Asal Usul Munculnya Organisasi Kejahatan di Amerika Latin
https://www.naviri.org/2018/10/asal-usul-munculnya-organisasi-kejahatan-amerika-latin.html
Naviri Magazine - Di Amerika Latin, terdapat organisasi kejahatan yang biasa disebut kartel. Namanya organisasi kejahatan, aktivitas mereka pun lekat dengan aneka kriminal. Namun, kartel di Amerika Latin lebih identik dengan narkotika atau zat/obat terlarang. Karenanya, mereka pun biasa disebut kartel narkotika. Bagaimana organisasi kejahatan itu bisa muncul di sana?
Pada awal tahun 1900-an di Amerika, berbagai surat kabar kerap memberitakan berbagai tuduhan tak berdasar yang menyasar dua etnis di negara tersebut: warga Cina yang menggunakan opium untuk memperkosa wanita kulit putih, dan kaum kulit hitam (Southern Negroes—demikian dulu mereka disebut) mengonsumsi kokain untuk menjadi manusia super.
Berbagai kisah (yang sejatinya lebih tepat disebut sebagai propaganda) tersebut sontak membuat warga AS dilanda kecemasan. Situasi genting tersebut kemudian dimanfaatkan para politikus untuk tampil sebagai mesiah melalui janji-janji mereka.
Singkat cerita, pada tahun 1908, muncullah seorang dokter bernama Hamilton Wright. Dialah “Bapak Pemberantas Narkotika” pertama di AS. Jabatannya kala itu adalah: Kepala Pemberantasan Opium. Dalam wawancaranya dengan New York Times pada 1911, Wright berapi-api mengatakan bahwa wabah kecanduan opium di AS sudah mencapai tingkat yang amat mengkhawatirkan.
“Kebiasaan (mengonsumsi opium) sudah tidak dapat dinalar lagi. Penjara-penjara penuh, rumah sakit juga sesak oleh korban. Ribuan pebisnis menjadi tidak bermoral dan seperti binatang buas. Inilah penyebab utama kenapa AS berlumur dosa dan ketidakbahagiaan. Kebiasaan tersebut sudah menjadi kutukan nasional. Jika kita ingin tetap mempertahankan kecerdasan dan moralitas tinggi di antara bangsa lain, mereka harus segera diperiksa.”
Sebetulnya, Wright (dan pemerintah AS) tidak salah-salah amat ketika menggembar-gemborkan bahaya laten opium. Ada peningkatan angka pecandu opium di AS kala itu, dari 100 ribu menjadi 300 ribu. Hanya saja, dari total jumlah tersebut, 0,25 persen merupakan pemakai obat-obatan karena anjuran medis.
Hal lain yang dikhawatirkan Wright adalah jenis candu lainnya: kokain.
Untuk meyakinkan warga terkait hal ini, Wright berusaha mengumpulkan berbagai laporan polisi mengenai penggunaan kokain oleh kaum kulit hitam. Setelah itu, ia menyebarkan hal tersebut ke berbagai media, dengan turut memainkan isu sentimen rasial.
Dari sekian pemberitaan, yang paling menohok pernah diberitakan New York Times pada 2 Agustus 1914, dengan judul: “Negro Cocaine ‘Fiends’ New Southern Menace”.
Berita yang sebagian besar isinya hanya desas-desus tersebut menceritakan seorang warga kulit hitam yang membunuh orang kulit putih, setelah mengonsumsi kokain. Selain itu, juga ada kisah mengenai seorang polisi di North Carolina terlibat keributan dengan pemuda kulit hitam, yang tentunya juga tengah berada dalam keadaan mabuk.
“Seorang polisi berhadapan dengan seorang negro yang mengamuk karena pengaruh kokain. Dia sempat mencoba menikam seorang pemilik toko, dan juga memukuli anggota keluarganya sendiri. Karena keadaan mendesak serta pelurunya juga tinggal tiga butir, polisi tersebut akhirnya mencabut revolvernya dan segera menembak dada pria negro tersebut agar ia segera tewas.”
Berita tersebut dengan segera membuat warga kulit putih AS kian cemas. Sebanyak 13 negara bagian AS sepakat menandatangani perjanjian pengendalian opium dan kokain, dan pada Desember 1914 kongres AS mengesahkan undang-undang narkotika untuk pertama kalinya: Harrison Narcotics Tax Act.
Efek undang-undang baru tersebut memang berhasil mengendalikan peredaran narkotika di AS. Tapi tidak di pasar gelap. Bisnis narkotika, terutama opium dan kokain, justru kian merajalela. Dan dari sinilah kartel-kartel Amerika Latin mulai bermunculan. Belakangan, kartel-kartel itu tumbuh membesar, hingga menjadi organisasi kejahatan yang kuat.