Upah Pekerja dan Masalah Kesenjangan Ekonomi Dunia
https://www.naviri.org/2018/09/upah-pekerja-dan-masalah-kesenjangan-ekonomi.html
Naviri Magazine - Para buruh di DKI Jakarta pernah menuntut agar upah minimum dinaikkan menjadi Rp. 3,7 juta. Ketika tuntutan itu dilayangkan, besaran upah buruh di DKI Jakarta adalah Rp. 2,4 juta. Para buruh menganggap upah tersebut masih terlalu rendah, karena tidak sesuai dengan perhitungan kebutuhan hidup layak (KHL).
Dalam waktu nyaris bersamaan, tuntutan yang sama juga terjadi di Swiss. Para buruh di Swiss menuntut agar pemerintah menaikkan upah minimum mereka menjadi 22 franc (sekitar US$ 25 atau Rp. 250 ribu) per jam.
Menghadapi tuntutan itu, pemerintah Swiss dan para pengusaha mengingatkan bahwa permintaan itu bisa menghancurkan lapangan pekerjaan, menghantam pekerja dengan kemampuan rendah, dan sulit bagi anak muda untuk bersaing masuk dunia kerja.
Sementara Kementerian Ekonomi Swiss menyatakan, “Pengajuan upah minimum ini menjadi yang tertinggi di dunia.” Kenyataannya memang begitu. Jika tuntutan para pekerja di Swiss dipenuhi, maka para buruh di Swiss akan menjadi pekerja dengan upah tertinggi di dunia.
Sebenarnya, Swiss adalah negara kaya, dengan pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan yang di atas rata-rata negara lain. Namun, meski begitu, kesenjangan sangat terlihat antara orang kaya dan miskin di Swiss. Sebanyak 20 persen orang kaya di Swiss memiliki pendapatan lima kali lipat lebih banyak dari 20 persen masyarakat dengan pendapatan terendah.
Berbeda dengan umumnya negara maju lainnya, Swiss tidak memiliki undang-undang yang mengatur soal upah minimum. Gaji buruh merupakan hasil negosiasi antara perusahaan dengan individu, sehingga bisa dibilang di Swiss tidak ada istilah UMR atau upah minium regional.
Menyangkut UMR, negara manakah yang memiliki UMR tertinggi? Australia bisa dibilang sebagai negara dengan UMR tertinggi di dunia. Diikuti Prancis dan Selandia Baru, mereka menjadi tiga besar negara yang memberikan UMR tertinggi pada para pekerja.
Sementara Sierra Leone, India, dan Afghanistan, dianggap sebagai tiga besar negara dengan UMR paling rendah.
Baca juga: Pekerjaan Idaman, Leyeh-leyeh tapi Digaji