Usai Putus Cinta, Menyimpan atau Menghapus Foto Mantan?
https://www.naviri.org/2018/09/putus-cinta.html
Naviri Magazine - Ketika dua orang menjalin hubungan romantis, keduanya memiliki keinginan untuk memamerkan foto-foto mesra mereka di media sosial. Itu hal umum yang dialami banyak orang, di zaman sekarang. Dengan media sosial, orang bisa berbagi apa saja, termasuk foto. Karenanya, sepasang pacar pun biasanya akan sering mengunggah foto-foto mereka di media sosial di akun masing-masing.
Yang menjadi masalah, apa yang akan terjadi ketika hubungan romantis itu putus atau bubar? Apakah foto-foto mesra itu akan tetap dibiarkan di akun media sosial masing-masing, ataukah akan dihapus?
Corina Sas dan Stevel Whittaker dalam “Design for Forgetting: Disposing Possessions After a Breakup” (2013) mengatakan putus cinta dapat meningkatkan motivasi orang untuk melupakan sesuatu. Hal ini dikarenakan relasi romantis bisa menjadi bagian sentral dari diri seseorang, dan ia akan merasa kehilangan ketika perpisahan terjadi.
Salah satu wujud tindakan melupakan adalah memilah koleksi barang digital (digital possessions), termasuk foto yang diunggah di media sosial. Menurut Sas dan Whittaker, barang kenangan digital dapat menjadi simbol penting sebuah hubungan bagi pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, keberadaannya perlu dikendalikan secara aktif.
Sas dan Whittaker mengelompokkan orang berdasarkan strategi yang dipilih saat mengelola barang digital pribadi usai putus cinta. Apabila seseorang menghapus semua koleksi benda digital pribadi setelah putus cinta, maka dirinya masuk kelompok para penghapus (the deleters).
Sebaliknya, jika seseorang justru menyimpan kenangan digital pribadi meski tak bersama lagi, ia masuk golongan penyimpan (the keepers). Sementara itu, orang yang tak membuang sejumlah barang digital yang dianggap penting, termasuk kelompok penyeleksi (selective disposers).
Kategorisasi ini diperoleh setelah Sas dan Whittaker meriset 24 responden yang berusia antara 19 sampai 34 tahun. Mereka diwawancara secara langsung, ada pula yang melalui aplikasi komunikasi Skype. Rata-rata masa pacaran yang pernah dijalani subjek penelitian adalah 42 bulan atau 3,5 tahun. Umumnya, para responden menilai secara negatif perpisahan yang pernah mereka alami.
Menurut Sas dan Whittaker, kelompok penghapus dapat secara aktif membuang benda digital pribadi di media sosial dengan menghilangkan tanda (tag) pada foto. Tapi, ada pula orang tipe penghapus yang menghilangkan benda digital pribadi dengan cara membiarkannya terkubur oleh unggahan baru lainnya. Namun, Sas dan Whittaker berkata bahwa para penghapus dilanda penyesalan setelah menghapus foto-foto tersebut.
Kelompok para penghapus menghilangkan benda digital pribadi untuk mengeliminasi kesadaran akan hubungan lawas dan memori yang menyakitkan. Di samping itu, mereka juga mencari ruang-ruang baru untuk melupakan kehilangan serta membentuk kembali identitas diri.
Para penyimpan, di sisi lain, tak membuang benda digital pribadi supaya kelak bisa dikenang. Hal yang sama juga terjadi pada para penyeleksi ketika memutuskan untuk menyimpan beberapa benda digital.
Bedanya, para penyeleksi mengalami proses menjauhkan diri dari media sosial untuk menciptakan ruang emosional agar bisa berpikir. Setelah itu, mereka baru memilah benda koleksi digital, menyisihkan beberapa yang bernilai untuk dikenang.
Kedua peneliti merekomendasikan agar media sosial seperti Facebook menyediakan fitur yang memudahkan penggunanya menghapus konten bersama yang dihasilkan oleh pasangan. Di samping itu, mereka menyarankan adanya perangkat lunak otomatis yang dapat mengumpulkan semua bukti digital sebuah hubungan setelah berpisah.
Bukan hanya Sas dan Whittaker yang berharap media sosial mengembangkan fitur khusus bagi mereka yang putus cinta. Kelly Winters, manajer produk Facebook, mengatakan bahwa ada banyak orang menanyakan fitur-fitur sejenis yang disediakan media sosial ketika hubungan mereka berakhir.
Walhasil, pada 2015 Facebook meluncurkan fitur untuk membantu orang mengelola cara mereka berinteraksi dengan mantan usai hubungan berakhir. Winters menjelaskan, Facebook menyediakan pilihan yang membuat nama dan gambar profil mantan jarang terlihat di linimasa.
Tak hanya itu, Facebook memberikan fitur pilihan bagi pengguna akun yang memungkinkan seseorang dapat membatasi unggahan yang bisa dilihat mantan. Winters berkata bahwa pengguna akun juga bisa mengedit siapa saja yang dapat melihat unggahan lama dengan mantan.
Tanpa harus block atau unfriend, pengguna akun pun mampu meminimalisir kontak dengan mantan kekasih di media sosial.
Alat yang bisa membantu mereka yang putus cinta turut dikembangkan Instagram. Pada 2017, media sosial tersebut menyediakan fitur pengarsip (archive) yang membuat pengguna Instagram dapat menyembunyikan unggahan pribadi untuk dinikmati seorang diri. Pilihan ini memungkinkan seseorang yang tak ingin menghapus tapi juga enggan foto bersama mantan dilihat orang lain, untuk menyimpan kenangannya di dalam arsip.