasa, karena banyak orang yang biasa mengatakannya, bahkan mengalaminya. Stres karena masalah keluarga, stres karena tugas kulah, stres karena hubungan dengan pasangan, sampai stres karena pekerjaan.
Meski terkesan biasa, namun nyatanya stres bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Pasalnya, stres memiliki peran dalam menyebabkan penyakit.
Reputasi stres sebagai penyebab penyakit memang sudah dikenal lama. Temuan terbaru menyatakan, stres yang diakibatkan pekerjaan dapat mengubah cara tubuh mencerna lemak. Kondisi ini dapat memicu peningkatkan kadar kolesterol "jahat" atau low density lipoprotein (LDL), dan menimbulkan risiko penyakit jantung.
Penelitian para ahli di Spanyol menemukan, situasi stres dapat mempengaruhi cara tubuh memetabolisme lemak, yang berakhir pada melonjaknya kadar kolesterol LDL.
Riset para ahli sebelumnya mengatakan, stres emosional berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular, yang merupakan akibat dari kebiasaan tidak sehat seperti merokok, pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, dan faktor lain.
Hasil studi baru juga menunjukkan bahwa stres dapat memicu dislipidemia, yaitu gangguan pengalihan kadar lemak dan lipoprotein dalam darah. Para peneliti dari Virgen de la Victoria Hospital di Malaga dan Santiago de Compostela University menganalisa hubungan antara stres bekerja dan parameter lainnya, yang berhubungan dengan bagaimana asam lemak dimetabolisme oleh tubuh.
Studi yang dipublikasi dalam Scandinavian Journal of Public Health ini melakukan analisa pada sebuah populasi, yang terdiri lebih dari 90.000 pekerja yang melakukan pemeriksaan medis.
Salah seorang peneliti, Carlos Catalina, yang juga pskilog klinis dan ahli di bidang stres pekerjaan, mengatakan para pekerja yang memiliki kesulitan dalam pekerjaannya selama 12 bulan terakhir memiliki risiko lebih tinggi mengalami dislipidemia.
Jumlah peserta yang mengalami stres dalam studi ini adalah sebanyak 8,7 persen. Dislipidemia mengakibatkan peningkatan kolesterol total dan kadar kolesterol "jahat" dan trigliserida. Selain itu juga mengakibatkan penurunan kadar kolesterol "baik".
Studi menemukan, risiko displidemia lebih ditemukan pada mereka yang stres bekerja. Tingginya kadar kolesterol "jahat" dan trigliserida, serta rendahnya kadar kolesterol "baik", meningkatkan risiko membentuk plak pada pembuluh arteri sehingga memicu pengerasan arteri. Pengerasan arteri meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Baca juga: Memahami Serangan Jantung, dan Mengenali Gejalanya