Kisah 5 Kegagalan Ekspedisi Ilmiah yang Berakibat Fatal
https://www.naviri.org/2018/10/kegagalan-ekspedisi-ilmiah.html
Naviri Magazine - Puncak-puncak pengetahuan manusia dilewati melalui perjalanan panjang yang di dalamnya kadang terdapat kegagalan, bahkan kegagalan mengerikan karena berakibat fatal. Penerbangan pesawat ke ruang angkasa, misalnya, adalah ekspedisi yang membutuhkan persiapan dan perencanaan matang. Ketika ekspedisi penting semacam itu tidak dipersiapkan dengan baik, hasilnya bisa berbahaya.
Sepanjang sejarah, ada banyak ekspedisi yang gagal, dengan berbagai alasan dan latar belakang. Namun, sebagan besar kegagalan disebabkan karena kurangnya perencanaan dan persiapan yang belum matang. Berikut ini adalah lima ekspedisi ilmiah yang gagal, yang bisa menjadi pelajaran betapa pentingnya persiapan.
Ekspedisi Kutub Utara August Andrée
Sebuah balon udara, dengan sistem kemudi, rencananya akan membawa seorang insinyur, ahli fisika, penerbang, dan penjelajah kutub, Salomon August Andrée, dari Swedia ke Kutub Utara lewat Rusia atau Kanada.
Namun, sistem ini ternyata tidak berfungsi dan cukup berbahaya. Parahnya lagi, Andrée tidak pernah mengetes balon ini sebelum terbang, dan menolak mengubah rencana meski tahu bahwa keranjang balon terlalu penuh peralatan ilmiah.
Tahun 1897, Andrée akhirnya berangkat dengan 2 orang. Kemudian, 10 jam 29 menit setelah itu, ia melakukan kontak dengan daratan, sebelum mengalami kecelakaan 41 menit kemudian.
Tidak ada yang terluka dalam kecelakaan tersebut, namun Andrée ternyata tidak membawa peralatan atau pakaian untuk bertahan hidup. Setelah tiga bulan berada di Kutub Utara dan berjalan ke Pulau Kvitøya, mereka tewas.
Ekspedisi Soyuz I
Tahun 1967, ekspedisi luar angkasa berada di puncaknya, namun Rusia belum pernah mengirim astronot lagi dalam waktu 2 tahun. Soyuz 1 merupakan program pesawat luar angkasa yang didesain untuk mengirimkan astronot Vladimir Komarov ke luar angkasa.
Rencananya, Soyuz 2 juga akan diberangkatkan keesokan harinya, sebelum Soyuz 1 dikirim pulang kembali ke bumi. Selanjutnya, misi Soyuz 2 ditambah dengan memperbaiki Soyuz 1 yang mengalami kerusakan di luar angkasa.
Tapi karena ada badai, Soyuz 2 batal diluncurkan, dan Soyuz 1 pulang ke bumi tanpa perbaikan. Saat itulah, peristiwa naas terjadi pada Soyuz 1. Kombinasi dari kerusakan mesin, parasut utama yang gagal terbuka, dan parasut cadangan yang terlilit, membuat pesawat jatuh langsung menghantam bumi, beserta astronot Komarov yang ada di dalamnya.
Sebelum keberangkatan Soyuz 1, ternyata tes penerbangan membuktikan banyaknya kegagalan, dan lebih dari 200 kesalahan desain yang dilaporkan oleh para teknisi, tapi misi masih saja diteruskan.
Ekspedisi Terra Nova
Tahun 1910, Robert Falcon Scott dan 4 orang lain melakukan ekspedisi untuk menjadi orang pertama yang berhasil mencapai Kutub Selatan. Namun, ternyata pada tahun 1912 mereka baru tahu bahwa tim mereka kalah 1 bulan dengan tim Norwegia.
Tim tersebut telah mengalami banyak kesulitan sejak awal, seperti kuda pengangkut beban yang buruk, suplai makanan yang hilang karena badai, dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi.
Saat itu, mereka tidak tahu bahwa vitamin C bisa mencegah penyakit scurvy yang ditandai dengan lemas, anemia, radang gusi, dan pendarahan kulit. Bahkan jatah makan yang sudah direncanakan ternyata kurang dari setengah jumlah kalori yang dibutuhkan. Akhirnya, dalam perjalanan pulang, seluruh anggota tewas karena kedinginan, kelelahan, dan kelaparan.
Ekspedisi Amelia Earhart
Sebagai seorang tokoh emansipasi wanita paling awal, Amelia Earhart belum puas hanya dengan menjadi orang pertama yang mengelilingi bumi. Ia berniat mengambil rute terjauh, yaitu di daerah khatulistiwa, dengan jarak 40.070 km. Ia berniat untuk mencatatkan rekor, berkontribusi dalam ilmu pengetahuan, dan mempublikasikan bukunya.
Meski pesawatnya sudah dimodifikasi dengan tangki bahan bakar yang lebih luas, rute yang diambil Earhart adalah medan yang sangat sulit. Ia menghilang tahun 1937, ketika berusaha menyelesaikan perjalanan sejauh 4 ribu kilometer dari New Guinea ke Pulau Howland.
Masyarakat percaya bahwa kekurangan bahan bakar menjadi penyebab kapalnya mengalami kecelakaan dan tenggelam tanpa jejak. Ekspedisi ini kemudian disebut sebagai ekspedisi dengan perencanaan buruk, dan pelaksanaan yang jauh lebih buruk.
Ekspedisi Challenger
Tahun 1986, cuaca buruk serta peringatan dari NASA tidak dihiraukan, dan pesawat luar angkasa Challenger tetap diluncurkan. Hanya 73 detik setelah berangkat, pesawat tersebut meledak, dan pecahannya tenggelam di Samudera Atlantik.
Meskipun awalnya beberapa dari 7 orang kru berhasil selamat di awal pecahnya pesawat tersebut, tidak adanya sistem penyelamatan diri untuk keluar dari pesawat akhirnya menewaskan semua kru yang ada di dalam pesawat.
Administrator tahu kemungkinan fatal akibat kesalahan di O-ring; kesalahan itu berakibat kerusakan berantai yang menimbulkan kecelakaan. Namun, mereka tidak menyebutkan masalah ini, dan tidak menyampaikan kekhawatiran para teknisi pada pimpinan. Akibatnya, misi Challenger menewaskan seluruh kru di dalam pesawat.
Baca juga: Ilmuwan Cina Akan Bikin Bulan Buatan untuk Menerangi Kota