Misteri Penemuan Raksasa yang Menghebohkan Dunia
https://www.naviri.org/2018/09/raksasa-cardiff.html
Naviri Magazine - Sebagian orang percaya, bahwa di masa lalu ada manusia-manusia berwujud sangat besar—jauh lebih besar dibanding manusia zaman sekarang—dan mereka disebut raksasa. Sayang, bukti terkait keberadaan manusia raksasa itu sulit ditemukan.
Memang benar bahwa di masa lalu ada hewan-hewan berukuran sangat besar, yang fosil-fosilnya ditemukan, sehingga bisa diidentifikasi. Namun, para arkeolog belum pernah menemukan fosil manusia raksasa. Belakangan, dunia dihebohkan ketika suatu hari sesosok manusia raksasa ditemukan terkubur di tanah, dalam sebuah penemuan tak sengaja.
Suatu hari pada 15 Oktober 1869, kegemparan membuncah di selatan kota Syracuse dekat Cardiff, New York. Dua pekerja lepas, yang sedang menggali sumur di lahan pertanian milik William G. Newell, menemukan manusia raksasa yang sudah membatu.
Segera kegemparan melanda Amerika Serikat, dan menyebar ke penjuru dunia. Penemuan itu terjadi secara tak sengaja, saat cangkul Gideon Emmons dan Henry Nichols—dua pekerja tersebut—menyentuh benda keras di kedalaman 1 meter lebih di bawah tanah.
Terkejut atas temuan tersebut, kedua pekerja itu kemudian mengangkat batu berbentuk manusia berukuran raksasa, yang terbaring dengan senyum tipis di bibirnya. Mereka melakukan pengukuran, dan diketahui panjang tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki kira-kira 10 kaki 4 inci (kira-kira 3 meter).
Tiga hari setelah penemuan tersebut, sebuah surat kabar terbitan Syracuse menurunkan berita dengan headline, “A Wonderful Discovery” (Sebuah Penemuan Menakjubkan). Pers menjulukinya sebagai Raksasa Cardiff (Cardiff Giant).
Orang-orang yang penasaran pun berbondong-bondong menuju pertanian Nowell, ingin menyaksikan rupa manusia raksasa yang sudah membatu itu. Bukan hanya dari wilayah Cardiff dan Syracuse, tapi dari seantero New York dan negara bagian lainnya.
Berbagai “teori”, dugaan, serta pendapat umum sampai legenda dan mitos pun mengalir, mengenai raksasa yang membatu itu. Salah seorang pekerja yang menggali fosil tersebut menduga bahwa itu adalah jasad raksasa dari suku Indian yang pernah mendiami wilayah New York di masa lalu.
Dugaan lain adalah kaum raksasa yang pernah mendiami lembah-lembah, gua dan dunia bawah tanah di daratan Amerika, ribuan tahun lalu. Ada lagi yang menghubungkannya dengan mitologi raksasa pemangsa manusia, yang disebut ogre. Bahkan, ada yang mengajukan teori bahwa itu merupakan fosil ras raksasa yang pernah tercantum dalam Kitab Kejadian di Perjanjian Lama!
Walaupun begitu, tak sedikit pula yang mengecam bahwa raksasa yang membatu itu adalah tipuan… sebab mustahil ada manusia utuh bisa menjadi fosil membatu.
Kehebohan itu akhirnya memancing rasa penasaran para ilmuwan. Berdasarkan pengamatan singkat, Dr. John F. Boynton mengajukan spekulasi yang menyatakan manusia raksasa yang membatu itu adalah karya pahat dan ukir misionaris yang datang ke daratan Amerika sekitar abad ke-17, untuk mengesankan penduduk Indian lokal, demi kepentingan syiar.
Sementara ahli geologi James Hall memprediksi bahwa raksasa membatu itu bukan fosil, melainkan sebuah patung kuno.
Pendapat ahli lain justru menyatakan keaslian fosil itu sebagai manusia raksasa yang membatu. Mereka yakin berdasarkan temuan semacam pori-pori di bagian luar lapisan batu itu, pori-pori yang mirip pori-pori manusia.
Spekulasi dan kontroversi pun semakin marak… benarkah itu fosil manusia raksasa yang membatu atau patung batu kuno, atau hanya sebuah tipuan?
Menguak kebenaran
Spekulasi dan kontroversi terhadap patung batu itu justru mengundang lebih banyak pengunjung yang ingin menyaksikan “keajaiban” tersebut dari dekat. William G. Newell, selaku pemilik pertanian tempat ditemukannya batu itu pun memutar otak.
Dua hari setelah penemuan itu, ia kemudian memasang tenda pelindung, dan mengutip retribusi bagi pengunjung senilai 50 sen per orang. Dari retribusi ini, ia memetik hasil yang lumayan. Apalagi jumlah pengunjung memang membludak dari hari ke hari. Jika hari biasa ratusan orang memenuhi lokasi tersebut, pada hari Minggu bisa mencapai dua ribuan pengunjung.
Karena animo masyarakat yang tinggi, Newell kemudian menjual hak penemuan itu senilai 75% kepada organisasi pedagang yang diketuai David Hannum. Dari situ, ia memperoleh keuntungan bersih 37.500 dolar.
Lantas, pada 5 November 1869, David Hannum dan rekan memindahkan manusia batu itu ke Kota Syracuse untuk dipamerkan. Rencananya, dari Syracause mereka akan menggelar pameran keliling New York dan AS.
