Penjelasan Ilmiah di Balik Misteri Segitiga Bermuda
https://www.naviri.org/2018/09/penjelasan-ilmiah-di-balik-misteri-segitiga-bermuda.html
Naviri Magazine - Kapal-kapal hilang misterius, dan tak bisa ditemukan. Pesawat-pesawat lenyap dengan sama misterius, dan lagi-lagi tak bisa ditemukan. Orang-orang yang mencoba ke sana mengalami nasib sama; hilang misterius dan tak bisa ditemukan.
Kenyataan itu selama ini disebut-sebut terjadi di wilayah Segitiga Bermuda, dan telah memunculkan misteri yang dipercaya banyak orang dengan beragam versi.
Sejak lama, misteri melingkupi wilayah laut di garis imajiner yang menghubungkan tiga wilayah, yaitu Bermuda, Puerto Riko, dan Miami, di Amerika Serikat. Ada yang menyebutnya 'Segitiga Setan', 'Limbo the Lost', 'Twilight Zone', dan yang paling tenar adalah sebutan 'Segitiga Bermuda’.
Meski, kenyataanya, dalam peta Amerika Serikat, The U.S. Board of Geographic, tak ada tempat bernama 'Segitiga Bermuda'.
Wilayah itu menjadi salah satu lokasi paling misterius, horor, dan menakutkan, di muka Bumi. Apalagi, dalam sejarahnya, banyak kapal dan pesawat yang tertelan di lokasi itu.
Legenda Segitiga Bermuda makin ramai diperbincangkan, ketika pada 5 Desember 1945 pukul 14.10 waktu setempat, lima pesawat yang dipiloti para penerbang terlatih dari kesatuan Penerbangan 19 tiba-tiba hilang di segitiga itu. Padahal cuaca sedang cerah.
Para pilot sempat meminta pertolongan lewat radio, namun mereka tiba-tiba raib. Pesawat yang ditugasi mencari mereka juga raib misterius. Dilaporkan, enam pesawat dan 27 orang hilang dalam peristiwa itu.
Peristiwa hilangnya kapal induk USS Cyclops pada 1918, di lokasi yang sama, hingga saat ini juga menjadi misteri terbesar dalam sejarah Angkatan Laut Amerika Serikat.
Berbagai macam dugaan aneh muncul terkait Segitiga Bermuda. Ada yang mengatakan alien bersembunyi di bawah lautan, portal ke dimensi lain, gas methan, lokasi Atlantis yang hilang, hingga rumah iblis, Dajjal.
Namun, ada juga penjelasan ilmiah yang lebih layak dipertimbangkan untuk menjawab misteri ini. Seperti dilansir dari LiveScience, ada jawaban logis untuk menjelaskan hilangnya kapal atau pesawat di Segitiga Bermuda.
Daerah Segitiga Bermuda rentan terhadap badai tak terduga. Ada gelombang Gulf Stream—yang sangat cepat dan turbulens—menelan serpihan kapal, pesawat, beserta penumpangnya. Menghapus bukti-bukti terjadinya bencana.
Tak hanya itu, laut di Segitiga Bermuda memiliki kedalaman hingga 30.000 meter, atau lebih dari 9.000 meter, dengan kondisi topografi yang bisa 'menelan' kapal sehingga tak pernah ditemukan.
Laman Sejarah Angkatan Laut Amerika Serikat, history.navy.mil, menjelaskan bahwa faktor signifikan yang menyebabkan hilangnya kapal di Segitiga Bermuda adalah arus laut yang kuat, yang disebut Gulf Stream.
Sebelum telegraf, radio, dan radar, ditemukan, pelaut tidak tahu ada badai atau angin topan berada di dekatnya. Bencana itu baru diketahui setelah ada perubahan di cakrawala.
Badai yang datang tiba-tiba itulah yang menyebabkan kapal angkatan laut hilang di Bahama, Saratoga. Kapal dan krunya hilang tak berbekas pada 18 Maret 1781.
Dijelaskan juga bahwa tidak hanya di Segitiga Bermuda, banyak kapal Angkatan Laut AS lainnya telah hilang di laut, karena badai di seluruh dunia secara mendadak.
Kapal dan pesawat bisa hilang secara tiba-tiba di wilayah Segitiga Bermuda, karena anomali kompas yang bisa mengacaukan sistem navigasi. Adanya anomali ini pernah dicatat oleh Columbus dalam pelayarannya.
Dalam sejumlah catatan disebutkan bahwa Segitiga Bermuda adalah salah satu dari dua lokasi di dunia yang memiliki anomali. Wilayah lain adalah laut Jepang dan Filipina, yang juga dikenal dengan nama mirip, 'Segitiga Formosa'.
Faktor cuaca juga ikut berperan mengapa kapal dan pesawat hilang di Bermuda. Pola cuaca Karibia-Atlantik sangat ekstrim. Badai lokal yang mendadak menimbulkan cipratan air kencang yang bisa menjadi bencana bagi pelaut maupun pilot.
Penelitian satelit bahkan membuktikan adanya gelombang dahsyat setinggi 80 kaki atau lebih, terjadi di wilayah laut terbuka, seperti halnya Segitiga Bermuda.
Gelombang ini bisa menghancurkan kapal besar, dan membuatnya berkeping-keping. Ada juga faktor topografi dasar laut di Segitiga Bermuda. Dari benting [gundukan pasir tengah laut], pulau di bawah laut, hingga palung yang luar biasa dalam. Dengan kombinasi arus kuat, kapal atau pesawat bisa terjebak di dasar laut untuk selamanya.
Sementara, dilansir dari Pattaya Dailynews, ahli geokimia, Richard McIver pada 1981 memperkenalkan teori peran gas metan hidrat dalam misteri Segitiga Bermuda. Menurutnya, longsor di dasar Segitiga Bermuda kemungkinan besar mengakibatkan lumpur dan batu besar meluncur dengan cepat, yang akhirnya merobek dasar laut dan membuka selubung lapisan gas.
Gas itu lalu pecah dan mengeluarkan metana yang menyebabkan gelombang besar. Gas itu meledak di permukaan air tanpa peringatan, dan menyulitkan setiap kapal atau pesawat yang lewat di lokasi itu.
Yang juga menyebabkan kecelakaan adalah faktor manusia. Banyak pelaut dengan pengetahuan seadanya, nekat menyeberangi daerah rawan Segitiga Bermuda.
Penjaga laut Amerika Serikat selama ini telah mengabaikan faktor mitos atau fiksi di Segitiga Bermuda. Menurut pengalaman mereka, gabungan kekuatan alam dengan segala ketidakpastiannya adalah biang keladi 'kekalahan' manusia di Segitiga Bermuda.
Baca juga: Misteri 5 Manusia Terbang yang Pernah Terekam Kamera