7 Penulis Indonesia yang Karyanya Diterjemahkan untuk Dunia
https://www.naviri.org/2018/09/penulis-indonesia-yang-karyanya-diterjemahkan.html
Naviri Magazine - Kultur membaca dan menulis mungkin belum terlalu kental di Indonesia, karena mayoritas masyarakat Indonesia lebih senang aktivitas menonton dan kurang akrab dengan buku. Meski begitu, Indonesia telah melahirkan banyak penulis hebat yang karya-karyanya tidak hanya bisa dinikmati di dalam negeri tapi juga diterjemahkan ke bahasa-bahasa asing.
Beberapa penulis Indonesia bahkan menjelma sebagai sosok-sosok legendaris yang namanya terus dikenang meski mereka telah tiada. Di antara banyak penulis hebat tersebut, berikut ini adalah tujuh penulis Indonesia yang karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
1. Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer adalah penulis angkatan 1950-an di Indonesia. Ia lahir di Blora, dan meninggal di Jakarta pada usia 81 tahun. Puluhan karya tulis dilahirkannya dalam bentuk cerpen, esai, dan novel. Sebanyak 41 di antaranya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing.
Pramoedya Ananta Toer bahkan menjadi sastrawan Indonesia yang mendapat segudang penghargaan dari luar negeri. Akan tetapi, ia dikenal luas sebagai golongan sayap kiri. Dan itu membuat pemerintah melarang peredaran buku-bukunya di Indonesia. Apalagi, pada saat itu, anggota Lekra diduga terlibat dengan gerakan 30 September.
Belakangan, lembaga tersebut dilarang, bersamaan dengan dilarangnya Partai Komunis di Indonesia. Ketika Pramoedya diasingkan ke Pulau Buru dengan tuduhan aktivitas politik, ia tetap tekun dalam menulis hingga mampu menerbitkan novel berjudul "Bumi Manusia".
2. Taufik Ismail
Taufik Ismail lahir di Fort De Kock, Sumatera Barat. Ia merupakan putra seorang ulama, dan dikenal sebagai penyair tersohor di Indonesia. Puisi-puisinya telah banyak di terjemahkan ke berbagai bahasa di dunia.
Ciri khas puisinya sarat akan motivasi, hikmah, dan kritik. Maka tak heran bila beberapa negara, seperti Cina dan Rusia, turut mengundang Taufik Ismail sebagai tamu kehormatan.
3. Mochtar Lubis
Pernah membaca novel "Jalan Tak Ada Ujung" atau "Senja di Jakarta"? Dua novel karya penulis ternama asal Padang ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh para penulis di Eropa.
Tapi yang dihadapi Mochtar Lubis dalam hidupnya hampir sama seperti Pramoedya, ia dijebloskan ke penjara selama 9 tahun oleh pemerintah, karena dianggap berseberangan dengan sikap pemerintah. Karena sebelumnya ia kerap menyampaikan kritik tegas dan terbuka melalui surat kabar Indonesia Raya yang ia dirikan sendiri pada masa itu.
4. Ahmad Tohari
Ahmad Tohari dikenal berteman dekat dengan Gus Dur. Ia adalah seorang santri yang menggeluti dunia jurnalistik, tapi juga mengenyam pendidikan tinggi di UNSOED. Di samping itu, pengarang kelahiran Banyumas ini telah menciptakan berbagai karya tulis.
Mulai dari menulis majalah, cerpen, sampai novel. Dan salah satu karya triloginya, berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk", telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Jerman, Belanda, dan Inggris.
5. Andrea Hirata
Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun, atau yang kita kenal sebagai Andrea Hirata, adalah novelis Indonesia tersukses pada dekade pertama di abad ke-21.
Karya pertamanya, berjudul "Laskar Pelangi", telah diterbitkan di negara-negara lain, seperti AS, Australia, New Zealand, India, Pakistan, Bangladesh, Srilangka, Nepal, Jepang, Jerman, Belanda, Spanyol, Italia, Turki, Brasil, Korea, Malaysia, Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Portugis, Hungaria, dan Spanyol.
Berkat kesuksesan itu, Hirata pernah mendapat beasiswa dari Uni Eropa, dan mengambil program master di Eropa (Prancis dan Inggris), dan kini telah lulus cumlaude serta mendapat perhargaan bergengsi dari kedua universitas tersebut.
6. Eka Kurniawan
Eka Kuniawan adalah penulis asal Tasikmalaya, yang menamatkan pendidikan tinggi di UGM. Beberapa karya novelnya—”Cantik Itu Luka", "Lelaki Harimau", "Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas"—serta beberapa catatan pendek lainya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Swedia, dan Jepang.
Yang menarik, dia pernah membuat skripsi dengan judul "Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis", lalu hasil penelitian ilmiah itu diterbitkan sebanyak tiga kali dalam bentuk buku oleh penerbit yang berbeda.
7. Achdiat Karta Mihardja
Sebagai orang yang berpendidikan di bidang sastra, dan pernah menjadi dosen di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, sepertinya patut bagi Achdiat Karta Mihardja untuk menciptakan karya tulis yang luar biasa.
Berberapa karya tulisnya mendapat penghargaan dari dalam maupun luar negeri. Bahkan "Ateis", roman yang pertama kali ia tulis, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan Inggris, sebagai bagian proyek UNESCO Collection of Representative Works.
Baca juga: Biografi Salvador Dalí, Pelukis Terpenting dari Spanyol