Sisi Gelap Google yang Selama Ini Disembunyikan
https://www.naviri.org/2018/09/sisi-gelap-google.html
Naviri Magazine - Siapa yang tak kenal Google? Orang zaman sekarang biasa terhubung dengan internet, dan siapa pun yang mengenal internet bisa dipastikan akan mengenal Google. Kenyataannya, Google memang mesin pencari andal sekaligus paling terkenal, yang digunakan jutaan orang dari detik ke detik. Dengan keberadaan Google, orang dari negara mana pun bisa mendapatkan informasi atau pengetahuan apa pun yang diinginkan.
Sebagai mesin pencari, Google memang hebat. Namun, bukan berarti kehebatan itu tanpa masalah. Mesin pencari Google adalah salah satu lini perusahaan Google. Dalam hal itu, perusahaan Google menyimpan beberapa masalah yang bisa dibilang sebagai sisi kelam mereka. Selama ini, sisi kelam itu tidak banyak terungkap, karena jarang diketahui.
Dari upaya penghindaran pajak sampai memonopoli bisnis, berikut ini sisi kelam Google yang perlu kita tahu.
Menghindari pajak
Sebagai perusahaan raksasa di dunia, siapa sangka ternyata Google kerap menghindari tagihan pajak. Beberapa negara seperti Italia, Spanyol, dan Perancis, sampai kewalahan menarik pajak pendapatan Google.
Hal ini juga sempat dipermasalahkan pemerintah Indonesia terhadap Google. Diketahui, Google tidak pernah membayar pajak sesuai pendapatan iklan mereka di Indonesia. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, sampai turun tangan untuk mengurus tagihan pajak perusahaan Google di Indonesia.
Merampas privasi
Sebagai mesin pencari terbesar yang digunakan hampir semua orang, Google merekam segala aktivisas di dunia maya, sehingga memiliki akses untuk mengetahui segala rahasia kita. Dalam arti lain, Google telah merampas privasi banyak orang.
Lewat berbagai layanan yang disajikan seperti Google Maps dan server wi-fi yang disediakan mobile Google, sejumlah negara seperti Perancis, Amerika Serikat dan Australia mengecam tidakan pelanggaran privasi.
Menjegal kompetitor
Tak ada yang mampu menyaingi kehebatan Google sebagai mesin pencari di dunia maya. Sejak Larry Page dan Sergey Brin mengerjakan proyek ini tahun 1996, Google berkembang pesat hingga kita kenal seperti sekarang.
Tapi karena kekuasaannya sebagai mesin pencari, Google sempat mendapat sanksi berupa denda sebesar 2,7 miliar dolar oleh Uni Eropa. Alasannya, mereka menganggap monopoli Google dilakukan dengan cara-cara licik.
Jon von Tetzchner, pendiri sekaligus CEO perusahaan web browser Vivaldi, menuding Google menggunakan posisinya untuk menjegal kompetitor. Contohnya seperti saat Google membuat layanan Docs menjadi tidak kompatibel dengan browser Opera.
“Layanan tersebut sangat bagus, mendapatkan popularitas, namun menampilkan sisi gelap yang dimiliki Google. Tak hanya membuat layanan itu tak kompatibel, namun juga mendorong pengguna untuk beralih ke browser buatannya,” ungkap Jon.
Menghapus berita yang menyudutkan
Sisi gelap Google lainnya adalah mereka kerap mengubur atau bahkan menghapus berita-berita yang memuat hal buruk tentang Google. Hal ini yang mungkin membuat banyak orang tak mengetahui seperti apa di balik layar perusahaan raksasa Google.
Namun, di balik semua itu, tentu Google masih menjadi primadona, dan memiliki banyak dampak positif dalam kemajuan arus infromasi di era modern.
Baca juga: Awal Mula Kelahiran Google, Pintu Pembuka ke Dunia Maya