Mengapa Generasi Milenial Lebih Suka Menjadi Freelancer?
https://www.naviri.org/2018/10/generasi-milenial-lebih-suka-freelance.html
Naviri Magazine - Freelancer atau pekerja lepas menjadi pekerjaan yang banyak dipilih generasi milenial. Berbeda dengan generasi terdahulu yang lebih suka menikmati pekerjaan dengan berangkat pagi dan pulang sore—sementara seharian berkutat di kantor—generasi milenial lebih suka bekerja di mana saja, dan tak terikat waktu.
Tren pekerja lepas makin hari makin meningkat, seiring makin banyak generasi milenial yang terjun ke lapangan kerja.
Tahun ini saja, angka pekerja lepas di Amerika Serikat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Menurut laporan terbaru yang dirilis oleh Freelancers Union dan Upwork, sekitar 36 persen dari pekerja AS saat ini, atau sekitar 57,3 juta orang, bekerja sebagai pekerja lepas dan menyumbangkan $1,4 triliun ke pertumbuhan ekonomi negaranya.
Laporan yang sama menyebut jika 47 persen pekerja generasi milenial memilih pekerjaan freelance sebagai karier, dan diprediksi di tahun 2027 nanti freelancer akan menjadi profesi mayoritas di lapangan kerja AS.
Bukan hal yang rumit untuk meraba alasan banyak milenial memilih bekerja lepas. Bagaimanapun, generasi milenial juga disebut generasi langgas, alias generasi yang disinonimkan dengan kata “bebas”. Fleksibilitas dan kebebasan freelancing yang lebih cair tentu mempunyai daya tarik sendiri dibanding terkungkung di lingkup kerja tradisional dengan jam kerja, struktur, dan kode busana yang kaku.
“Kata ‘freelance’ itu sendiri mengandung kata ‘bebas’ di dalamnya. Bagi generasi yang lebih muda, itu bisa diartikan sebagai kebebasan mengejar passion dan membangun karier sesuai bayangan di benak mereka, berdasarkan bagaimana mereka ingin menikmati hidup dibanding menurut pada pakem tradisional untuk meraih kesuksesan,” ungkap Stephane Kasriel, CEO dari Upwork.
Tidak dimonopoli milenial
Bagi generasi milenial, bekerja sebagai freelancer berarti mengerjakan hal yang mereka sukai, mendapat uang, sekaligus lebih fokus mempertajam talenta di bidang yang mereka kuasai.
Namun, freelancing pun tidak menjadi monopoli milenial seutuhnya. Generasi-generasi di atasnya juga mulai banyak yang beralih ke pekerjaan lepas. Alasannya bukan hanya mencari uang tambahan, tapi juga sebagai rencana menjelang masa pensiun.
Priscilla Claman, presiden dari firma konsultasi Career Strategies, menyebut jika banyak kliennya di usia menjelang pensiun tidak benar-benar pensiun total, tapi beralih ke pekerjaan lepas atau menjadi konsultan.
“Pekerjaan lepas menjadi jembatan antara masa bekerja dan pensiun. Selain itu, bagi perempuan yang ingin kembali berkarier setelah menjadi ibu rumah tangga, banyak yang memulai dari freelancing, sebelum menjadikannya sebagai pekerjaan penuh waktu,” paparnya.
Dari sudut pandang perusahaan dan penyedia kerja pun, menyewa pekerja lepas memiliki beberapa keuntungan. Misalnya, perusahaan kecil yang baru merintis bisnis tidak perlu mengeluarkan modal besar untuk menyewa lahan kantor jika semua pekerja mereka bekerja dari rumah. Selain itu, menyewa pekerja lepas juga dapat menghemat waktu.
Belum lagi risiko kehilangan pekerja yang pindah ke perusahaan lain. Dengan iklim bisnis yang kompetitif, bukan hal yang aneh bagi pekerja untuk berpindah-pindah kerja dengan berbagai alasan, khususnya generasi milenial yang mendapat stigma sebagai “kutu loncat” karena tidak ragu berpindah kerja.
Studi yang dilakukan oleh Dale Carniage Indonesia tentang kultur bekerja milenial mengungkap jika hanya 1 dari 4 pekerja milenial yang loyal terhadap perusahaan.
Biaya rata-rata yang harus dikeluarkan untuk mengganti seorang karyawan adalah 20 persen dari gaji tahunan mereka. Tidak termasuk kerugian lain seperti produktivitas perusahaan yang terpangkas, dan waktu yang dibutuhkan untuk mencari pekerja pengganti.
Dibanding mencari calon pekerja lewat tumpukan resume yang memakan waktu, sekarang ini perusahaan dimudahkan dengan beberapa situs pencari kerja, khususnya yang berfokus pada pekerja lepas, di mana orang tinggal mengunggah profil, portofolio, dan rekomendasi, untuk dilirik oleh perusahaan.
Perusahaan pun lebih mudah mencari pekerja dengan keahlian khusus di satu bidang untuk pekerjaan yang sifatnya spesifik. Masih berdasar laporan Freelancers Union dan Upwork, 71 persen pekerja lepas saat ini mengaku jika jumlah pekerjaan yang mereka dapat dari internet jauh meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Baca juga: Memahami Perbedaan Antara Pekerja Keras dan Pecandu Kerja