Namun, kemudian kecurigaan berlandaskan motif ekonomi mulai muncul. Surat kabar Pioneer yang pertama kali mengecam, dan mengungkapkan bahwa Raksasa Cardiff hanyalah sebuah kebohongan. Mereka menyebutkan bahwa manusia batu itu merupakan karya pemahat Kanada (pernyataan yang ternyata salah) yang dibuat setahun sebelumnya.
Pemberitaan surat kabar itu mendorong penelitian lebih lanjut dari para ahli. Seorang paleontolog dari Universitas Yale, Othniel C. Marsh, menyatakan bahwa manusia batu itu memang sebuah kebohongan terang-terangan. Sejumlah tanda menunjukkan bahwa itu patung buatan yang masih baru, dan bisa dibuktikan secara ilmiah.
Pendapat itu didukung oleh sejumlah ahli lainnya. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahan dasar manusia batu raksasa itu adalah gipsum, dan mereka bisa menemukan banyak bekas pahatan di sekujur tubuh “fosil” tersebut.
Beberapa waktu kemudian, tabir itu pun mulai terkuak. Ada bukti transaksi sebelum penemuan manusia batu itu, bahwa Newell pernah mengirimkan sejumlah besar uang kepada George Hull (kakak sepupunya) dalam sebuah proyek yang berhubungan dengan arca.
Lantas, penduduk di sekitar lokasi pertanian Newell teringat bahwa George Hull, seorang pemilik pabrik cerutu, pada November 1868 pernah mengirimkan peti besi besar “rahasia” ke pertanian Newell, dan melakukan penggalian serta penimbunan di kawasan itu.
Penyelidikan lainnya membuktikan bahwa George Hull pernah membeli bongkahan gipsum dari pertambangan kawasan Fort Dodge, Iowa. Ia kemudian mengirimkan bongkahan gips itu ke Chicago, lalu menyewa seorang ahli pahat Jerman untuk membuat sebuah patung raksasa yang terinspirasi dari Kitab Kejadian.
Setelah patung raksasa itu selesai dibuat, Hull kemudian menyiramnya dengan sejumlah bahan kimia, agar patung itu terlihat kuno dan tampak telah melalui masa perubahan waktu yang lama. Ia juga membuat detail lubang menyerupai pori-pori dengan menggunakan jarum baja. Total pembuatan patung itu menelan biaya 2.600 dolar AS.
Patung itu kemudian dikirim secara diam-diam dalam kotak kargo ke kawasan pertanian Newell. Berdua, mereka telah merencanakan hal itu untuk sensasi dan mendulang keuntungan.
Seluruh bukti itu pun kemudian diajukan ke publik, dan pada Desember 1869, George Hull yang dicecar bukti tak terbantah pun mengakui bahwa itu merupakan patung buatan hasil rekayasanya. Mereka membiarkan patung itu terkubur selama setahun, sebelum memulai penggalian kembali agar bisa meyakinkan orang. Kebenaran pun terkuak, bahwa patung itu hanya kebohongan belaka.
Monumen kebohongan
Walaupun George Hull sudah mengakui bahwa itu hanya patung rekayasa yang baru berumur setahun lebih, animo publik untuk menyaksikannya semakin meningkat. Pengakuan Hull agaknya telah menjadi promosi yang memancing rasa ingin tahu publik.
Motif ekonomi yang kental dalam rekayasa patung itu ternyata tetap mendatangkan keuntungan. PT Barnum, sebuah perusahaan spesialis pameran barang antik, bahkan berani menawar patung tersebut senilai 60.000 dolar AS untuk sewa selama tiga bulan, dan kemungkinan akan membelinya. Namun, patung yang sudah dikuasai organisasi pedagang David Hannum menolak tawaran itu dengan maksud ingin mengelola pemeran sendiri.
Barnum kemudian membuat replikanya dari kayu, dengan perbandingan 1:1, dan memamerkannya. Di bawah kelola Barnum, barang replika ini pun memancing minat publik dan menyedot banyak pengunjung. Sementara patung itu pun mulai berkeliling AS dalam rangkaian pamerannya.
Pada Februari 1870, patung Raksasa Cardiff dikirim ke Boston. Di kota ini, pengunjung masih banyak. Tetapi dalam rangkaian pameran pada bulan dan tahun berikutnya, pengunjung sudah kehilangan minat, dan pameran itu pun merugi.
Sampai di sini berakhirnya masa kejayaan patung Raksasa Cardiff, dan ia pun digudangkan selama 30 tahun. Setelah masa itu lewat, ia sesekali dikeluarkan untuk dipamerkan pada expo dan karnaval. Kali ini pengunjung sudah tidak membludak, karena patung tersebut dipandang sebagai bukti rekayasa terbesar yang pernah dibuat. Ia menjadi semacam monumen kebohongan yang tetap dikenang.
Setelah berpindah pemilik beberapa kali, pada 1947 patung batu Raksasa Cardiff dibeli Museum Pertanian Cooperstown, New York. Patung ini kemudian ditempatkan dalam ruang diorama spesial, di lokasi pertanian Cardiff. Menjadi benda pamer di museum tersebut hinga kini, sebagai peringatan akan sebuah penipuan.
Sementara replika (duplikat) yang dibuat PT Barnum kini ditempatkan di Marvin’s Marvelous Mechanical Museum, sebuah museum alat permainan yang dioperasikan koin, di Farmington Hills, Michigan.
Baca juga: Misteri Makhluk Aneh yang Wujudnya Mirip Benang Ruwet