Mencari Lowongan dan Mendapatkan Kerja di Era Digital
https://www.naviri.org/2018/10/mencari-lowongan-dan-mendapatkan-kerja.html
Naviri Magazine - Dibanding masa lalu, mencari lowongan kerja di masa kini jauh lebih mudah, karena adanya internet. Di masa lalu, lowongan kerja biasa muncul di koran, artinya para pencari lowongan kerja harus membeli atau membaca koran, lalu mencari lowongan yang sesuai, menulis surat lamaran, dan mengirimkannya ke alamat perusahaan yang dituju. Pengiriman bisa dilakukan secara langsung atau lewat jasa pos.
Kini, mencari lowongan kerja bisa lewat internet. Karena di internet ada banyak situs atau platform lowongan kerja online, yang menyediakan aneka lowongan kerja dari beragam perusahaan.
Mulai dari situs pencari lowongan kerja yang sudah ada sejak awal 2000-an, seperti JobsDB maupun JobStreet, sampai berbagai platform baru seperti YesJob, Qerja, Zelos, KapanKerja, Kerjabilitas, JobSmart, Urbanhire, Rekruta, Karirpad, KerjaDulu, Jobs.id, Idtalent, Jojoba, sampai Gawean, dan banyak lagi.
Di Indonesia, JobStreet melayani 20.000 perusahaan, dan ada lebih dari 7 juta pencari kerja terdaftar di situs tersebut.
Sebanyak 23 persen dari pencari kerja yang terdaftar di JobSreet, merupakan pemilik pengalaman kerja di bawah satu tahun. Sedangkan pencari kerja dengan pengalaman kerja antara 5-9 tahun mencapai 21 persen. Saat ini, profesi yang sedang dicari dan dibutuhkan oleh berbagai perusahaan di Tanah Air adalah marketing, khususnya digital marketing, dan juga berbagai profesi di bidang IT.
Pentingnya cari kerja via online
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, per Februari 2018 jumlah pengangguran di Indonesia berkurang 140 ribu orang. Dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mencapai 8,92 persen.
Meski persentase keberhasilan melamar pekerjaan via online tak ada angka yang pasti, tapi saluran ini patut jadi pertimbangan bagi para pelamar pekerjaan. Keberadaan situsweb pencari lowongan kerja memberikan alternatif lain bagi para pencari kerja.
Sayangnya, pemanfaatan teknologi digital untuk mencari kerja memang belum maksimal digunakan oleh generasi muda di beberapa negara berkembang seperti Brasil, India, Indonesia, dan Afrika Selatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solution For Youth Employment (S4YE), yang bekerja sama dengan plaform digital LinkedIn, di empat negara tersebut, lebih dari 78 juta profil LinkedIn kurang menggunakan platfrom digital untuk mencari kerja.
Padahal, pencarian lowongan kerja melalui platform online di Indonesia menurut Yas Asultanny, dalam American Journal of Information Science and Computer Engineering berjudul Evaluating the Factors Affecting on Intension to Use of E-Recruitment, mencerminkan besarnya niat untuk mencari kerja.
Ini karena pencarian kerja melalui online memiliki persepsi mudah digunakan, memiliki manfaat yang besar, dan memengaruhi keputusan melamar kerja posisi tertentu.
Evolusi industri perekrutan tenaga kerja melalui online, menurut Yas, telah dimulai pada era 1990-an, di mana tren digitalisasi dimulai dan menjadi cara interaksi yang lebih efisien antara perusahaan pemberi kerja dengan pencari kerja.
“Menggunakan bantuan platform pencari kerja online, memiliki hubungan yang signifikan terhadap sikap dan niat mencari kerja,” tulis Yas dalam jurnal tersebut.
McKinsey & Company, dalam laporan berjudul Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity, yang terbit pada Oktober 2016, menyebutkan penggunaan teknologi digital dapat meningkatkan pasokan tenaga kerja, meningkatkan partisipasi jumlah angkatan kerja, serta mengurangi pengangguran.
Platform informasi lowongan kerja dapat membantu memfasilitasi serta menyesuaikan permintaan perusahaan dengan pencari kerja lebih cepat, sehingga menurunkan pengangguran secara efektif.
Platform online, menurut laporan McKinsey, juga dapat mengaktifkan tiga persen dari populasi 35 juta penduduk perempuan di Indonesia, di rentang usia 15-64 tahun untuk mendapat pekerjaan. Penggunaan teknologi berpotensi menambah 3,7 juta lapangan kerja, dan menyumbang $35 miliar per tahun untuk ekonomi Indonesia pada 2025.
Baca juga: Banyak Lowongan Kerja, tapi Kenapa Masih Banyak Pengangguran?