Kisah Lelaki yang Pernah Bertemu dan Melihat Sosok Dajjal
https://www.naviri.org/2018/10/lelaki-yang-bertemu-dajjal.html
Naviri Magazine - Umat muslim diperingatkan mengenai akan datangnya Dajjal, menjelang hari kiamat. Kedatangan Dajjal di akhir zaman bukan hanya akan menjadi tanda bahwa kiamat akan segera tiba, tapi juga menjadi cobaan terberat bagi umat manusia. Karena pada masa itu Dajjal akan menciptakan kerusakan yang akan menggelincirkan banyak manusia dari keimanannya.
Hingga saat ini, Dajjal belum muncul, sehingga manusia pun belum dapat melihat wujudnya. Namun, ternyata, di masa lalu telah ada laki-laki yang pernah bertemu dan melihat Dajjal, bahkan bercakap-cakap dengannya. Hal itu dikisahkan dalam hadist Nabi sebagai berikut.
Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki sahabat Rasulullah yang pernah melihat wujud asli dan bertemu dengan Dajjal. Rasulullah SAW menjelaskan dalam satu riwayat Imam Muslim, diriwayatkan dari Fatimah binti Qais, bahwa beliau radhiallahu ‘anhu berkata:
“Saya mendengar juru panggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru, ‘Shalat jamaah! Shalat jamaah!’ (panggilan seperti ini biasanya hanya pada waktu shalat, atau apabila ada sesuatu yang sangat penting).”
Fatimah binti Qais melanjutkan, “Maka, saya pun pergi ke masjid dan shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan saya berada pada shaf pertama para wanita. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai, beliau duduk di atas mimbar. Setelah shalat berjama’ah, Rasulullah menahan para sahabat dan bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukan untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk, tetapi karena Tamim ad-Dari yang kini telah memeluk Islam dan membaiatku. Ia telah berkata kepadaku terkait suatu perkataan yang pernah kukatakan kepada kalian tentang al-Masih ad-Dajjal.”
Lalu beliau menceritakan pengalaman Tamim ad-Dari tersebut:
“Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku, bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak (badai) selama beberapa hari. Hingga mereka terdampar di sebuah pulau di tengah laut, di daerah tempat terbenamnya matahari. Lalu mereka duduk (istirahat) di suatu tempat, yang terletak sangat dekat dengan kapal.
“Setelah itu, mereka masuk ke pulau tersebut, dan bertemu seekor binatang yang berbulu lebat, hingga mereka tidak dapat memperkirakan mana ekor dan mana kepalanya, karena tertutup oleh bulunya yang terlalu banyak.
“Mereka berkata, ‘Celaka, dari jenis apakah kamu ini?’
“Makhluk itu menjawab, ‘Saya al-Jassasah (Pengintai)’.
“Mereka bertanya, ‘Apa al-Jassasah itu?’
“Tanpa menjawab, makhluk itu berkata, ‘Hai orang-orang, pergilah kalian kepada laki-laki yang ada di sana. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita dari kalian!’
“Tamim ad-Dari berkata, ‘Ketika ia telah menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami terkejut karena mengira ia adalah setan. Lalu kami berangkat memasuki tempat laki-laki tersebut, di sana terdapat manusia paling besar (yang pernah kami lihat) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke pundak, serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu besi.’
“Kami berkata, ‘Celaka, siapa kamu ini?’
“Laki-laki itu menjawab, ‘Kalian mampu menemukanku, takdir telah menentukan kalian akan menyampaikan kabar kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapa kalian.’
“Mereka menjawab, ‘Kami orang-orang Arab yang berlayar dengan kapal, tiba-tiba kami menghadapi laut yang berguncang, hingga kami terombang-ambing di tengah laut selama satu bulan, dan teradamparlah kami di pulau ini.’
“Laki-laki besar yang terikat itu berkata, ‘Beritakan kepadaku tentang pohon-pohon kurma yang ada di daerah Baisan.’
“Kami berkata, ‘Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?’
“Ia berkata, ‘Aku ingin tahu, apakah pohon-pohon kurma itu berbuah?’
“Kami menjawab, ‘Ya.’
“Ia berkata, ‘Pohon-pohon kurma itu hampir tidak akan berbuah lagi.’ Kemudian ia berkata lagi, ‘Beritakan kepadaku tentang Danau Tiberia.’
“Mereka berkata, ‘Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?’
“Ia bertanya, ‘Apakah masih terdapat air?’
“Kami menjawab, ‘Ya.’
“Ia berkata, ‘Airnya hampir (sebentar lagi) habis.’ Kemudian ia berkata lagi, ‘Beritakan kepadaku tentang mata air Zugar.’
“Mereka menjawab, ‘Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?’
“Ia bertanya, ‘Apakah di sana masih ada air, dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar?’
“Kami menjawab, ‘Benar, ia berair banyak, dan penduduk bertani dari mata air itu.’
“Lalu ia berkata lagi, ‘Beritakan kepadaku tentang nabi yang ummi (tidak dapat baca tulis), apa saja yang sudah ia perbuat?’
“Mereka menjawab, “Dia telah keluar dari Mekkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah).’
“Lalu ia bertanya, ‘Apakah ia diperangi orang-orang Arab?’
“Kami menjawab, ‘Ya.’
“Ia bertanya, ‘Apa yang ia lakukan terhadap mereka?’
“Maka kami memberitahu kepadanya bahwa ia (Nabi) telah menundukkan mereka, dan telah tampak orang-orang Arab yang bersama dengannya, dan mereka menaatinya.
“Lalu ia berkata, ‘Apakah itu semua telah terjadi?’
“Kami menjawab, ‘Ya.’
“Ia berkata, ‘Sesungguhnya, lebih baik bagi mereka untuk menaatinya, dan aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah al-Masih ad-Dajjal, dan sesungguhnya aku hampir diizinkan untuk keluar. Maka aku akan keluar dan berjalan di muka bumi, dan tidak ada satu pun kampung (negeri) kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam, selain Mekah dan Thaibah (sekarang Madinah), kedua negeri itu terlarang atau diharamkan bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu, aku dihadang oleh malaikat yang di tangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku. Dan di setiap celah kota itu terdapat malaikat yang menjaganya.’”
Fatimah binti Qais (perawi hadits) berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghentakkan tongkat beliau ke mimbar dan berkata, ‘Inilah Taibah, inilah Taibah (sekarang kota Madinah). Bukankah aku pernah menyampaikan hal ini kepada kalian?’”
“Para hadirin menjawab, ‘Benar.’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, ‘Sesungguhnya yang disampaikan oleh Tamim membuatku kagum karena sesuai dengan yang pernah kusampaikan kepada kalian tentang Dajjal, Madinah, dan Mekkah.’
“’Dia berada di laut Syam atau laut Yaman; bukan, tetapi dia ada di timur, dia ada di timur, dia ada di timur!’ Beliau pun memberi isyarat dengan tangannya ke arah timur.”
Fatimah melanjutkan, “Maka, saya pun menghafalnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [HR. Muslim]