Misteri Piramida Bangsa Maya yang Mencengangkan
https://www.naviri.org/2018/09/piramida-bangsa-maya.html
Naviri Magazine - Bukan hanya Mesir yang membangun piramida, tapi juga bangsa Maya. Bedanya, jika Mesir membangun piramida sebagai makam, bangsa Maya membangun piramida sebagai observatorium.
Piramida bangsa Maya dapat dikatakan merupakan bangunan piramida kedua yang terkenal, setelah piramida di Mesir. Meski sama-sama piramida, kedua jenis bangunan piramida itu terlihat memiliki perbedaan.
Piramida Mesir kuning keemasan, bersudut empat berbentuk kerucut, agak terkikis setelah berabad-abad tertiup angin dan diterpa hujan. Sementara Piramida Maya lebih rendah sedikit, disusun dari bebatuan raksasa berwarna abu-abu dan putih, tidak semuanya berbentuk kerucut, dan di puncaknya ada sebuah balairung untuk memuja dewa.
Di masing-masing keliling piramida Maya terdapat 4 tangga, setiap tangga memiliki 91 undakan. Secara total, 4 buah tangga ditambah satu undakan bagian paling atas adalah berjumlah 365 undakan (91 x 4 + 1 = 365), tepat merupakan jumlah hari dalam satu tahun.
Bangsa Maya sangat memperhatikan ilmu perbintangan. Di dalam maupun di luar bangunan, semuanya adalah angka yang berhubungan dengan hukum peredaran benda langit. Selain jumlah undakan tangga, pada 4 bagian piramida masing-masing terdapat 52 relief 4 sudut, menandakan satu abad bangsa Maya adalah 52 tahun.
Observatorium astronomi bangsa Maya juga memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik. Dilihat dari sudut pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar observatorium bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini.
Sebagai contoh, misalnya, menara pengamat observatorium Kainuoka. Di atas teras yang indah dan sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil bertingkat-tingkat, menuju ke teras.
Ada beberapa kemiripan dengan observatorium sekarang, juga merupakan sebuah bangunan tingkat rendah berbentuk tabung bundar. Pada bagian atas terdapat kubah berbentuk setengah bola. Kubah ini dalam rancangan observatorium sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi.
Empat buah pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di tempat itu membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling sedikit tiga di antaranya berhubungan dengan astronomi. Salah satunya berhubungan dengan musim semi (musim gugur), sedangkan dua lainnya berhubungan dengan aktivitas bulan.
Menara pengamat observatorium Kainuoka adalah peninggalan terbesar dalam sejarah. Peninggalan sejarah yang lain juga memiliki bangunan serupa. Semuanya dalam posisi saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan, arkeolog beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah membangun jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.
Dinilai pada masa kini, bangunan tersebut sangat menakjubkan. Piramida Maya, misalnya. Bagaimana caranya mereka memotong bebatuan berukuran sangat besar, diangkut ke tempat yang jauh dalam hutan belantara?
Bebatuan itu beratnya puluhan ton, ditumpuk hingga mencapai tinggi 70 meter. Jika tidak ditunjang dengan alat angkut dan peralatan yang memadai, sangat sulit untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dan suku Maya, yang hidup dalam hutan belantara, mengapa harus mengerahkan upaya dan tenaga sedemikian besar, membangun sebuah jaringan pengamat observatorium?
Ditilik dari sejarah, teleskop baru ditemukan pada abad ke-16 oleh Galileo. Setelah itu baru muncul observatorium ukuran besar, dan konsep jaringan pengamat observatorium baru muncul pada zaman modern. Di zaman bangsa Maya, konsep yang demikian dapat dikatakan sangat maju dan canggih.
Baca juga: Kisah-kisah Nyata Kutukan Firaun di Zaman Modern