Simfoni Nomor 9, Tonggak Penting di Dunia Musik
https://www.naviri.org/2018/09/simfoni-nomor-9.html
Naviri Magazine - “Simfoni Nomor 9” adalah musik yang digubah oleh Beethoven. Musik itu telah diciptakan lebih dari seratus tahun yang lalu, tapi terus didengarkan sampai hari ini, dan dianggap sebagai salah satu musik paling penting di dunia. Yang menakjubkan, Beethoven menciptakan musik tersebut dalam kondisi tuli alias tidak bisa mendengar apa-apa!
Ludwig van Beethoven dikenal sebagai komposer terbesar di zamannya. Namun, pada usia 50-an, ia mengalami masalah yang sangat parah, khususnya terkait kariernya di dunia musik, yaitu menderita tuli. Ia tidak mampu lagi mendengar suara, bahkan ketika seseorang berteriak dari dekat. Pendengarannya hilang, karena penyakit yang diderita sejak usia 20-an.
Dalam masa kesepian dan kesendirian dan ketulian itulah, ia mencurahkan seluruh kreativitasnya untuk menggubah musik. Dan karya-karya terbesarnya lahir justru pada periode ini. Salah satunya adalah “Simfoni Nomor 9”.
Beethoven menggubah "Simfoni Nomor 9" bermula dari pesanan Philharmonic Society of London (PSL) pada 1817. Ia menerima pesanan itu lantaran sedang kepepet butuh uang dan punya utang yang lumayan besar kepada beberapa kerabatnya.
Seperti diungkap Maynard Salomon dalam Beethoven (1997: 251), PSL terkesan dengan kedalaman karya-karya pria kelahiran Bonn, 17 Desember 1770 itu. Musiknya dianggap mewakili suara humanisme Eropa abad ke-19. Lima tahun kemudian, pada 1822, barulah Beethoven mulai menggarap komposisi tersebut secara serius.
Sang maestro menulis Simfoni Nomor 9 selama dua tahun—rentang waktu yang terhitung lama untuk pengerjaan sebuah komposisi. Tulisan di bawah tanda tangan yang tertera di partitur aslinya menunjukkan simfoni itu selesai pada Februari 1824.
Beethoven memang tipikal musisi yang lambat dalam menciptakan karya. Dibandingkan dengan musisi pendahulunya yang ia kagumi, Wolfgang Amadeus Mozart, Beethoven kalah jauh dari segi kuantitas karya yang dihasilkan.
Dalam rentang umur yang begitu pendek (Mozart mati di usia 35), musisi asal Salzburg ini menghasilkan 626 komposisi yang terdiri dari beragam genre. Sedangkan Beethoven, sampai ia meninggal di usia 56, “cuma” memproduksi 65 komposisi dengan cakupan genre yang tak seberagam Mozart.
Obsesi Mozart memang menciptakan musik sebanyak-banyaknya. Setiap saat, di kepalanya terngiang-ngiang bebunyian instrumen yang ingin segera ia tuangkan ke dalam deretan notasi balok.
Ia bisa menciptakan sebuah lagu dalam waktu kurang dari satu jam atau menulis simfoni penuh dalam waktu kurang dari seminggu. Mozart kadang-kadang tinggal menulis sebuah karya yang sudah selesai di dalam kepalanya. Karena itu, partitur orisinalnya kerap bersih dari coretan.
Beethoven, sementara itu, gandrung dengan kedalaman. Ia tidak bisa begitu saja menulis sebuah lagu dengan cepat. Semuanya lewat pertimbangan matang dan tata rencana yang teliti. Hampir tidak ada nada dalam seluruh karya Beethoven yang diturunkan secara untung-untungan. Sebab itulah partitur-partitur orisinal milik Beethoven penuh dengan coretan dan koreksi.
Simfoni Nomor 9 menunjukkan dengan jelas betapa obsesifnya Beethoven terhadap kedalaman dan intensitas musik. Dalam simfoni ini, ia seperti mengerahkan semua energi musikalnya. Komposisi ini memiliki durasi kolosal—hampir 70 menit—dan terdiri dari 4 movement:
Allegro ma non troppo, un poco maestoso
Molto vivace
Adagio molto e cantabile
Allegro assai
"Simfoni Nomor 9" dibawakan Herbert von Karajan dan Berliner Philharmoniker pada 1976. Karajan dianggap sebagai salah satu penafsir terbaik Beethoven dari abad ke-20. Interpretasinya atas "Simfoni Nomor 9" banyak diikuti dan menjadi patokan pengaba lain.
Baca juga: 10 Lagu Terkenal Paling Ikonis Sepanjang Masa