Pencarian Pesawat dengan Biaya Paling Mahal di Dunia
https://www.naviri.org/2018/09/pencarian-pesawat.html
Naviri Magazine - Ketika sebuah pesawat mengalami masalah atau kecelakaan, pesawat itu pun biasanya akan mendarat di mana saja, atau bahkan tidak sempat mendarat karena, misalnya, meledak di udara. Ketika hal semacam itu terjadi, upaya pencarian akan dilakukan. Biasanya, setelah melalui proses pencarian, bangkai atau puing-puing pesawat akan ditemukan.
Proses pencarian itu membutuhkan biaya besar, karena melibatkan para ahli serta lingkup pencarian yang sangat luas. Tetapi, bagaimana pun, biasanya upaya itu akan menemukan hasil, dan pesawat yang jatuh akan dapat ditemukan, meski tinggal puing.
Namun, ada satu pesawat yang meski sudah dicari sampai sangat lama tetap belum bisa ditemukan. Padahal biaya pencarian pesawat itu sudah menghabiskan 2 triliun. Pesawat yang lenyap misterius itu adalah MH370 dari Malaysia.
Penerbangan MH370, yang mengangkut 239 penumpang, hilang pada 8 Maret 2014. Pencarian pun dilakukan. Namun, mulai 17 Januari 2017, tiga negara, Malaysia, Cina, dan Australia, menghentikan pencarian. Keputusan yang disepakati oleh tiga negara itu berdasarkan pertemuan pada Juli 2016 di Putrajaya, Malaysia.
“Keputusan untuk menghentikan pencarian bawah laut bukan suatu yang ringan atau tanpa kesedihan,” jelas Joint Agency Coordination Centre (JACC) dalam keterangannya. JACC merupakan lembaga yang mengkoordinasikan pencarian MH370, yang dibentuk oleh Australia pada 30 Maret 2014 lalu.
Seperti dikutip dari situs resmi JACC, jacc.gov.au, alasan penghentian ini karena dari lokasi yang diduga kuat pada area seluas 120.000 kilometer persegi di Samudera Hindia, keberadaan MH370 tetap tak ditemukan meski sudah mengerahkan teknologi tercanggih dan para ahli yang mumpuni. Sampai saat ini, belum ada lagi informasi terbaru soal lokasi pesawat MH370.
Hilangnya MH370 memang cukup unik. Butuh setahun lebih bagi otoritas yang terlibat dalam pencarian, untuk memastikan bahwa MH370 benar-benar jatuh di Samudera Hindia.
Hingga Juli 2015, para pencari belum bisa memastikan nasib pesawat itu. Baru setelah ada temuan bagian sayap pesawat di Pulau Reunion di Timur Madagaskar, Afrika, sekelumit informasi akhirnya didapati. Semenjak temuan itu, lebih dari 20 objek terkonfirmasi atau dipercaya sebagai bagian dari MH370, tapi tetap saja MH370 masih jadi misteri.
Selain diselubungi kemisteriusan, pencarian MH370 juga mencatat rekor sebagai pencarian termahal dalam sejarah dunia penerbangan. Washington Post menulis biaya yang telah dihabiskan untuk mencari MH370 mencapai $150 juta atau Rp2 triliun lebih.
"Hidup lebih bernilai daripada uang"
Persoalan biaya ini memang masalah yang sensitif bagi negara-negara yang terlibat pencarian MH370. Setahun pertama pencarian MH370, kontributor terbesar biaya pencarian adalah Malaysia dan Australia. Cina menolak mengeluarkan biaya pencarian, seperti ditulis news.com akhir Juli 2015 lalu.
Bagi-bagi jatah biaya ini memang tak merujuk pada jumlah korban yang ada. Dari 15 negara yang warganya menjadi penumpang MH370, warga Cina mendominasi dengan 153 orang, disusul Malaysia 38 orang, Indonesia 7 orang, Australia 6 orang, India 5 orang, Perancis 4 orang, dan lain-lain.
Kontribusi tiga negara itu memang masuk akal. Malaysia punya kewajiban, karena MH370 adalah pesawat milik maskapainya. Cina juga punya kepentingan, karena jumlah penumpang terbanyak. Sementara Australia, selain punya kepentingan soal warganya, juga sebagai tuan rumah pencarian, karena dugaan lokasi MH370 ada di sekitar negara tersebut.
Ahli hubungan internasional dari University of Sydney, Justin Hastings, mengungkapkan tak ada ketentuan hukum bagi Cina untuk berkontribusi pada pencarian MH370, dan tak ada keuntungan secara politik yang bisa diraih oleh Cina.
Sementara itu, Menteri Infrastruktur dan Transportasi Australia, Darren Chester, seperti diberitakan New Straits Times, mengungkapkan total biaya yang sudah dikeluarkan untuk pencarian MH370 mencapai AUS$ 200 juta. Dari jumlah itu, Australia menggelontorkan AUS$ 60 juta, dan Malaysia sebagai pihak yang mengeluarkan biaya lebih banyak.
“Biaya bukan faktor yang menentukan di dalam keputusan ketiga negara,” kata Chester, dikutip dari laman nst.com.my.
Alasan menteri Australia ini barangkali benar, karena uang yang sudah dihabiskan untuk pencarian memang belum ada apa-apanya dibandingkan harga pesawat Boeing 777.
Dalam laman boeing.com, harga satu unit 777-200ER dibanderol $277,3 juta. Namun, persoalan uang ini tentu menjadi bola panas bagi keluarga para penumpang MH370 yang sebagian tak puas bahkan marah. Mereka tentu berharap pencarian tetap dilakukan dan sampai berhasil menemukan MH370.
“Saya hanya ingin mengatakan ini bukan ponsel yang hilang atau dompet. Ini adalah pesawat dan isinya ada 239 nyawa... Hidup lebih bernilai daripada uang,” tukas Steve Wang, yang ibunya menjadi salah satu penumpang MH370.
JACC memang sangat sadar pengumumannya akan membuat kecewa para keluarga penumpang MH370. Sehingga, dalam penyampaian resminya, mereka memberikan kata kunci, bahwa penghentian pencarian tersebut bukan berarti akhir dari segala upaya pencarian.
“Kami masih berharap informasi baru akan datang, untuk memberikan titik terang dan lokasi keberadaan pesawat di masa mendatang,” jelas JACC.
Baca juga: Misteri Terbesar Dalam Sejarah Penerbangan Dunia