Asal Usul Munculnya Gerbang Neraka di Turkmenistan
https://www.naviri.org/2018/10/gerbang-neraka-turkmenistan.html
Naviri Magazine - Di Turkmenistan, ada sebuah gurun bernama Karakum. Di gurun itu ada kawah bernama Darvaza. Yang mengerikan, kawah yang berukuran besar itu dipenuhi api yang menyala dan berkobar-kobar, yang berasal dari dasar bumi. Sebegitu panas kawasan itu, sampai kawah Darvaza disebut-sebut sebagai gerbang neraka.
Lubang kawah Darvaza berukuran 230 kaki, dengan kedalaman 65 kaki. Api selalu berkobar dari dalam lubang tersebut, dan menjadi daya tarik wisata di Turkmenistan. Namun begitu, pemerintah setempat memiliki kekhawatiran yang besar dengan penyebaran gas yang keluar dari lubang tersebut.
Kawah Darvaza sejatinya merupakan area bekas eksplorasi energi. Jadi bisa dibilang kawah ini adalah buatan manusia. Kawah Darvaza terbentuk pada era 1970-an, akibat eksplorasi yang dilakukan para ilmuwan Rusia.
Pada 1971, ketika Turkmenistan masih berada di bawah kekuasaan Soviet, para ilmuwan berniat mengeksplorasi wilayah Karakum yang dideteksi memiliki kandungan minyak. Maka dibangunlah ladang minyak di wilayah tersebut. Mereka mempersiapkan segalanya untuk mulai melakukan pengeboran.
Rupanya, ilmuwan Rusia salah mendeteksi. Alih-alih ingin menemukan minyak, mereka malah menemukan sejumlah besar gas bumi. Ladang tersebut ternyata tidak mampu menampung alat-alat berat yang telah ditempatkan, sehingga longsor terjadi.
Keseluruhan alat berat yang ada amblas ke bawah tanah, ikut terperosok ke dalam lubang. Lubang itu pun semakin melebar, seiring efek kehancuran yang terjadi pada tanah di sekitarnya.
Gas bumi merupakan campuran dari gas hidrokarbon yang didominasi gas metana. Gas metana tidak berbau dan menggantikan oksigen, namun baru akan menghilang ke atmosfir dalam kurun 10 tahun. Para ilmuwan khawatir gas metana akan membuat makhluk sekitar kawah tidak dapat bertahan karena banyaknya gas yang meluap dan menggantikan oksigen, yang berarti tidak baik untuk pernapasan.
Ilmuwan kala itu menganggap, membakar gas metana dalam lubang itu merupakan satu-satunya jalan, karena volume gas yang membahayakan. Lagi pula, ilmuwan memprediksi hanya akan ada 5 persen gas metana yang berpotensi meledak.
Namun, lagi-lagi prediksi itu salah. Para ilmuwan hanya memprediksi volume gas metana yang ada di atas lubang, tapi tidak memprediksi jumlah yang ada di dalamnya. Akhirnya, api yang diprediksi akan padam dalam kurun satu minggu, tidak pernah padam selama bertahun-tahun.
Sejarah yang dipaparkan Digital Journal menyebutkan bahwa pada 2010 lalu Presiden Turkmenistan, Kurbanguly Berdymukhamedov, sempat ingin menutup kawah tersebut karena khawatir gas dan api di dalamnya menjadi ancaman negara.
Hingga saat ini, pemerintah masih mencari cara untuk menutup kawah itu. Turkmenistan masih berharap bisa menemukan minyak di wilayah tersebut, namun masih takut akan potensi kandungan gas bumi yang ada. Pemerintah takut akan terbentuk lubang yang sama seperti Karakum di wilayah lain, sehingga mereka berniat untuk menghentikan kobaran api dan menimbun gas alam yang ada.
Sayangnya, pemerintah Turkmenistan masih menghadapi dilema dengan penutupan kawah itu, karena Kawah Darvaza menarik minat turis asing untuk berkunjung ke Turkmenistan.
Baca juga: Misteri Patung Raksasa Moai dan Hilangnya Peradaban Rapa Nui