Triliunan Dolar Terbuang Dalam Sampah Makanan
https://www.naviri.org/2018/09/triliunan-dolar-terbuang-dalam-sampah-makanan.html
Naviri Magazine - Di antara banyak masalah terkait sampah di dunia, sampah makanan adalah salah satunya. Di berbagai restoran atau rumah makan, ada banyak hal terkait makanan yang berubah menjadi sampah. Dari bahan-bahan makanan yang tidak terpakai hingga akhirnya dibuang, sampai makanan-makanan para tamu restoran yang tersisa karena tidak habis dimakan.
Hal serupa terjadi di rumah tangga-rumah tangga di seluruh dunia. Setiap hari, masing-masing rumah tangga membuat makanan untuk anggota keluarga. Tidak ada jaminan makanan yang disiapkan itu akan habis, dan sisanya kemudian dibuang sebagai sampah. Di luar itu, ada pula aneka macam resepsi yang di dalamnya menyuguhkan aneka makanan. Selalu ada sisa makanan dalam acara-acara semacam itu, dan lagi-lagi terbuang sebagai sampah.
Jika seluruh sisa makanan di restoran, di rumah-rumah, di resepsi pernikahan, di supermarket seluruh dunia, dikumpulkan selama setahun, beratnya mencapai 1,3 miliar ton. Harga seluruh makanan yang terbuang ini menyentuh angka $1 triliun. Artinya, setiap tahun dunia membuang makanan senilai 1 triliun dolar. Hitung saja berapa banyak jumlahnya dari tahun ke tahun.
Menurut Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN), seperempat dari total makanan yang terbuang ini bisa memenuhi seluruh kebutuhan makanan 800 juta orang yang kelaparan. Ya, hanya seperempatnya saja.
Riccardo Valentini, seorang profesor di Universitas Della Tuscia, yang juga merupakan dewan penasehat BCFN, mengatakan perubahan iklim akan membuat harga bahan makanan di dunia melonjak. Kisaran lonjakannya bisa mencapai 84 persen pada 2050 nanti. Ini dikarenakan panen-panen akan terganggu sebab cuaca yang kian tak menentu.
Sialnya, perubahan iklim ini juga salah satunya disebabkan oleh limbah-limbah makanan. Seandainya limbah makanan di seluruh dunia yang dikumpulkan itu adalah sebuah negara, ia akan menjadi negara penghasil karbon dioksida terbesar ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan Cina. Menurut BCFN, limbah-limbah ini akan mengeluarkan 3,3 miliar ton karbon dioksida dan mempercepat perubahan iklim.
"Limbah makanan berdampak negatif pada lingkungan, ekonomi, ketahanan pangan, dan nutrisi,” kata Ludovica Principato, peneliti di Yayasan BCFN.
Baca juga: Silo, Restoran Pertama di Dunia yang Tanpa Sampah