Industri Seks dan Hiburan Dewasa di Jepang dari Masa ke Masa
https://www.naviri.org/2018/10/industri-seks-dan-hiburan-dewasa-di-jepang.html
Naviri Magazine - Di dunia internasional, Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang sangat produktif dalam menghasilkan film dewasa. Industri seks di Jepang pun tidak sebatas film, namun juga tempat-tempat serta kawasan-kawasan yang juga menyuguhkan industri yang sama. Meski, dalam hal itu, industri tersebut terus berubah dari masa ke masa.
Industri seks di Jepang saat ini seakan mengalami pergeseran. Walaupun masih ada, namun terasa tidak lagi sevulgar dahulu.
Salah satunya di Yoshiwara. Di abad 17, wilayah di timur laut Tokyo itu menjadi salah satu daerah dengan industri seks besar di Jepang. Sejumlah "distrik merah" berada di tempat tersebut. Baik perempuan dan laki-laki menawarkan dirinya di jalanan.
Namun, empat ratus tahun kemudian, sekalipun industri seks masih berjalan di tempat tersebut, keinginan pelanggan sudah tidak lagi eksplisit. Perubahan ini juga mencerminkan transformasi yang lebih luas dalam industri seks di negeri matahari terbit itu.
Mengutip The Economist, sulit mendapatkan data yang sahih, tapi pelayanan yang lebih "halus" tampaknya mendapatkan popularitas yang lebih tinggi. Menurut sosiolog Masahiro Yamada, perdagangan seks di Jepang sudah lama bukan lagi sekadar hubungan seksual. Namun lebih menekankan pada keinginan akan sesuatu yang intim dan romantis. Inilah yang belakangan tengah berkembang.
Terbilang lebih sopan
Seorang editor majalah seks My Journey, Akira Ikoma, mengatakan saat ini publikasinya ditujukan pada pria berusia 50 hingga 60-an. Foto-fotonya pun terbilang lebih sopan. Tidak mengumbar foto alat kelamin dan tidak terlalu banyak memperlihatkan payudara.
Di sisi lain, industri seks juga harus menyesuaikan diri untuk melayani kaum muda Jepang. Mereka dikenal tidak terlalu tertarik pada kenikmatan duniawi.
Dulu, pria muda sangat mudah melepas keperjakaannya di Yoshiwara. Sebuah kegiatan yang dikenal dengan istilah fudeoroshi. Namun, saat ini, hal tersebut sudah tidak begitu populer.
Sebuah survei menyebutkan, 42 persen pria di sana belum atau tidak menikah, sementara 44 persen wanitanya belum menikah, dan tidak pernah berhubungan seks hingga mencapai usia 35 tahun.
Mendokusai
Yamada mengatakan, kebanyakan kaum muda di Jepang menganggap seks adalah sesuatu yang melelahkan atau mendokusai. Kebanyakan, pelayanan seks yang sedang naik daun adalah yang mampu membuat mereka melakukan seks sendiri.
Salah satunya untuk membuat masturbasi jadi lebih menyenangkan. Berbagai laman yang menawarkan percakapan dengan gadis telanjang atau penyewaan ruang pribadi untuk menonton film porno dianggap lebih diminati oleh kaum muda Jepang.
Hal ini membuat mereka yang tergabung di industri seks harus berpikir lebih keras. Salah satunya adalah "mengkreasikan" ide menggabungkan kafe dengan gadis-gadis berpakaian seksi.
Bisnis hiburan masih tumbuh
Inilah yang membuat industri seks di Jepang tidak "segarang" dulu. Walaupun begitu, penurunan bisnis konvensional tidak mempengaruhi bisnis hiburan dewasa secara keseluruhan.
Penelitian oleh Yano Research Institute menemukan, fasilitas dan layanan yang masih terkait seks tumbuh 2,1 persen di 2014. Sementara penjualan toko-toko seks hanya di bawah 1 persen.
Laman pornografi Pornhub mengatakan, Jepang merupakan sumber pengakses terbesar keempat mereka di dunia.
Baca juga: 8 Fakta Rahasia di Balik Industri Film Porno Dunia